Awalnya saya tidak berencana pergi ke Tanah Lot, tapi entah kenapa pagi itu, tanpa berpikir panjang saya memacu motor mblusukkan ke daerah Tanah Lot.
Dari Kuta, Tanah Lot tidak terlalu jauh untuk dicapai, hanya saja kondisi jalan yang sempit dan macet, membuat perjalanan terasa jauh lebih lama.
Tanah Lot merupakan obyek wisata paling terkenal dari Kabupaten Tabanan. Lokasi wisata ini masuk Kecamatan Kediri, namanya mirip ya dengan Kediri yang ada di Jawa timur? Ya iyalah. Coba dech baca lagi tentang kisah Raja Udayana. Nanti bakal ketemu jawabannya, kenapa kok sama.
Kata Tanah Lot terdiri dari kata “Tanah” yang diartikan sebagai batu karang, “Lot” atau “Lod” berarti laut. Jadi Tanah Lot dimaksudkan yaitu tanah yang ada di tengah laut, lebih tepatnya lagi tanah yang ada di tengah pantai.
Kata om wiki, pura ini dibangun oleh Danghyang Nirartha pada abad ke-16. Menurut legenda, saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap Danghyang Nirartha karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha.
Lalu Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Danghyang Nirartha menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot, beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana.
Danghyang Nirartha juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben ‘akhirnya’ menjadi pengikut Danghyang Nirartha.
Sayangnya, meski saya berkali-kali sudah datang ke Tanah Lot. Tapi saya belum sekalipun masuk pura suci hingga ke atas batu karang. Di pura suci, tentu saja ada banyak aturan yang mesti kita hormati. Semisal perempuan haid dilarang masuk ke dalam pura suci.
Terakhir kemarin saya datang, cuaca di Bali sedang buruk. Hujan yang terus menerus dan kondisi air laut yang pasang, membuat saya lagi-lagi tidak bisa naik ke dalam pura suci ;-(
Selain pura suci diatas batu karang yang jadi ikon terkenal dari Tanah Lot, ada juga Pura Batu Bolong yang sama terkenalnya di kawasan wisata Tanah Lot ini.
Kebetulan pas saya datang kemaren, saya bertemu dengan rombongan studi tour salah satu SMA dari Jogja. Asyiikkk ya? jalan-jalan kemanapun di Bali, selalu rame dengan anak-anak studi tour 😉
Tiket masuk Tanah Lot plus parkir sebesar 10ribu per orang. Tempat ini lebih ramai pada saat sore hari. Sunset di Tanah Lot sangat terkenal bagi para turis luar negeri. Sayangnya, saya ga pernah bisa menikmati sunset di sini.
Kapan-kapan harus di-niatin banget dari hati terdalam bisa motret sunset di Tanah Lot sekaligus nonton tari kecak disini. Pasti keren banget nonton tari kecak dengan latar belakang sunset Tanah Lot. Ada yang mau ikut?
–Selamat Jalan-Jalan–
Artikel Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
pacarkecilku 