Kalo jalan-jalan ke Bali dan dis-orientasi kayak saya, setidaknya harus belajar menghapalkan beberapa patung sebagai pengingat jalan. Salah satunya adalah Patung Dewaruci di perempatan simpang siur ๐
Saya sendiri berulangkali lewat simpang siur, tapi tetap ajah salah ambil jalan. Maklum disini ada 12 cabang jalan. Beuuuhh! mantafff ga tuh.

Kata guide yang memandu bus kami, patung ini mempunyai banyak nama misal ada yang menyebut Patung Dewaruci, ada juga yang menyebut Patung Bima, tapi lebih banyak yang menyebut Patung Simpang Siur. Halah! mumet khan.
Patung Dewaruci dibuat oleh salah satu pematung hebat asal Bali bernama I Wayan Winten. I Wayan Winten mulai mematung ketika berumur tujuh tahun.I Wayan Winten merupakan putra dari I Made Pasta, salah satu pematung hebat putra Bali.
I Wayan Winten berbeda dari pematung lainnya, dengan alasan kelak suatu saat kayu bakal sulit diperoleh di Bali, dia menciptakan banyak maha karya berbahan beton. Selain itu, menurutย I Wayan Winten, seniman lebih bebas meciptakan bentuk patung dari bahan beton, dibandingkan bahan kayu yang kudu mengikuti bentuk kayu tersebut.

Patung Dewaruci dibangun tahun 1996 di bundaran Simpang Siur, patung ini menceritakan kisah Bima bertemu dengan kesejatiannya melalui Dewaruci.
Saya sendiri mendengar kisah Dewaruci pertama kali dari bapak saya. Dulu ada nama Dewaruci yang sangat terkenal, yaitu Kapal KRI Dewaruci milik Angkatan Laut TNI, kapal ini merupakan kapal layar terbesar yang Indonesia miliki. Kenapa kapal ini mengambil nama Dewaruci, karena terinspirasi dari kisah Dewaruci.
Bagian kisah paling menarik adalah saat Bima yang berbadan besar di suruh masuk ke telinga Dewaruci yang berbentuk bayi untuk diajak ke dasar samudera mencari inti air kehidupan. Pertanyaan yang dilontarkan Bima kepada Dewaruci, “bagaimana bisa aku masuk ke telingamu, padahal badanmu jauh lebih kecil dariku?”. Dan Dewaruci menjawab, “percaya saja”. Hmm, entah kenapa saya selalu tertarik pada cerita ini ๐
Berkeliling Bali dan bertemu Patung Dewaruci, selalu membuat saya mengingat kisah menarik ini. Setidaknya membantu saya memahami keruwetan simpang siur ๐
Bagaimana dengan anda? ๐
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak