Setelah berpetualang di Ratu Boko, saya akan mengajak kalian melanjutkan trip ke bukit yang selanjutnya yaitu menuju Candi Barong, lanjooottts 😉

Candi Barong terletak pada sebuah bukit di dusun Candisari, Sambirejo, Prambanan. Tidak jauh dari Keraton Ratu Boko. Penamaan Barong oleh masyarakat didasarkan atas adanya hiasan kepala raksasa (kala) yang terdapat di atas pintu masuk candi. Hasil penelitian geologis menunjukkan bahwa fondasi Candi Barong merupakan bagian bawah bukit yang sudah dipotong puncaknya. Potongan bagian puncak kemudian dibentuk menjadi balok-balok untuk memperkuat talud, sedangkan bangunan candinya sendiri terbuat dari batu andesit.
Sampai saat ini, periode pembangunan Candi Barong belum diketahui dengan pasti karena tidak ditemukan prasasti yang berkaitan dengan candi tersebut. Berdasarkan bentuk bangunan, pola hias, arca, dan ornament bangunan, candi ini diperkirakan dibangun sekitar abad IX-X Masehi. Latar belakang keagamaan candi ini adalah Hindu. Hal ini diketahui dari adanya temuan arca yang diidentifikasikan sebagai Dewi Sri, istri Dewa Visnu, yang merupakan dewi kesuburan, adanya hiasan kerang bersayap (sankha) yang merupakan salah satu symbol (laksana) Dewa Visnu, dan bagian puncak ini diperkirakan berfungsi untuk kegiatan pemujaan yang berhubungan dengan permohonan kesuburan. Hal ini mungkin berkaitan dengan kondisi tanah di sekitar candi yang kurang subur, sehingga dengan memuja Dewi Sri diharapkan keadaaan tanah akan menjadi subur.

Halaman Candi Barong terbagi atas tiga bagian, makin ke belakang makin tinggi. Teras ketiga, paling atas, merupakan halaman yang paling suci. Pada teras tersebut terdapat dua bangunan candi yang mempunyai bentuk dan ukuran hampir sama. Candi pertama berukuran 8,20 m x 8,20 m dengan tinggi 9,25 m, sedangkan candi kedua berukuran 8,25m x 8,25m dengan tinggi 9,25m. Perbedaan antara keduanya terletak pada ragam hias dan arcanya. Berdasarkan kedua hal tersebut, candi pertama diduga dibangun untuk pemujaan Dewa Visnu, sedangkan candi kedua untuk Dewi Sri. Di halaman teras kedua terdapat struktur bangunan berukuran 12,30m x 7,80m, dan beberapa umpak batu berebentuk segi delapan. Di duga struktur tersebut merupakan fondasi bangunan pendapa dengan atap dari kayu. Sedangkan pada halaman teras pertama tidak ditemukan struktur bangunan.

Secara keseluruhan kompleks Candi Barong diduga dibangun dalam dua tahap. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikasi yang ditemukan saat dilakukan pemugaran, antara lain adanya temuan talud pembangunan tahap pertama yang saat ini masih dapat dilihat di sebelah selatan bangunan candi kedua. Pada tahap pertama, pada kompleks ini hanya dibangun satu candi, yaitu candi pertama. Pada tahap kedua dilakukan perluasan halaman ketiga ke sisi selatan dan pembangunan candi kedua di selatan candi pertama.

Jika kalian tidak menemukan petunjuk yang pas menuju tempat ini, coba bertanya saja pada warga local, mereka semua akan berbaik hati menunjukkan lokasi Candi ini. Candi Barong memang terletak diatas bukit yang tandus, di balik perkampungan warga, jadi memang tidak terlihat. Pada saat saya mengunjungi tempat ini, hari sudah sore, dan kami mblusukan melalui halaman beberapa rumah warga. Bahkan saya tidak membayar retribusi untuk mengunjungi tempat ini. Seperti pada umumnya candi di Indonesia, Candi Barong inipun kurang mendapat perhatian dari instansi yang terkait. Argumen mereka pada saat itu adalah karena di Yogyakarta terlalu banyak benda cagar budaya, sedangkan pegawai yang ada hanya terbatas.
Jangan kaget, jika disini anda menemukan banyak anjing kampung. Pada umumnya, anjing kampung tersebut digunakan untuk menjaga kebun warga atau ternak. Tentu saja, karena candi ini terletak di tengah perkampungan, anda juga bisa melihat anak-anak kecil bermain sepeda, latihan pencaksilat, naik motor tril sambil track-track-an ataupun kambing merumput disekitar candi. Huahaha. Unik ya?
to be continued…Candi Ijo 😉
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
*(sumber data sejarah: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta)