Beberapa tahun ini travelling menjadi sebuah gaya hidup. Lihat saja bagaimana semua blog menulisnya. Beberapa traveller writer mendadak menjadi seleb. Buku mereka menjadi selaris kacang goreng. Dan tiba-tiba, hampir setiap murid saya berpindah haluan cita-cita menjadi pembaca acara “jalan-jalan”.
Beruntungnya, pekerjaan saya membawa saya mengunjungi banyak tempat baru. Dalam sebulan, saya bisa empat kali melakukan perjalanan jauh. Sumatera, Kalimantan, Keliling Jawa, Bali, Sulawesi, Lombok, adalah beberapa tempat yang sudah pernah saya datangi. Buat saya, semua itu pengalaman yang menyenangkan. Mendatangi tempat-tempat yang memiliki budaya berbeda dengan yang sehari-hari saya temui adalah pembelanjaran tersendiri terhadap nilai-nilai toleransi, bertemu hal-hal baru yang hanya kita baca dalam buku-buku antropologi jaman sekolah adalah pengalaman tak tergantikan oleh apapun.
Dan takdir seakan memilihkan saya beberapa teman baru dikantor, yang (kacaunya) setipikal dengan saya, doyan dolan! Kami melakukan banyak perjalanan diluar kegiatan kantor. Tentu saja perjalanan ini dihitung hanya yang dilakukan di luar Jogja, ga kebayang banyaknya tempat yang telah kami lalui jika acara ngumpul kami di tanah Jogja pun turut dihitung. Dimulai dari menyusuri Goa di Pacitan, Pantai Teluk Penyu dan Nusa Kambangan di Cilacap, Dieng, Baturraden, Guci, Goa Seplawan, Wisata Ziarah ke Demak-Kudus-Muria, Tangkuban Perahu, dan mungkin yang paling melelahkan adalah perjalanan kami menaklukan Bromo.
Saya masih ingat rasanya terjatuh pas naek motor di Gunung Penanjakan, Bromo. Jalanan yang rusak, tanjakan yang berbahaya bagi orang yang tidak pernah tau sikon gunung penanjakan, pagi yang terlalu gelap (saat itu jam 03.00 subuh), badan lelah, kehujanan, kurang istirahat. Kami terkadang memang konyol dan ceroboh. Untungnya, meski jatuh dari motor, alhamdullilah saya tetap selamat ga ngglinding ke dalam jurang. Yah, setidaknya hanya kepala saja yang rada koplak gara-gara jatuh diatas bebatuan. Huaha! Padahal jika kalian semua tahu, semua saya lewati hanya dalam jangka waktu dua tahun! Jadi terbayangkan bagaimana tingkat mobilitas kami. Gilanya, saya selalu menjadi satu-satunya perempuan dalam setiap kegiatan kami. Satu-satunya perempuan, satu-satunya yang masih single, paling muda, dan paling kecil! haissshhh
Pernah suatu kali saya ditanya, “bagaimana jika suatu saat saya telah bersuami, apakah saya masih bergabung dengan mereka?”. Biasanya saya hanya tertawa jika ada pertanyaan macam ini. Ribet njawab-nya! Anehnya, saya punya pemikiran yang berbeda. Dari dulu saya selalu punya alasan pada diri sendiri, kenapa saya mau mengikuti kemanapun teman-teman pergi. Alasannya: “mumpung”. Mumpung saya masih muda, mumpung saya masih punya banyak waktu, mumpung saya masih single, mumpung saya belum jadi ibu. Sulit membayangkan, saya sedang hamil besar dan keukeuh ikut jalan-jalan ke Bali, atau saya menjadi ibu dengan bayi berumur 7 bulan tapi tetap keukeuh maksa jalan-jalan ke Bromo, meninggalkan si bayi dirumah hanya bersama bapaknya. Aduh, rasanya kok saya benar-benar merasa jadi ibu yang buruk!
Karena saya perempuan, saya pikir, ada banyak hal yang harus saya lakukan saat saya mumpung muda. Ada masa-masa dimana saya harus kehilangan saat-saat menyenangkan seperti ini. Tentu saja, jika saya sudah menikah dan punya anak. saya tetap bisa pergi kemanapun saya mau. Tapi pasti tidak akan lama, karena saya akan merasa bersalah jika meninggalkan anak sendirian dirumah. Saya juga tidak mungkin hanya pergi jalan-jalan berdua dengan suami, sementara anak saya titipkan pada orangtua, kesannya kok saya jadi ibu yang begitu kejam. Setidaknya, anak saya harus minimal berusia 7 tahun agar saya dapat membawanya pergi jalan-jalan ke Bromo atau Lombok. Kecuali memang destination wisatanya adalah daerah perkotaan, maka sebelum anak saya berusia 7 tahun saya sudah bisa membawanya jalan-jalan. Aiiihhh, bayangkan saya (yang tidak terlalu suka kota besar) harus menunggu 7 tahun hanya untuk pergi ke sebuah tempat yang sebelumnya sangat saya inginkan? Saya masih belum bisa membayangkan bagaimana perasaan seperti itu. Tapi bukan berarti saya tidak antusias menunggu saat-saat itu datang.
Masyarakat kita membentuk sebuah stigma bahwa setiap perempuan mempunyai masa daluarsa. Perempuan harus dirumah mengurus anak-anak dan suami. Dan sebelum masa daluarsa saya datang, saya harap, saya bisa mengunjungi beberapa tempat yang sangat ingin saya kunjungi.
Tentu saja, saya tahu, bahwa tidak semua orang setuju dengan pemikiran saya. Saya memiliki banyak teman laki-laki yang mungkin belum pernah keluar dari Pulau Jawa. Tidak pernah kemana-mana. Ini bukan penghinaan, maaf. Saya hanya berusaha realistis. Perempuan dengan pemikiran seperti saya, terkadang dianggap terlalu lancang. Saya adalah jenis perempuan yang terlalu menghabiskan banyak uang untuk hal-hal yang sia-sia. Begitu biasanya teman-teman menyebut saya. Saya tidak akan berargumentasi banyak hanya untuk mengatakan bahwa pendapat saya yang benar, dan mereka salah. Tidak! Buat saya, mengunjungi tempat baru dengan budaya berbeda, itu berarti membangun kualitas diri untuk menghargai perbedaan, toleransi! Tentu saja ini terkait dengan hal yang sangat spiritual, pengalaman rohani masing-masing orang yang berbeda. Menghargai budaya yang berbeda sama dengan menghargai orang-orang yang hidup dengan agama dan kepercayaan yang berbeda. Makanya saya menyebutnya sebagai pengalaman spiritual. Setiap orang, punya cara pandang yang berbeda dalam hal ini. Dan saya menghormati hal tersebut.
Blog ini saya tulis sebagai upaya dari menyimpan sebagian kenangan saya. Internet adalah salah satu tempat terbaik buat menyimpan data. (Dengan catatan, datamu tidak dicuri orang). Di blog ini, saya menulis perasaan saya mengunjungi banyak tempat, dan hal-hal yang bisa saya pelajari dari setiap tempat. Untuk tahun-tahun mendatang, kemungkinan hidup saya hanya akan diisi dengan mengenang masa muda. Sisi positifnya adalah 12 atau 15 tahun dari hari ini. Anak saya bisa membaca cerita-cerita di dalam blog ini dan belajar sesuatu darinya. Mungkin anak saya bisa menelusuri jejak yang pernah saya buat. Membandingkannya dan bercerita dengan cara yang berbeda. Itu sebabnya saya selalu menulis panjang sebuah cerita dari perjalanan saya. Saya ingin menulis seluruhnya, mumpung ingatan saya masih bagus, masih nyata. 15 tahun dari sekarang, saya bakalan lupa, apa yang saya rasakan hari ini. Esensinya adalah saya menuliskan kegiatan saya selama travelling, tempat apa saja yang saya kunjungi, dan apa saja yang saya temui saat itu. Sebuah cerita yang seolah-olah berkata pada anak saya, “Lihat, jika ibumu saja bisa mengunjungi sekian banyak tempat, harusnya kau bisa mengunjungi lebih banyak lagi tempat dibandingkan aku, ibumu!”.
Tentu, tulisan di blog ini hanya sebagian saja menyimpan kenangan saya. Saya tidak akan menulis tentang bagaimana membosankan pekerjaan, atau pendapat saya tentang politik hari ini. Juga tidak akan memasang beberapa tulisan saya yang lain, yang terpajang dalam majalah. Tentu tidak. Tulisan di blog ini jauh dari hal-hal seperti itu. Tulisan ini sebuah upaya, agar anak-anak saya bisa mengenal saya lewat tulisan, lewat hal yang saya sukai: travelling.
Blog ini bisa saja, saya setting privat. Tapi, jika dipikirkan lagi, tujuan saya membuat blog ini, karena saya berniat sharing, agar ada orang-orang diluar sana, yang tidak saya kenal, juga belajar dari apa yang saya alami. Jadi begitulah, ulangtahun kali ini memaksa saya bertanya pada diri sendiri, kenapa saya tetap saja menulis di blog ini dan membagikannya bersama kalian.

Happy Birthday to me.
Jogja. 30 November, 2011.
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak