Hari Kedua
Setelah seharian sebelumnya kami berkeliling dari Masjid Demak, Makam Sunan Kalijaga, Masjid Agung Kudus, dan Masjid Agung Muria. Maka perjalanan hari ke-2 kami lanjutkan menuju lokasi ke-5, yaitu Bledug Kuwu.
Pagi-pagi sekali, usai sarapan, kami langsung melaju menuju daerah Grobogan. Kami melewati Sukolilo, Pati sebuah daerah yang mengingatkan saya pada masa lalu. Dulu, saya dan teman-teman pernah tinggal di Bulungan, Pati untuk penelitian. Saya ingat sekali area jalanan daerah Sukolilo yang naek, bergelombang dan berbelok tajam kadang membuat perut mual. Pemandangan pohon jati dan bukit kapurnya pun masih sama, bedanya sekarang jauh lebih gersang, lebih kering, lebih tandus.

Hari belum terlalu siang waktu kami sampai di Bledug Kuwu. Tidak seberapa ramai hari itu, yang pasti udara sangat terik. Saya mendengar tentang bledug kuwu pertama kali dari seorang teman yang kuliah di jurusan geografi bertahun yang lalu.

Bledug Kuwu adalah sebuah kawah lumpur (mud volcano) yang mengingatkan saya pada lumpur Lapindo. Bedanya, yang ini keajaiban alam, sedangkan Lumpur Lapindo bencana manusia, soalnya penyebabnya manusia yang serakah sehingga mengorbankan alam dan rakyat miskin.

Bledug Kuwu terletak di Desa Kuwu, masuk wilayah Grobogan. Lumpur dari kawah ini airnya mengandung garam, oleh warga lokal dimanfaatkan untuk dipakai sebagai bahan pembuat garam bleng secara tradisional. Caranya adalah dengan menampung air dari bledug itu ke dalam glagah (batang bambu yang dibelah menjadi dua), lalu dikeringkan. Air garam dari lumpur tersebut biasanya dijadikan oleh-oleh khas dari tempat ini. Dijual banyak di area wisata.
Dari buku yang dijual di area wisata, tertulis ada kisah tentang Joko Linglung, seekor ular yang ingin pengakuan “putra” dari ayahnya yang seorang Raja di Medang Kamulan bernama Raden Aji Saka. Sang Raja mau mengakui sebagai putra dengan syarat bahwa Jaka Linglung harus membunuh Prabu Dewata Cengkar di Laut Selatan. Dan begitulah kisahnya, setelah membunuh Dewata Cengkar, Jaka Linglung pulang ke Medang Kamulan, tapi karena lupa jalan pulang, maka dia muncul keluar dari bumi beberapa kali, salah satu lubang tempat dia keluar berubah menjadi tempat yang sekarang kita sebut sebagai Bledug Kuwu.

Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak