[Tour] Api Abadi Mrapen


Dari Bledug Kuwu, kami menuju lokasi ke-6 yaitu Mrapen. Mrapen adalah lokasi petilasan Sunan Kalijaga. Letaknya ga seberapa jauh dari Bledug Kuwu, masih masuk Grobogan, yaitu di daerah Manggarmas, kecamatan Godong. Saya ingat sekali, siang pas kami mau menuju Api Abadi Mrapen. Kami juga melihat Balai Desa sedang kebakaran. Habis merata, tak ada yang terselamatkan.

Kami beruntung, karena kami yang tidak tahu apa-apa tentang Mrapen ini bisa bertemu secara langsung dengan Juru Kunci-nya dan mendapatkan banyak cerita sejarah. Menurut juru kunci yang saya temui. Fenomena ini, diawali pada saat pemindahan kekuasaan dari Majapahit ke Demak, Sunan Kalijaga dan rombongannyalah yang membawa semua batu alas soko kraton. Karena perjalanan begitu melelahkan maka mereka beristirahat di lokasi yang sekarang dikenal sebagai Mrapen.

Api Abadi Mrapen

Saat itu, karena tidak ada api dan air. Maka Sunan Kalijaga menancapkan tongkatnya. Yang satu keluar api dan satunya keluar air. Ini dimaknai sebagai perlambang bahwa masyarakat dalam kehidupannya butuh air dan api untuk kelangsungan hidup dan juga keseimbangan alam, gitu kata Juru kuncinya.

Esoknya, saat rombongan akan berangkat ke Demak. Ternyata salah satu batu tidak bisa diangkat. Atas perintah Sunan Kalijaga maka batu tersebut ditinggalkan di Mrapen. Sejak itulah batu tersebut dikenal dengan Batu Bobot. Dipercaya bahwa siapa yang bisa mengangkat batu bobot, maka keinginannya akan terkabul.

Api Abadi Mrapen

Cerita berlanjut dengan kisah adik Sunan Kalijaga yang bertapa “kidang” (telanjang). Nah, kemudian Sunan Kalijaga mengadakan sayembara “siapa yang bisa membawa adiknya kembali, jika wanita akan dijadikan saudara, dan jika laki-laki akan dinikahkan dengan adiknya Sunan”.

Dan muncullah Empu Supa, yang kabarnya terkenal sakti. Si Empu berkenan untuk membuat keris yang akan menaklukan adik Sunan Kalijaga dan membawanya kembali. Empu Supa membuat keris, karena saking saktinya, langsung dengan tangannya sendiri, besi yang dibakar di api abadi langsung diplenet-plenetkan beralaskan batu bobot, dan kemudian dicelupkan ke mata air.

Api Abadi Mrapen

Karena itu, mata air ditempat dekat api abadi tidak pernah bisa bersih, warnanya kecoklatan seperti air yang habis dipakai buat menyepuh keris. Airnya sendiri seperti air mendidih yang berbuih-buih, akan tetapi rasanya anyep dingin waktu disentuh. Sejak itu dikenal dengan nama Sendang Dudo. Keris hasil buatan Empu Supo, konon yang kini berjuluk Kiai Sengkelat akhirnya diserahkan pada Sunan Kalijaga dan Empu Supo berhasil membawa adik Sunan pulang dan menikah dengannya.

Api Abadi Mrapen ini turut andil dalam beberapa acara besar seperti Pesta Olahraga Internasional Ganefo I tanggal 1 November 1963, Pekan Olahraga Nasional (PON) mulai PON X tahun 1981, POR PWI tahun 1983, HAORNAS, dan Upacara Hari Raya Waisak. Semua acara itu menggunakan Api Abadi Mrapen sebagai sumber obornya. Lantas kenapa sekarang apinya jadi begitu kecil dan tak terlihat?

Dari beberapa info, kami jadi tahu, penyebabnya karena banyak penduduk sekitar menyalurkan api abadi tersebut untuk kepentingan rumah tangga. Warga mengambil api tersebut dengan cara mengebor tanah dan memasang pipa. Gas api abadi itu kemudian dialirkan ke rumah untuk memasak. Lokasinya sendiri masih merupakan milik warga local sehingga Pemda tidak dapat berbuat apa-apa. Pernah pemda ingin membeli tanah Mrapen, tapi karena tidak ada kesepakatan harga, maka sampai saat ini usaha tersebut tidak ada perkembangan yang berarti.

–to be continued–

Tulisan Terbaru:

Advertisement

2 thoughts on “[Tour] Api Abadi Mrapen

monggo silahkan nyinyir disini ;-)

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.