Dari Pura Lingsar, kami menuju ke atas, ke arah lembah Gunung Rinjani. Disana ada tempat menarik yaitu Hutan Wisata Sesaot dan Suranadi.
Sebenarnya saya sudah berencana berkunjung ke Hutan Wisata Sesaot. Setauku disana ada air terjun yang sangat indah. Sayang, hari telah sore, karena takut kemalaman, maka kami putuskan cukup berkunjung ke Pura Suranadi saja.
Suranadi berasal dari kata “sura” yang berarti dewa, dan “nadi” memiliki arti sungai. Konon, Suranadi juga mengandung arti “kahyangan” dalam kamus bahasa Jawa Kuno.
Kami sempat nyasar masuk ke dalam Hutan Wisata Suranadi, kebetulan Wanawisata ini cukup ramai pengunjungnya. Setelah ngobrol dengan pegawai kehutanan yang bertugas di sini, kami di beritau bahwa Pura Suranadi terletak di samping Hutan Wisata Suranadi.
Di sepanjang jalan dari Hutan Wisata menuju Pura, kami bertemu dengan banyak sekali monyet-monyet jinak.
Areal Pura Suranadi yang luas dan asri memiliki 5 (lima) buah mata air yang dikenal dengan nama Panca Tirtha atau Pancaksara.
Konon keberadaan Pura Suranadi terkait dengan perjalanan Danghyang Dwijendra — dikenal pula dengan nama Pedanda Sakti Wawu Rauh — menuju Sasak (Lombok) untuk kedua kalinya. Di Lombok, beliau dijuluki juga sebagai Pangeran Sangupati.
Guna menjaga agar umat Hindu yang ditinggalkan bisa melakukan tertib upacara menurut ajaran agama yang telah ditentukan, lantas beliau dengan “puja mantera”-nya memunculkan pancatirtha (lima macam tirta) di Suranadi.
Versi lain yang menyebutkan, Pura Suranadi dibangun atas gagasan raja Pagesangan bernama AA Nyoman Karang pada 1720 Masehi.
Seorang pendeta dari Bali — cucu Danghyang Dwijendra — bernama Pedanda Sakti Abah, dipanggil oleh raja Pagesangan guna melaksanakan panca yadnya, yakni lima macam pengorbanan suci menurut ajaran agama Hindu.
Guna kelangsungan kegiatan ritual secara berkelanjutan itulah, dipilih Suranadi sebagai tempatnya.
Jika kalian berkunjung ke tempat ini, pura juga bisa terlihat dari dalam hutan. Hutan Wisata ini adalah areal terpenting dalam menjaga kualitas sumber mata air bagi Pura Suranadi. Areal yang sejuk dan masih alami membuat tempat ini tidak boleh dilewatkan kalo anda berkunjung ke Lombok 😉
Kami sendiri tidak berlama-lama di Pura ini. Saat kami datang, bertepatan dengan waktunya sembahyang sore bagi umat Hindu.
Dari warga lokal inilah, kami mendapat informasi bahwa ternyata di tempat ini yang paling terkenal adalah gado-gado Suranadi 😉
Sayangnya kami tidak sempat mencoba karena buru-buru melanjutkan perjalanan ke Taman Narmada. Maybe next time, saya bisa mencicipi kelezatannya.
–Selamat Jalan-Jalan–
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak