Usai trip ke Candi Kalasan dan Candi Sari, saya dan Chandra menelusuri selokan Mataram hendak menuju Candi Sambisari. Kalo dari petunjuk bapak penjaga Candi Sari –pak Daryono– kayaknya dekat dan mudah. Tapi entah kenapa kita malah nyasar mblusukkan ke daerah atas (Ngaglik).
Berhubung hari sudah sore, saya jadi males buat muter-muter bertanya ke warga lokal nyari jalan ke Candi Sambisari. Ujung-ujungnya saya dan Chandra sambil ketawa haha hihi asyik ngakak sambil menikmati suasana sore mblusukkan ke daerah atas.
Pas lewat beberapa jalan yang saya hafal dengan baik (karena daerah tersebut merupakan daerah rumah juragan saya) hhmmm baru ngeh kalo tuh jalan ujung-ujungnya adalah Rumah Makan Tengkleng Gajah Sari Roso Mulyo, wuiiihhh kebetulan banget nich! Udah lama pengen maem Tengkleng Gajah tapi gagal terus karena pas kita dateng ga pernah buka.

Setelah tanya sama mbak yang jualan, ternyata mereka jualan dari jam 4 sore hingga malam, padahal kalo baca di info nya sich buka sedari siang. Hmm pantesan kalo saya dateng pas jam makan siang, pasti rumah makannya ga buka, ternyata lebih tepat disebut “belom buka” 😉
Jadi saya sarankan, jika ingin menikmati Tengkleng Gajah ada baiknya kalian datang disaat hari sudah sore atau malam. Tapi juga jangan terlalu malam, kata mbak penjualnya biasanya jam 9 malam, makanan sudah habis laris manis.

Rumah Makan Tengkleng Gajah terletak di Bulurejo (Minomartani), Ngaglik, Yogyakarta. Itu sekitar di Jalan Kaliurang Km 9,3. Jadi kalo kalian dari arah selatan, lewat ajah jalan Kaliurang hingga sekitar per3 menuju perumahan Merapi View, sekitar 300 meter sebelum per3an ada belokan ke kanan, ikuti ajah jalannya sekitar 1 km nanti disebelah kanan jalan ada Rumah Makan Tengkleng Gajah Sari Roso Mulyo.

Meski namanya Tengkleng Gajah, tapi daging yang digunakan di rumah makan ini adalah daging kambing muda. Menurut cerita dari orang-orang yang saya temui, pemilik warung –pak Hartono– seorang penyuka tengkleng, tapi karena umumnya di warung makan di Jogja irisan daging tengkleng terlalu kecil atau porsinya yang terlalu sedikit, pak Hartono akhirnya mendirikan warung makan tengkleng sendiri.
Nama gajah digunakan sebagai merk dagang lantaran porsinya yang super dan irisan dagingnya yang terbilang mantap 😉
Tapi meski potongan dagingnya besar-besar, tengkleng gajah sangat empuk karena tulang kambing muda yang digunakan kabarnya direndam bersama bumbu dan dimasak hingga 4 jam.
Waktu itu kami pesan tengkleng gajah kuah bening dan tengkleng gajah bumbu tongseng. Dan porsinya wooowww, akeh tenand! Saya dan Chandra sempet bengong pas liat porsinya, dah gitu dengan bayar 2000 rupiah nasi boleh ambil sendiri sepuasnya, sekuatnya perut!
Ada cerita lucu, pas tengkleng gajah pesanan kami datang, awalnya kami sempet kaget juga ngeliat porsinya yang sangat besarrr, tapi berhubung wes kadung pesen, yo wes hajarrr wae!
Ujung-ujungnya ada mas-mas yang ngeliatin kami dan ngerasani porsi makan kami yang kalap. huehe! fyi, karena porsinya yang besarrr, di rumah makan ini umumnya sepiring tengkleng gajah dihabiskan oleh 2 orang, kami malah sebaliknya. Nyahaha 😉
Jadi, jika kalian memang suka makan tengkleng dalam porsi besarrr ada baiknya memang mencoba Tengkleng Gajah 🙂

Ohiya, asyiknya tempat makan ini adalah hotspotnya kencenggg, mungkin karena cuma saya dan Chandra yang sibuk update status ditempat ini. huehe!
–Selamat Mencoba–
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
Haa, ada hotspoteeee…???
penangsaraann….
Eh tapi kalo ngliat porsine sih kok malah mirip sop iga sih..?
ayo dicobaaaaaaa,,,,,,,,,,,,,
wah, aku nggak boleh banyak-banyak makan daging kambing tapi kalau ada yang mbayari justru maunya makan banyak
huahaha,,,,,
ayo ayo dicoba kangggg!
hialahhhh..
namae tengkleng gajah tapi daginge kambing….??
ketippuuu…
wkakakakk
saya yang lahir dan besar di Lampung saja belom pernah makan daging gajah kok 😉
waa, kgn plg ke jogja! aplg adek tmnq kmrn sore update status mkn tengkleng gajah. di metro adanya patung gajah di taman kota, he2
orang lampung juga thooo? aku ya jg orang lampungg