Lokasi yang kemudian saya dan Chandra kunjungi setelah trip ke Candi Kalasan adalah Candi Sari. Candi Sari terletak 150 m di sebelah timur laut Candi Kalasan. Jadi letaknya ga jauh dari Candi Kalasan, cukup menyebrangi jalan Solo ajah π

Pas kami datang, Candi Sari dalam kondisi sepi, menurut keterangan penjaga candi –pak Daryono– biasanya yang datang hanya anak-anak jurusan sejarah dan arkeologi, atau kadang beberapa turis. Sedangkan orang Indonesia sendiri jarang sekali berkunjung ke candi ini.
Menurut History of Java, Candi Sari ditemukan dalam keadaan rusak, nah pada tahun 1929 dipugar oleh Dinas Purbakala dan selesai pada tahun 1930.
Denah Candi Sari berbentuk persegi empat dengan ukuran 17,30m x 10m dan tinggi 17m. Arah hadap candi ke timur, dengan tangga masuk ke bilik di sisi timur. Pada tiap sisi tubuh candi terdapat jendela.



Di dalam tubuh candi terdapat tiga ruangan yang berjajar, masing-masing dihubungkan dengan pintu masuk. Pas saya ambil beberapa gambar di dalam candi ini, agak degh-deghan juga. Soalnya sendirian dan sepi, sedangkan Chandra memilih menunggu diluar.
Candi ini diperkirakan bertingkat, lantai bilik atas kemungkinan terbuat dari kayu. Hal ini diketahui dari adanya lubang-lubang yang diperkirakan dipakai untuk menempatkan ujung balok kayu. Pada dinding utara dan selatan bilik bawah terdapat relung yang dihiasi dengan kalamakara.

Pada sisi luar tubuh candi terpahat arca-arca dewa Bodhisatwa dan Tara. Arca-arca tersebut berjumlah 36 buah (8 disisi timur, 8 disisi utara, 8 disisi selatan dan 12 disisi barat).
Pada umumnya arca ini digambarkan dengan sikap lemah gemulai (sikap Tribangga) dan memegang teratai merah dan biru. Dinding luar Candi Sari juga dilapisi dengan bajralepa.


Berdasarkan arca dan relief dewa yang terpahat dapat diketahui bahwa latar belakang keagamaan Candi Sari adalah Buddha.

Menurut info dari BP3, adanya pembagian ruang mengindikasikan bahwa Candi Sari digunakan sebagai wihara (asrama bagi pendeta). Sedangkan tahun pendirian candi masih belum diketahui secara pasti.
Berdasarkan keterangan tentang keberadaan wihara dalam Prasasti Kalasan, dapat diperkirakan bahwa candi ini sezaman dengan Candi Kalasan, yaitu dari abad VIII Masehi.

Yang paling menyenangkan dari trip ke candi kali ini adalah kondisi candi yang sepi memungkinkan kami leluasa mengambil foto sebanyak-banyaknya, udah gitu kami tidak dikenakan biaya retribusi sepeserpun π gratisss!
–to be continued–
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
belum pernah ke sana nih. candi kalasan saja hanya dilihat dari jalan. padahal almarhum bapakku dulu kerjanya ngurusin candi…