Sebelum Februari berakhir, saya ingin menulis sesuatu yang melankolis π
Pernah denger Ning Ratri? Jika anda sekitar tahun 2007-2009 hidup di Jogja, khususnya sekitar area jakal km 5,5 anda pasti sering mendengar nama ini.
Ning Ratri yang terletak di sebrang jalan Omega Motor, merupakan warung kopi 24 jam dengan harga mahasiswa.
Dulu di Jogja masih jarang sekali warung kopi. Tapi bukan berarti tidak ada. Jogja sangat terkenal dengan kopi joss di daerah Tugu atau acara ngopi di angkringan.
Sekitar tahun 2000-an, Blandongan tampil berbeda. Menciptakan suasana ngopi tersendiri. Semenjak itu warung kopi bermuculan, terutama di daerah belakangΒ amplaz, semua sawah dan mbulak tiba-tiba saja disulap menjadi kampung warkop π
Blandongan, sebagai ikon warung kopi, menciptakan warna tersendiri dalam kehidupan malam para mahasiswa di Jogja, bukan itu saja, Blandongan menciptakan komunitas tersendiri, menyelamatkan anak bangsa dari kekurangan kopi! Jadi siapa yang ga pernah ngopi di Blandongan? ayooo tunjuk tangan π
Seiring dengan suksesnya Blandongan, banyak warung kopi lain yang lahir dengan mengusung konsep yang hampir sama. Salah satunya Ning Ratri!
Saya sendiri kenal Ning Ratri, karena selain letaknya dekat rumah, Ning Ratri menjual menu dengan harga mahasiswa π
Di tempat ngopi ini, saya punya banyak kenangan bersama teman-teman, mulai dari sekedar ngobrol ngalor ngidul ga jelas hingga pembicaraan mengenai penelitian kami, pulung gantung!
Ruangan Ning Ratri yang tak terlalu luas, kadang terlalu full untuk menampung kami. Ruangan yang full asap rokok, jujur saja, membuat kami malas berlama-lama, tapi harga yang murah dan kopi yang enak buat lidah, tentu saja membuat kami kembali lagi π
Orang-orang seperti saya dan teman-teman yang bernasib sama (baca: mahasiswa kere) banyak menjejali Ning Ratri untuk sekedar sharing pengalaman tentang galaunya kami menjadi mahasiswa tingkat akhir.
Sayangnya, sekitar awal tahun 2010, saya sudah tidak lagi melihat Ning Ratri. Warung kopi ini tutup dan diganti sebuah salon refleksi yang sepi. Sampai saat ini, kami masih penasaran Ning Ratri pindah kemana. Mungkin saja para pemiliknya sudah lulus kuliah dan membuka warung kopi di daerah asal mereka. Kami tidak tahu banyak, cuma asal menebak.
Entah kenapa, sampai sekarang setiap kami melewati “bekas lokasi” Ning Ratri, kami selalu bertanya-tanya, kemanakah Ning Ratri sekarang.
Barangkali dari kalian ada yang tahu? π
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak