Sekitar awal Agustus yang lalu, saya dan ke-5 teman memang sengaja janjian untuk nonton Transformer 3D di XXI. Berhubung film-nya dimulai setelah maghrib, maka otomatis kami keluar dari bioskop dengan perut kelaparan.
Setelah berdiskusi sebentar, kami memutuskan untuk mencoba Kopi Tiam Oey (biasa cuma disebut KTO) yang baru saja buka awal Agustus di jalan Wolter Monginsidi (sebelah Takigawa Resto).

Saya sendiri sangat sering lewat jalan Wolter Monginsidi ini. Daerah ini sering disebut juga dengan kawasan Cemoro Jajar, nama daerah yang menurut saya sangat keren, karena saya selalu membayangkan bahwa dahulu kala di sini pasti banyak sekali pohon cemara yang berjajar sepanjang jalan.
Daerah Cemara Jajar memang termasuk daerah tua. Itu bisa dilihat dengan banyaknya bangunan bergaya rumah Belanda disini. Nah, karena pada umumnya bangunan KTO di kota lain mengusung konsep Tempo Doeloe, mungkin itu yang jadi salah satu alasan kenapa KTO Jogja memilih kawasan Cemoro Jajar sebagai kawasan yang cocok untuk membuka cabang ke-9 dengan mempergunakan bangunan heritage rumah Belanda sebagai coffee shop-nya.
for your information, rumah Belanda yang dipakai sebagai coffee shop ini dibangun tahun 1923. Jadul banget khan!


Pertama kali masuk ke coffee shop yang mengusung tagline “Koffie Mantep Harganja Djoejoer” ini, saya seperti masuk ke kehidupan di era oma opa kita. Wow, atmosphere-nya banget banget banget terasa jadul! Di tambah lagi lagu keroncong yang mendayu-dayu, duwh saya jadi membayangkan kisah-kisah dalam buku-nya Pram!
Istilah “Kopitiam” sendiri dalam dialek Hokkien berbarti “warung kopi” yang sebenarnya dilafalkan “ka” “fe” “tien”. Nama “Kopitiam Oey” (dibaca “kopitiam wi”) adalah plesetan dari nama “Kopitiam Winarno”.

Nah, waktu itu kami ber-6 mendapatkan sebuah meja bundar yang terbuat dari marmer untuk 4 orang, dan ditambah sebuah meja bundar marmer untuk 2 orang yang lain, dengan tempat duduk kayu bergaya antik.
Kami diberi buku menu dengan cover berkain dengan motif khas Cina, begitu membaca Lijs, kami dipaksa membaca tulisan dalam Bahasa Indonesia ejaan lama seperti: Ijs Cappuccino, Ijs Kopi Soesoe Indotjina, Ijs Kopi Sisiliana, Kopi Toebroek Djawa, Ijs Teh Limaoe, Ijs Teh Daon Mint, Teh Taloea Boekittingi, Teh Tjeloep, Teh Wangi Tjap Potji, Teh Toebroek Tjap Blotank Chai atawa Teh Boemboe India, Djoes Apel atau Djoes Djeroek.
Ada juga menu spesial khas Jogja seperti: Brongkos Beringharjo, Gudeg Manggar Bantul dan Bakmi Jawa.
Berhubung saya datang ke KTO pas bulan puasa, dan saya sempat “curcol” pada mas waitress-nya kalo kami sama sekali belum makan apapun, alhasil kami mendapatkan Ijs Tjingtjao Djahe Tjikini sebagai takjil gratiss! uhuy.

Setelah memesan beberapa makanan dan minuman, seperti Ijs Kopie Soesoe Indotjina, Ijs Teh Limaoe, Ijs Teh Daon Mint, Nasi Goreng Kambing, dan beberapa makanan lain (yang saya lupa namanya), seorang waitres menggunakan ipad langsung mengorder pesanan kami.

Berhubung namanya adalah Kopi Tiam, maka hal pertama yang saya coba adalah koffie-nya. Waktu itu pilihan saya jatuh pada Ijs Kopi Soesoe Indotjina. Sempat disarankan oleh mas waitress-nya agar tidak meminum Ijs Kopi Soesoe Indotjina untuk berbuka, karena rasa koffie-nya yang kuat terkadang beberapa pembeli tidak tahan pada tingkat keasaman koffie-nya.
Ijs Kopi Soesoe Indotjina sendiri sangatlah unik karena dibuat dengan menggunakan teknik dripping, air koffie akan menetes dari saringan khusus ala Vietnam. Esnya sengaja dipisah dari koffie susu agar tidak menghilangkan cita rasa aslinya.

Sayangnya, meskipun makanan di KTO taste-nya enak, akan tetapi terlalu sedikit porsinya untuk perut kami. Jadi akhirnya kami menambah beberapa menu makanan lagi seperti Nasi Tim Ajam dan Roti Prata.

Sekali lagi, saya lebih suka menyebut Kopi Tiam Oey sebagai coffee shop, dibandingkan resto. Karena memang tujuan utama datang ke tempat itu adalah untuk ngopi, bukan makan makanan berat. Jikapun KTO menyediakan makanan berat, itu hanya sekedar pelengkap “rendevous” suasana-nya ajah!
Yang saya tahu, KTO buka setiap hari mulai dari jam 07.00 sampai jam 00.00 WIB. So, bagi teman-teman yang ingin suasana baru dalam melaksanakan ritual ngopi, Kopi Tiam Oey bisa dijadikan salah satu alternatif di Jogja.
Selamat Mencoba!
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
hemm…
suasananya mang bikin mupeng. Owh syukurlah kalo ada makanan beratnya, so bisa sekalian ngopi nmakan…. (aku gak isa ngopi je, wetengku, hiks )
Ada wifinya nggak ndhuk..?
aku khan datang pas seminggu baru buka kang,,,waktu itu kayaknya blm ada,,,entah sekarang!