Dari Gunung Penanjakan, lalu Gunung Bromo, lalu Pasir Berbisik, dan kemudian kami diajak ke Bukit Teletubbies. Kenapa namanya Teletubbies, ya karena perbukitan ini mirip banget dengan setting lokasi acara anak-anak Teletubbies.

Tentu saja, Bukit Teletubbies di Bromo ini ga ada hubungannya dengan Teletubbies di tipi. Nama julukan inipun ada karena pengujung yang memberikan nama, bukan masyarakat Tengger sendiri 😉

Untuk sampai di Bukit Teletubbies, kami harus mengarungi lautan pasir yang begitu luas. Jatuh dan bangun dari motor. Pada umumnya, pengunjung menyewa hartop untuk sampai ke sini, kecuali kami yang memang hobby mblusukkan 😉




Begitu sampai di Bukit Teletubbies, kami benar-benar ga percaya, kalo ditempat sekering dan setandus ini ada hamparan hijau Padang Savana dan Bukit Telletubies. Melihat hijaunya yang begitu kontras dengan daerah di bagian utara Bromo, kami benar-benar mengagumi dan tak percaya.
Sebenarnya, kami lebih takjub pada lautan pasir. Kok gitu? ya karena sepanjang perjalanan kami menuju kawasan ini. Terutama rute yang kami lalui yaitu lewat Sukapura, sebuah kampung yang bisa dijuluki ijo royo-royo, kanan kiri penuh dengan ladang sayur. Bener-bener kayak kawasan Kopeng atau Puncak. Tapi kok bisa, malah dipuncaknya ada kawasan kering, gersang, dan tandus Lautan Pasir kayak gini? Ajaib banget khan!




Cerita dari guide kami, Padang Savana ini terletak disebelah selatan Gunung Bromo, bukit ini menjadi salah satu destinasi yang paling menarik karena bukit ini berwarna hijau pada saat musim penghujan, menguning di musim bunga, dan menjadi coklat pada musim kemarau.
Pas kami datang, Bukit Teletubbies ini ramai pengunjung yang sedang berfoto-foto, kebanyakan bule. Selain lautan pasir, ini adalah tempat yang paling sering dijadikan lokasi shooting film dan serial FTV. Bahkan beberapa hari sebelum kami datang, Bukit Teletubbies ini dijadikan sebagai ajang touring dari beberapa komunitas dari Jawa Timur. Keren ya?


Jangan khawatir, kalo kalian disini, dipastikan signal hape kuat kok 😉 Buktinya saya pas mblusukkan di sini, teuteup bisa update status! Ehhh bahkan ada lho yang mau photo pre-wedding disini. Kebayang ga, adem-adem tapi kudu photo pake baju tipis disini. Wiiihhh, maknyoooz tenand!




Waktu itu, karena terlalu sibuk mengambil photo kami lupa bahwa hari sudah siang. Jam sudah menunjukkan pukul 10 siang, kami harus segera pulang, dengan buru-buru! Kami harus berpacu dengan kabut yang memenuhi jalan.
Pulang, artinya kami harus kembali mengarungi lautan pasir. Kami benar-benar ngebut. Kabut yang memenuhi jalan itu sangat berbahaya karena dapat menyesatkan. Lampu motor yang dihidupkan pun tak membantu banyak. “Terlalu siang, kabut sudah kadung turun,” begitu kata guide kami.
Kami pulang dengan jalan berderet dalam jarak yang dekat. Meski begitu, naek motor di atas pasir bukan hal yang mudah. Mau tak mau, beberapa kali kami jatuh lagi. Saya dan teman, karena berada di deretan paling belakang, hampir saja tak bisa menembus kabut. Tapi, alhamdullilah kami sampai dengan selamat ke penginapan 😉
for your information, jika kalian berasal dari luar Jawa Timur atau bahkan luar Jawa, pertama kali datang ke Bromo dan naek motor maka ada baiknya sewalah seorang guide. Minimal bisa jadi penunjuk arah, konsultan cuaca, dan yang terpenting adalah penolong saat anda jatuh dari motor 😉 Jalan-jalan ke Bromo naek motor rasanya sangat berbeda dengan jalan-jalan ke sana naek Bus Pariwisata atau bahkan ikut rombongan tour & travel.
Jika kalian takut ditipu, kuberitahu sebuah rahasia. Dulu bapak kost ku pernah menjabat pimpinan cabang di salah satu bank negeri di Probolinggo. Dan katanya, selama dia menjabat berpindah dari satu kota ke kota lain (Bapak juga sering ditempatkan diluar pulau Jawa), para masyarakat Tengger di Sukapura adalah satu-satunya tempat yang tidak pernah kena kredit-macet. Tau kenapa? itu karena masyarakat Tengger terkenal jujur, baik, dan menepati janji. Karena menepati janji itulah makanya mereka selalu membayar tepat waktu 😉 ini ga bohong lho. Testimoni langsung dari bapak kost saya yang superrr terpercaya!
Jadi, bagi kalian yang baru pertama kali datang, jangan takut dengan masyarakat Tengger. Mereka terkenal baik hati 😉 Ohiya, pas acara jalan-jalan ke Bromo ini, saya diantar guide ke beberapa pedagang lokal yang menjual barang dengan harga wajar dan mutu yang bagus. Jadi belanja banyak pun ga ngerasa rugi!
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
Saya setuju,,warga tengger jujur dan baik..
Nice fotonya 🙂
iya, warga nya baik2 banget 😉
Mupeng Mrenono rekkkk :((
wahh,,.bgus pmndangnnya..2x k bromo tpi gk prnh tau bukit teletubis..,
arahnya kmna ya,,.?