Apa sich yang paling terkenal dari Gunung Bromo? Tentu saja selain kawah Bromo, upacara Kasada, cerita rakyat tentang Tengger, maka Pasir Berbisik merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Film Pasir Berbisik yang lokasi shootingnya di kawasan lautan pasir Bromo ini turut pula mempopulerkan nama Pasir Berbisik di jagat raya ini. Jadi ini salah satu alasan saya keukeuh memaksa teman-teman untuk bertamasya ke lautan pasir. Pokoknya kudu nyampe Pasir Berbisik!

Gunung Bromo itu destinasi yang luar biasa, saking luar-biasanya, pengunjungnya lebih banyak orang asing dengan kamera tele yang supeeerrr. Luarrr banget kan, wong bule kok π Saya sampe ga pede mengeluarkan kamera pocket saya.




Bromo dengan ketinggian 2.392 m diatas permukaan laut dijuluki sebagai Negeri Diatas Awan, karena semakin siang, maka kabut akan menyelimuti lautan pasir, kadang jika Bromo sedang aktif, kabut tipis ini lumayan berbahaya bagi pernafasan. Jika cuaca buruk, kabut akan semakin tebal dan kita akan tersesat di tengah lautan pasir ini, makanya kita hanya boleh mblusukkan di pagi hari saat langit bersih. Ini demi keamanan kita sendiri.
Tapi ini ga berlaku buat warga lokal. Mereka biasa ajah lewat lautan pasir meski kabut tebal, ga bakal tersesat. Ya iyalah, lha wong wes tiap hari lewat, jadi ya ga mungkin tersesat!

Lautan pasir ini pada musim kemarau, pasir menjadi lebih gembur, halus, dan gampang tertiup angin. Nah pas angin bertiup kencang, gesekan antara pasir inilah yang menimbulkan bunyi yang cukup kuat, bunyi ini yang terkenal dengan sebutan Pasir Berbisik.

Kata guide kami, sebenarnya ada himbauan, bahwa kendaraan pribadi tidak boleh turun ke lautan pasir. Pada umumnya kita disarankan untuk menyewa hartop atau naek kuda, demi keamanan pribadi. Akan tetapi bukan kami kalo ga pake ilmu ngeyelisasi π



Jadi kami keukeuh untuk naek motor di atas pasir. Naek motor diatas pasir itu ga gampang lho. Naek motor diatas pasir pantai ajah susah, bayangkan ini di Lautan Pasir yang sejauh mata memandang, isinya cuma pasiiirrr thok!


Guide kami memimpin paling depan. Kebetulan kami minta tolong dia membonceng teman kami yang badannya paling besar π Kami mengikuti dari belakang. Ternyata naek motor pelan-pelan diatas pasir itu susah banget lho, beberapa kali kami jatuh. Tapi ngeyel bangun lagi. Tahap kedua, naek motor dengan kecepatan tinggi, tapi jatuh lagi. Hah!


Dasar ndablek! Bukannya jera, kami malah naek motor trus kebut-kebutan! Ngebut-jatuh-ngebut-jatuh gituuu terus sampe berulang-ulang. Saya sendiri sempat jatuh 2x, dengan posisi motor dibawah, teman saya diatas motor, dan saya diatasnya. Huaha!
Yang paling heboh, malah teman saya yang lain bahkan jatuh sampe 7 kali. Jiakakak! Kalo ada orang lain yang liat, pasti dipikirnya kayak gini, ya ampyuuun itu tua-tua kok numpak motor yak-yak-an π

Meski kami udah bergaya yak-yak-an, jangan salah, kami tetep ketinggalan jauh dibelakang guide. Padahal kalo kalian ngeliat guide kami, dia naek motor dengan santai lho, tapi ya itu kok bisa-bisanya dia udah nyampe ujung sana, tapi kita masih disini.
Beberapa kali dia harus mbalik ke belakang, menolong kita yang berulang kali jatuh dari motor. Wah benar-benar dech, naek motor di Lautan Pasir Bromo jadi petualangan paling seru seumur hidup saya, dalam waktu beberapa jam saya sudah jatuh dari motor beberapa kali ;-( remuk rasanya seluruh badan saya.
Mblusukkan selanjutnya, kami menuju Padang Savana dan Bukit Teletubbies π
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
Wow….kapan yo aku biso ke sono…
Pengalaman yang menakjubkan, suwun mbak yu udah bagi2 cerita
naik motor di atas pasir memang tantangan tersendiri ya, Mbak, apalagi sampai jatuh 7X, hehehe…
heeh mas, manteph! bola bali nyium tanah ;D
Kalau bawa motor se g masalah mbak turun ke lautan pasir.
Kalau bawa mobil sendiri mau turun lautan pasir hmmm… ilmu ngeyelisasi mngkn kalah dengan ilmu sogokisasi π
Salam
bukannya lebih mudah mengendalikan jeep di atas pasir, daripada mengendalikan motor di atas pasir yaks?