Satu lagi kuliner yang ber-menu utama ayam bakar yang ga boleh kalian lewatkan jika berkunjung ke Jogja. Namanya Ayam Bakar Arto Moro. Letaknya di Jalan Palagan Tentara Pelajar Km.7,8 No.30A Yogyakarta. Lokasinya ada di sebrang jalan Kompleks Perumahan Taman Palagan Asri (utaranya Kapulaga Resto).

Ayam Bakar Arto Moro, sebenarnya bukan rumah makan baru. Sebelumnya berlokasi di Jalan Kaliurang Km.6,8. Nah, mulai Januari 2013 ini, Ayam Bakar Arto Moro pindah ke jalan Palagan Tentara Pelajar Km.7,8 Sleman. Kebetulan, karena tiap hari saya lewat jalan Palagan Tentara Pelajar jadi tahu banget kalo ada rumah makan yang ga payu atau pun rumah makan yang baru buka. Huehehe π
Yuks, kita bahas menu apa ajah yang saya pesan di Arto Moro π

Ayam Bakar Pedas. Seporsi harganya 13.500. Ini belum termasuk nasi putih, kudu nambah 3ribu lagi buat sepiring nasi putihnya. Nah, apa yang special dari Ayam Bakar Pedas ala Arto Moro. Ternyata Ayam Bakar Pedasnya tidak diberi sambal. Lho kok?
Jadi begini, ayam bakar ala Arto Moro adalah ayam bakar yang dimasak khusus. Awalnya ayam dan segala rempah-rempah beserta santan dimasak hingga rempah-rempah meresap dan ayam benar-benar empuk, lalu ayam dipisahkan. Rempah-rempah dimasak hingga airnya βsatβ (bahasa jawa: habis). Lalu setelah rempah-rempah tersebut mengental, barulah dibumbui, mau pedas atau manis. Nah, ayam yang sudah ditiriskan baru dibakar, dan diolesi dengan bumbu tersebut. Makanya, karena bumbunya sudah pedas, maka ayam bakar pedas sudah tidak butuh lagi tambahan sambal. Unik dan ribet khan prosesnya? Saking ribetnya, semua proses ini membutuhkan waktu 5 jam lhooo π

Ayam Bakar Manis. Sama dengan Ayam Bakar Pedas, seporsi harganya 13.500. Tampilan dari Ayam Bakar Manis plek persis sama dengan Ayam Bakar Pedas, dan dimasak dengan cara yang sama, hanya saja kalo dah dicicipin, terasa banget punya taste yang beda! Boleh lho, pesen dua-duanya biar tau gimana perbedaan rasanya.

Sayur Asem Bandoeng. Seporsi harganya 3.500. Dari semua sayur asem yang pernah saya coba di daerah Jogja, sayur asem Bandoeng ala Arto Moro termasuk yang direcommended! Taste sayur asem-nya hampir menyamai taste sayur asem ala Sunda, meski jujur lidah saya selalu merasa aneh kalo disuruh merasakan sayur asem ala Jogja yang citarasa-nya selalu lebih manis dari taste aslinya yang versi Sunda. Btw, sayur asem ala Arto Moro, meski tetap terasa taste Jogja-nya, tapi rasanya jauh lebih enak daripada sayur asem di rumah makan lain di Jogja.

Tahu Goreng Bandoeng. Seporsi 4.500. Awalnya saya pesan Tempe Goreng Garit, karena habis, maka pesanan akhirnya saya alihkan ke Tahu Goreng Bandoeng. Lumayanlah, buat cemal-cemil dan pengobat rasa pedassss!

Kopi Klotok. Segelas harganya 5ribu. Apa sih Kopi Klotok? Kopi Klotok adalah kopi yang dimasak langsung dalam panci hingga airnya mendidih, jadi bukan diseduh. Cara memasak kopi seperti ini sangat familiar di daerah Cepu dan sekitarnya di Jawa Tengah. Dulu, sekitar tahun 2006, pas saya penelitian di daerah Pati, setiap ngopi di warung kopi, pasti disajikan dengan cara seperti ini. Kopi jenis robusta paling pas jika dimasak dengan cara ini, aromanya yang kuat seperti memanggil-manggil untuk segera menyeruput. Huehehe π Ini adalah menu yang tidak boleh dilewatkan begitu saja!
Kelebihan Arto Moro. Selain rasa ayam bakar yang unik, menurut info yang saya terima, Pete Bakar Bandoeng ala Arto Moro adalah menu yang paling larisss. Sayangnya, saya ga begitu suka pete bakar, jadi saya ga tau seberapa nikmat rasanya. Tapi, boleh lho kalian mencobanya dan memberikan testimony di blog ini. Huehehe π
Kekurangan Arto Moro. Menurut saya pribadi, harga makanan di Arto Moro lumayan mahal untuk kantong mahasiswa. Barangkali juga karena rasa ayam-nya yang terlalu nikmat, porsi nasinya terhitung sedikit buat perut saya ;-(
Overall, menurut saya, Ayam Bakar Arto Moro Yogyakarta masuk dalam list rumah makan yang harus kalian coba jika berkunjung ke Yogyakarta. Meski saya sendiri bukan penggemar ayam, tapi khusus Ayam Bakar Arto Moro, saya rela deh makan tiap hari di sini. Maknyuzzz banget!
Happy Culinary!
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak