Entah kenapa, beberapa bulan terakhir ini, saya kok sering banget menghabiskan waktu ke Kebun Raya Bogor. Saat saya punya waktu free sehari, daripada bengong di Jakarta, saya memilih naek Commuter Line dan piknik ke Bogor 😉

Terakhir ke Kebun Raya Bogor, saya menyempatkan diri meng-eksplore Museum Zoologi dan lanjut jalan kaki hingga ke kolam yang di sebrangnya terdapat Istana Bogor.
Sebenarnya tidak banyak yang saya lakukan di Kebun Raya Bogor, paling hanya jalan, bengong, ngobrol, ambil foto, dan lebih banyak memperhatikan orang-orang yang ada di sekitar.

Ada beberapa hal “menarik” yang saya temukan di Kebun Raya Bogor.
Pertama. Kebun Raya Bogor, meskipun cikal bakalnya selalu di runut semenjak Prabu Siliwangi. Tapi, bacalah literatur lebih banyak. Kebun Raya Bogor dimulai semenjak orang-orang Hindia Belanda hadir di tanah Nusantara ini. Memang ada Raffles, tapi berapa lama Raffles menguasai negri ini? Bahkan tidak genap empat tahun. Raffles kembali ke Inggris setelah istrinya meninggal.

So, meskipun kita tidak menyukai “kekuasaan” Hindia Belanda di Nusantara, tapi kita tetap harus berterimakasih kepada Belanda karena telah mengangkat Prof. Reinwardt menjadi Menteri Pertanian di Jawa. Buitenzorg (cikal bakal Kebun Raya Bogor) adalah masterpiece dari Reinwardt.
Kedua. Saya selalu takjub jika memikirkan bagaimana sebuah hutan kecil ada di jantung kota Bogor yang padat. Saya membayangkan Bogor yang demikian crowded dengan angkot-angkotnya, tapi tetap mempertahankan ke-eksis-an Kebun Raya Bogor. Entah mana yang lebih hebat, kebijakan pemerintah pusat, pemda Bogor, atau malah kebijakan lokal? Siapapun itu, saya salut!
Ketiga. Jumlah flora yang menjadi koleksi Kebun Raya Bogor sama menakjubkannya dengan jumlah fauna yang menjadi koleksi Museum Zoologi. Sama-sama mencengangkan!
Drama lainnya, beberapa tanaman koleksi Kebun Raya Bogor, menjadi induk dari beberapa tanaman yang kemudian berkembang biak di Asia Tenggara. Sayangnya, di negara lain, tanaman tersebut menjadi sangat produktif sekali, tapi di negri kita, yah gini-gini ajah! ;-(
Keempat. Yang masih membuat saya penasaran, musim ber-bunga randu di Kebun Raya Bogor. Saya membayangkan duduk dibawah salah satu pohon randu dan memandang bunga-bunga randu yang terbang bersama angin. Aihhh saya janji, jika musim itu tiba dan bertepatan dengan saya tugas di Jakarta, saya akan menyempatkan diri bertandang ke Kebun Raya Bogor demi mengabadikan moment romantis tersebut. ahik ahik 😉

Kelima. Ber-wisata ke Kebun Raya Bogor termasuk wisata yang murah meriah. Nilai plus-nya: bisa seharian, bisa rame-rame, bisa sambil teriak-teriak, bisa ketawa ngakak dan ga ada larangan untuk bawa makanan. Cocok khan!
Jadi, kenapa tetep kekukeuh hanya pergi ke Mall, teman? Mari kita naek kereta api menuju Bogor. tut tut gojes gojes, tut tut gojes gojes *naek kereta api tut tut tut, siapa hendak turut*
Happy Travelling 😉
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak