Travelling-Bloger


Travelling
Travelling

Lucu juga ketika salah seorang teman (dunia nyata) menyebut saya sebagai Travelling-Bloger. Mendengar julukan ini tentu saya tertawa. Tidak sepenuhnya benar, meski juga tidak salah.

Memang paling banyak yang saya tulis di blog ini adalah kisah perjalanan saya ke beberapa kota, lengkap dengan tempat wisatanya. Tidak selalu perjalanan, karena toh saya juga me-review kuliner dan beberapa buku. Tapi harus saya akui, memang yang terbanyak adalah trip ke tempat wisata 😉

Teman saya (di dunia maya) malah menyebut blog berisi travelling adalah blog terbanyak yang ada di dunia maya. Begitu banyak, begitu jamak, begitu umum, jadi cenderung menjadi begitu biasa saja.

Yes! Travelling saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup bagi sebagian besar orang. Ber-travelling, mengambil foto, dan kemudian menulisnya dalam sebuah blog! Begitu khan ya 😉

Saya yakin, setiap orang punya alasan yang berbeda-beda kenapa menuliskan setiap perjalanannya. Beberapa blog, bahkan menyebutkan “setiap travelling adalah perjalanan spiritual masing-masing jiwa”. Uniknya, dari beberapa blog ini kemudian muncul profesi baru yaitu Travel-Writer. Tujuannya pun berbeda-beda. Ada yang benar-benar menuliskan “pemahaman ke-spiritual-annya” ada juga yang sekedar menuliskan buku perjalanan. Yang paling best-seller tentu saja, buku perjalanan yang disampulnya diberi judul “perjalanan ke kota X dengan biaya cuma Y rupiah!”. Bikin saya pengen koprol sambil bilang wow 😉

Fenomena ini kemudian menjalar menyerang berbagai hal dah mirip kayak virus. Tiba-tiba muncul banyak banget website yang tujuan utamanya untuk menjual jasa pariwisata. Lucu, karena terkadang, kalo dibaca lebih lanjut, terlihat banget pemilik blog-nya merekrut bukan orang yang pernah berwisata ke tempat yang hendak dipromokan, tapi malah merekrut orang yang ahli “menulis” cerita. Website pariwisata seperti ini kadang melupakan bahwa selalu ada beda antara “mengarang indah” dengan menulis “perjalanan spiritual sebuah tempat wisata”. Itu sebabnya orang lebih suka baca blog travelling dari orang yang mereka tau benar-benar melakukan perjalanan tersebut daripada membuka website pariwisata yang ujung-ujungnya berpromosi hotel, penginapan dan lain sebagainya.

Pengalaman yang sedikit aneh, dulu saya malah sering “diwawancarai” teman tentang sebuah “tempat” sebagai bahan tulisan untuk portal pariwisatanya. Huahaha. “Kemana-mana tanpa harus kemana-mana”, begitu slogan teman saya. Saya sih terserah saja. Jaman sekarang, orang nyari duit khan caranya beda-beda.

Lantas kenapa mesti tentang travelling?

Saya yakin, alasan pertama kenapa seseorang menulis kisah travellingnya adalah karena dia melakukan travelling, entah apakah karena hobby atau pekerjaan. Kisah travellingnya terlalu banyak sehingga sayang jika hanya tersimpan di dalam laptop. Itu sebabnya dibagi ke teman-teman, iya khan? Istilah kerennya: berbagi pengalaman 😉

Kedua, karena ingin membantu orang lain. Bayangkan dengan sebegitu kuatnya virus travelling menyerang orang-orang, tiba-tiba saja setiap orang ingin mengunjungi daerah lain, semakin jauh semakin bagus. Semakin mblusuk dan jauh dari peradaban akan disebut semakin keren. Lantas bagaimana bisa sampai di lokasi yang diinginkan? Hal pertama yang dilakukan pastilah bertanya ke mbah gugle. Dan mbah gugel pun seperti biasa akan menyodorkan sejumlah link untuk dibaca 😉 Darimana link tersebut, pastilah dari kami yang menyebarkan kisah travelling lewat blog yang kami tulis.

Saya yakin, kalian mau tidak mau pasti bertanya pada mbah gugel. Ga usah sombong dan menyangkal dech dengan berkata tidak. Ada beberapa mahluk yang mendapat pengecualian dari bertanya pada mbah gugel:

Pertama, kalian punya banyak saudara dan kenalan di berbagai pulau. Tempat yang kalian kunjungi, meski jauh dan mblusukkan, tapi jika kalian punya saudara/ kenalan disana, saya yakin kalian ga perlu lagi tanya ke mbah gugel. Misal, saya ga bakal ragu mengadakan trip ke Madura, meski Madura ber-image mengerikan buat “perempuan jalan-jalan sendirian”, karena saya punya saudara yang tinggal disana. Atau saya ga ragu ke Kalimantan, karena om saya tinggal di sana. Nah family atau kenalan di pulau yang jauh membuat kita jadi termasuk orang yang ngerasa ga perlu tanya ke mbah gugel.

Kedua, kalian bekerja di sebuah tempat yang memungkinkan kalian berkunjung ke tempat yang asing. Buat saya, terkadang pekerjaan macam ini, membuat saya malas bertanya pada mbah gugel, karena toh pada akhirnya saya bisa bertanya pada rekan kerja saya di sebrang lautan tersebut. Apalagi jika kalian kerja di kantor pemerintahan, dijamin dech bakal tersedia banyak tempat bertanya, tanpa bertanya pada mbah gugel.

Ketiga, kalian jalan-jalan ke luar negeri tapi punya banyak teman di Embassy. Oh kalo gini mah, kalian ga perlu tanya mbah gugel, bertanya ke teman-teman kalian dah lebih dari cukup 😉

Nah, kalo kalian termasuk ke jenis manusia tersebut, maka saya bilang “wajar” kalo kalian ngerasa ga perlu tanya ke mbah gugel. Malahan buat saya, selama tempat yang saya kunjungi bisa berbahasa Indonesia dan berbahasa Jawa, rasanya aman-aman saja kok meski nyasar.

Permasalahannya, ada berapa orang yang bernasib sebaik anda? Itulah sebabnya travelling blog tetap diperlukan sebagai panduan berwisata untuk orang-orang yang tidak seberuntung kalian.

Apa untungnya menulis blog travelling?

Pertanyaan yang kerap dilontarkan adalah apakah saya merasa diuntungkan dengan menulis travelling di blog ini. Jawabannya bisa iya, bisa tidak.

Saya bilang tidak, karena saya ga pernah dibayar untuk menulis di blog ini. Lha khan ini blog pribadi, sapa yang mau mbayar saya untuk tetep nulis di sini coba. Hihihi 😉

Tulisan di blog ini lebih menguntungkan buat orang lain daripada saya pribadi. Kenapa begitu? Begini alasannya:

Pertama, blog ini berguna buat kalian yang ingin mengunjungi “tempat wisata baru yang tidak popular”, dengan syarat saya sudah pernah mengunjungi. Kebanyakan tempat wisata yang sudah saya kunjungi terletak di daerah Yogyakarta. Sebagai tempat tujuan wisata terbanyak no 2 di Indonesia setelah Bali, banyak banget orang luar Jogja yang ingin mengunjungi tempat-tempat wisata di sini. Nah, blog ini berguna untuk memandu mereka menuju tempat yang diinginkan. Lucunya, bukan hanya orang luar Jogja, kebanyakan teman saya yang asli Jogja malah belum pernah mengunjungi semua tempat wisata di Jogja. Hihihi. Jadi blog ini untuk membantu mereka juga 😉

Lantas apa untungnya buat saya? Untungnya ya dengan menuliskan pengalaman berkunjung ke sebuah tempat wisata, saya ga perlu bercerita ulang tiap ada yang bertanya tentang tempat yang sama. Cukup dijawab, “baca blog saja ya?” ;-P

Kedua, jaman masih mahasiswa, saya sering ikut penelitian dimana lokasi penelitian biasanya tempatnya indah tapi masyarakatnya miskin. Nah, saat-saat bertemu warga pas jaman penelitian tersebut, saya sering menyarankan para warga untuk mengembangkan pariwisata yang dikelola warga. Keuntungan dari pariwisata tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Sayangnya, warga sekitar tersebut sering terbentur tidak adanya dana untuk promosi wisata.

Nah, daripada menunggu pemerintah yang ga jelas. Ada baiknya, kita para mahasiswa membantu secara individual kepada masyarakat tersebut. Salah satunya dengan mem-promo-kan wisata yang ada di desa mereka. Ini jauh lebih baik daripada cuma jadi manusia yang hanya bisa menasehati dan kritik ini itu tapi ga ada action jelas buat membantu warga sekitar. Betul tidak?

Untungnya buat saya? Khan jadi lebih dekat dengan warga yang tinggal di sana. Kenal baik dengan pengelola pariwisata tingkat desa, dan yang pasti sering dapet gratisan berkunjung wisata ke tempat-tempat tertentu. Jika sedang beruntung, kadang saya dapet oleh-oleh udang gratis dari warga sekitar. Hihihi. Pasti kalian iri 😉

Berbeda dengan pajak, retribusi adalah pungutan yang timbal-baliknya langsung dapat dirasakan oleh warga sekitar. Jadi, kalo kalian datang ke sebuah tempat wisata, bayarlah retribusi yang ditarik. Bagaimanapun dari uang yang kalian bayar tersebut, bisa digunakan untuk pembangunan jalan atau MCK di sekitar lokasi wisata. Berguna buat masyarakat khan?

Ketiga, tulisan ini berguna buat orang-orang yang sudah jemu ke mall dan ingin belajar lebih banyak tentang sejarah lewat tempat wisata. Apakah mungkin? Tentu donk! Tempat belajar sejarah paling menyenangkan itu malah bukan di ruang kelas, tapi langsung pada alam. Khususnya langsung pada situs sejarah yang bisa di datangi dan dipelajari. Akan lebih mudah buat anak-anak mengingat pelajaran sejarah kalo mereka melihat langsung, bukan cuma teks book lhooo pak/ ibu guru sejarah 😉

Keempat, saya terkadang juga menulis tentang tempat kuliner. Apa untungnya? Ga ada untung secara langsung sich. Kalo tempat kuliner yang saya review, bukan resto besar. Yang untung ya bakulnya. Kalo tempat kuliner yang saya review sebuah resto besar, yang untung ya pemerintah. Kok bisa? Setiap resto pasti bayar pajak restaurant. Kalo pajak yang mereka bayar banyak, ujung-ujungnya yang untung khan kita juga. Dikembalikan berupa gaji, beasiswa, jaminan kesehatan, dll begitu lhooo 😉

Kelima, semakin menarik tulisan travelling seorang bloger. Orang-orang dari luar kota akan semakin banyak yang datang. Semakin banyak yang datang, maka semakin banyak orang yang akan menghabiskan uangnya di kota ini. Kalo sudah begitu, akan semakin banyak uang yang beredar di daerah. Semakin banyak uang yang beredar di daerah, maka roda perekonomian daerah akan berjalan semakin kencang. Pikirkan itu temans, semua saling terkait, saling mempengaruhi. Jika kita yang di daerah sudah sejahtera, maka tak perlu lagi mengadu nasib di pusat!

Kesimpulannya temans, saya pribadi bukan seorang travelling-bloger atau bahkan travel-writer. Tapi kalo ada banyak orang yang bisa diuntungkan dari tulisan ini -yang dianggap oleh sebagian orang sebagai tulisan yang sepele-. Why not?

Kenapa harus malu menulis kisah travelling kalian di blog. Cuek ajah! Kalo ada yang meremehkan kalian. Buat saya, kalian jauh lebih baik daripada orang-orang yang cuma bisa kasih kritik ke pemerintah tanpa melakukan apa-apa. Malu donk, udah tua kok cuma bisa ngeluh ;-P

Yuks, kita semangat promosikan wisata di daerah masing-masing.

Happy Travelling 😉

Tulisan Terbaru:

Advertisement

4 thoughts on “Travelling-Bloger

  1. mantap…. kalo ane masuk ke blogger yg mana ya? hehe :mrgreen: 😳
    terus tu tuk tulisan bloger, yg benar tu blogger atau bloger? masing bingung juga. ❓
    tapi intinya ane setuju, tiap orang yg menulis tentang traveling tu tujuannya beda2. ada yg hobi, ada yg buat cari duit, dan ada yg ga punya tujuan. hahahaaa, 😆
    kalo ane kayanya tuk hobi dan cari duit. 😳

    1. tujuan teoritis nya seperti itu. meski kita harus sadar bahwa pariwisata adalah pisau bermata dua. Artinya saat sebuah tempat menjadi komersil, ada nilai- nilai sosial yg kemudian luruh. Jangan kaget jika tiba-tiba masyarakat jauh lebih “matre”, ada banyak prostitusi, dan yg mengerikan timbulnya phaedhopilia.

      Bahaya2 ini tak dapat dihindari, meski dapat dikurangi. tergantung bagaimana ikatan norma sosial mampu melindungi warga sekitarnya.

      Overall, lepas dari apapun pekerjaan kita, lepas dari apapun jurusan kuliah kita, lepas dari apapun hobby kita. Sebenarnya, ada banyak hal yang harus kita lakukan dan dapat kita lakukan buat negeri ini, jika kita benar2 mencintainya 😉

monggo silahkan nyinyir disini ;-)

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.