Sabtu kemaren saya, chandra, cita, rusma, dita, dan tia sengaja janjian buat kumpul di Pasar Kangen Jogja. Maklumlah kami dah lama ga kumpul-kumpul buat ngadain trip kayak biasanya. Sebenarnya ada tiga orang lagi –intan, esti, pink– yang janji mau datang, tapi karena force majeure mereka batal datang.

Pasar Kangen Jogja 2012 merupakan event tahunan yang dimulai sejak 2009. Berlokasi di Taman Budaya Yogyakarta (sebelah Taman Pintar). Acara dimulai dari jam 10.00 WIB – 22.00 WIB.
Menurut saya sendiri, Pasar Kangen Jogja adalah event untuk mengenang Jogja era tempo doeloe. Acara ini dipersembahkan pertama, untuk orang-orang yang pernah tinggal di Jogja, baik yang pernah lahir di Jogja trus pindah, pernah sekolah di Jogja trus pindah, atau pernah kerja di Jogja trus di mutasi. Huehehe.
Kedua, acara ini dipersembahkan buat orang-orang yang dah saking “modern”-nya ga pernah lagi nikmatin makanan kayak tiwul, gatot, lupis ketan, wedang uwuh, cenil, jadah tempe, ledre pisang, lopin lengendar, bir Jawa, dawet ireng, garang asem, nasi kuning, sate jamur tiram, dll. Sehingga seakan-akan, saking modern-nya jaman sekarang, makanan kayak gitu masuk definisi tempo doeloe, padahal kalo dolan ke pasar tradiosional, saya yakin makanan kayak gitu, umum di jual tiap hari.
Pasar Kangen Jogja ini upaya mengenalkan kuliner Jogja lengkap dengan budaya yang hidup melingkupinya. Kebetulan hari Sabtu kemaren saya dan teman-teman datang sejak jam10 siang, jadi dari awal kami bisa menikmati bermacam-macam kuliner sambil duduk di atas lincak -di depan panggung- menikmati Pertunjukkan Seni.



Moment paling unik ya pas nonton pertunjukkan Cing Cing Goling dari Karangmojo Gunungkidul. Pertunjukkannya di siang hari yang panas. Wihhh penontonnya padat. Saking padatnya, orang-orang bersliweran ngambil photo seenaknya. Ada bahkan yang sampe menyorongkan kamera ke wajah salah satu penari. Atau ambil foto sampai maju ke depan, padahal pertunjukkan sedang berlangsung. Pokoknya benar-benar mengganggu kenyamanan penonton lain dalam menikmati pertunjukkan. Padahal kamera mereka keren-keren, tapi kayak ga kenal sama zoom in-zoom out. Huft! #tepokjidat
Pas pertunjukkan kedua, Jathilan Ngesti Turonggo Budoyo dari desa Sinduadi Mlati Sleman. Kami agak melipir ke belakang. Maklum tarian ini terkenal dengan kesurupannya. Jadi sedikit was-was.
Memang sich, awalnya kami agak degh-degh an tapi setelah melihat ternyata “pertunjukkan” kesurupan nya ternyata palsu alias di buat-buat. Kami pun malah ketawa ngakak liat tingkah penari yang rada lebay. Mulai dari ngupas kelapa pakai gigi, makan semprong lampu, bahkan ada yang sampai makan kepala ayam hidup-hidup. Hiiiii dijamin pasti rasa perut mereka mual-mual 😉
Sebenarnya pas Sabtu kemaren ada beberapa acara, mulai dari Cing -Cing Goling dari Kecamatan Karangmojo Gunungkidul, Jathilan Ngesti Turonggo Budoyo dari desa Sinduadi Mlati Sleman, Dance Performance UNY, Documentary Film of TBY, sampai Man Puppet show “Bangun Budoyo” .
Pas pertunjukkan Dance Performance UNY dan Documentary Film of TBY, saya ga seberapa memperhatikan, karena sibuk photo-photo di dalam gedung TBY, mencoba stand ramal, makan gatot, sampai minum jamu pegel linu di stand jamu godog.
Saya dan Chandra menghabiskan beberapa waktu ngubek-ubek kaset dan piringan hitam Koes Plus, Skeeter Davis, Elvis Presley, Bee Gees, Beatles, Ernie Djohan, Rolling Stones, Totok Salmon, Pet Boone, Louis Armstrong, Janis Joplin, Suzie Quatro dan musisi jazz yang entah sapa lagi namanya. Menjajal setiap piringan hitam pada gramaphone dan mendengarkan lagu-lagunya merupakan kesenangan tersendiri 😉
Rentetan dari acara Pasar Kangen Jogja, di dalam gedung TBY juga digelar pameran Tonil bertema Tarkam Tarman (antar kampung dan antar teman). Pameran diikuti tujuh kampung, yakni Sonopakis Kidul, Kadipaten Kulon, Gemblakan Bawah, Terban, Kricak, Nyutran dan Pasekan.
Selain kuliner dan pertunjukkan seni, dipamerkan juga produk kerajinan wayang kardus, topeng kayu, cincin akik, kaos motif lawasan, batik, bermacam-macam tas, stand tatoo dan nail, stand ramal, dan bermacam-macam lagi. Ada juga dipamerkan barang-barang bekas kayak barang-barang di Pasar Klithikkan, seperti kotak perhiasan, arca batu kecil, cermin, pigura, logam ukir, setrika arang, baju second. Ada juga tanaman obat dari Cina.
Karena kelelahan, kami nongkrong di Kopijo sambil menunggu pertunjukkan wayang wong “Bangun Budoyo”. Sudah sampai habis segelas kopi, kemudian segelas teh. Kalo di hitung-hitung hanya mblusukkan di Pasar Kangen Jogja, saya sudah menghabiskan 6 gelas minuman!
Karena tidak sanggup lagi menahan capek dan ngantuk karena kekenyangan, kami pun pulang sebelum pertunjukkan Wayang Wong di mulai. Tak apalah. Yang penting kan wes senang-senang bersama teman-teman 😉
Sayangnya event menarik ini hanya berlangsung dari 19 – 24 Juni 2012. Jadi ada banyak teman-teman yang -unfortunately- ketinggalan moment menarik kayak gini.
Sampai Jumpa di Pasar Kangen Jogja 2013!
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak