Beberapa hari yang lalu, saya diajak makan di Sangam. Sangam adalah resto khusus kuliner India. Sebenarnya nama lengkapnya adalah Sangam House, di sini bukan hanya resto, tapi juga ada boutique dan tempat belajar Yoga.

Sangam bukan tempat baru buat saya. Meski saya belum pernah masuk, tapi lokasinya yang dekat dengan tempat saya tinggal, membuat saya sering wira wiri melewati Sangam.
Sangam sendiri terletak di Pandega Siwi no.14. Bingung itu dimana? Cara menemukannya mudah, kalian silahkan mencari Jalan Kaliurang km.5 lalu cari Pizza Hut. Nah di sebelah pizza ada gang, masuk saja sekitar 200an meter. Atau jika bingung, cari saja GKJ Sarimulyo, letak Sangam House dekat dengan gereja ini.

Kata teman-teman saya, Sangam House ini tempat yang terkenal. Saya sejak lama sudah tahu kalo beberapa rekan kerja pernah ikut berlatih Yoga di Sangam House. Tapi baru kali ini, saya tau kalo Sangam juga menyediakan kuliner klasik India.
Dari facebooknya, saya jadi tau kalo Sangam berarti dua sungai yang bergabung jadi satu, yang menggambarkan adanya 2 budaya yang menyatu. Dua kebudayaan yang dimaksud di sini adalah antara Indonesia dan India, lebih khususnya lagi antara Jogja dan India.
Pertama masuk ke restonya, kami disambut mas waiter bertampang India dan berpakaian India. Sangam House menyajikan sebuah tempat yang di desain sedemikian rupa dengan konsep yang sangat India. Yang ga ketinggalan adalah aroma dupa (atau sejenisnya) yang memenuhi ruangan. Desain interiornya yang khas dengan warna warni ngejreng mengingatkan saya pada pilem India dan Bienalle XI di TBY Jogja.



Karena datang pas sepi, kami bisa memilih tempat duduk sesukanya. Sengaja saya pilih duduk di sudut, pada sebuah meja lengkap dengan empat kursinya. Tempat yang pas, karena saya sengaja ingin ambil photo dari beberapa sudut dengan pencahayaan yang baik tanpa harus menggunakan flash kamera.
Uniknya tempat ini, selain dipasang beberapa lukisan juga diletakkan patung-patung dalam kepercayaan India di sudut-sudutnya. Lalu di mejanya, diletakkan ornamen unik, yang kemudian ditutup oleh kaca. Ornamen ini sangat bercirikan India, misal miniatur kehidupan mereka atau rempah India. India khan memang sangat terkenal dengan makanan mereka yang sangat be-rempah.





Pilihan menunya cukup sulit buat saya, karena Sangam Resto menawarkan menu yang benar-benar khas India tanpa kompromi dengan lidah warga lokal.
Hap Hap. Yuks, kita intip menu apa ajah yang kami pesan 😉

Ini makanan selamat datang. Gratis! Itu beberapa opak yang baru di goreng. Ditambah saus yang terbuat dari … “aha, saya lupa itu apa!” yang pasti ada daun mint-nya. huehehe.

Jeera Rice. Ini adalah nasi Basmati dari India yang konon dimasak dengan mentega dan jinten. Tapi kayaknya ga hanya itu dech. Ada banyak rempah yang dimasak di sini. Rasanya begitu kuat. Berasnya beda dengan beras kita, lebih panjang. Nasi ini enak dimakan tanpa lauk apapun. Tapi rasa jinten yang begitu kuat, pada umumnya membuat lidah Indonesia tidak begitu cocok dengan nasi ini. Seporsinya 21ribu.

Chapati adalah sejenis roti India. Pada umumnya, orang India menjadikan roti ini sebagai makanan pokok mereka. Rasanya sangat enak. Sayang, tidak terlalu mengenyangkan perut 😉 Selembar chapati dihargai 6ribu.

Plain Naan. Plain Naan adalah Roti dari Iran yang dimasak dalam teracotta tradisional. Sangam menawarkan Plain Naan dalam berbagai rasa seperti keju, wijen, bawang putih dan mentega. Pilihan kami jatuh pada Plain Naan rasa keju. Sayang saya lupa mengambil gambarnya secara spesifik. Tapi mudah-mudahan dari foto diatas, dapat terlihat dengan jelas bentuknya. Plain Naan mirip dengan Chapati, hanya saja Plain Naan semacam “dibakar”. Rasanya sangat enak, dan ukurannya lebih besar dari Chapati. Selembar Plain Naan Cheese dihargai 8ribu.

Navratan Korma adalah menu pilihan teman saya, Chandra. Navratan Korma diracik dari sembilan macam sayur yang dimasak dengan bumbu kari dicampur mete, kismis dan almond. Rasanya sangat enak. Seporsinya 31ribu.

Mutton Goa Vindaloo ini pilihan bu dokter Pink. Mutton Goa Vindaloo adalah kambing muda asam pedas yang dimasak dengan cuka anggur merah dan paprika. Kebayang bagaimana rasanya? ini enaakk banget dan memiliki rasa paling Indonesia kalo menurut lidahku. Harga seporsinya 43.500.

Red Hot Chicken Masala. Seporsi harganya 40ribu. Nah, kalo yang ini adalah menu pilihan saya. Awalnya sih mikirnya gini, “ahh ayam! seaneh-anehnya cara masaknya, pasti rasanya gitu-gitu doank!”. Kepedean abis nich! Nyatanya, Red Hot Chicken Masala itu adalah ayam masak dengan bumbu kari pedas merah plus cabe Kashmir. Megap-megap kepedesan pas makannya. Jadi kalo kalian ga doyan pedes, disarankan tidak mencoba menu yang ini.

Smootie Tropical. Ini minuman yang cocok diminum di pinggir pantai. Huehehe. Minuman campuran dari orange, pineapple, mango, ginger and milk. Segelas cukup 14.500.

Indian Tea lengkap dengan gula pasirnya. Tapi percaya dech, minuman kayak gini lebih pas kalo diminum tanpa gula. Rasa teh-nya mengingatkan saya pada teh ala Kopi Jo yang memang menggunakan teh india. Seporsi Teh India ini berharga 15.500.

Maharadja. Ini campuran antara mango dan home made yoghurt. Sangat enak. Sesuai banget buat Chandra yang suka yoghurt. Harganya 12.500.
Dari semua menu, bisa dikatakan Sangam Resto menghadirkan kuliner khas India banget. Ada banyak makanan yang mereka jual tanpa ada kompromi rasa antara lidah Indonesia dengan lidah Jawa. Memang agak aneh, buat yang baru pertama kali makan makanan India. Tapi makin lama, makin menarik. FYI, tempat ini buka setiap hari, kecuali hari Selasa.
Kalo kalian takut dengan rasa “rempah”-nya, coba saja beberapa makanan yang saya rekomendasikan diatas. Meski rasa rempahnya berlebihan, tapi pada umumnya, ga terlalu berbeda dengan makanan khas Sumatera. Hanya saja, buat yang ga suka dengan jinten, saya sarankan tidak usah memesan Jeera Rice, cukuplah dengan Organic Rice. Kalian akan menemukan perpaduan yang kompak antara rasa India dan Indonesia. Bukankah “nasi putih” itu khas Indonesia banget? 😉
Kelebihan tempat ini, kita jadi kenal makanan India dengan selera lidah orang India. Kalo kata bu dokter pink, “itung-itung latihan lidah, sapa tau besok jalan-jalan ke India”. Huehehe.
Kekurangan dari tempat ini. Makanannya lumayan mahal untuk standar Jogja. Hitung saja berapa harga dari makanan yang kami pesan, itu belum termasuk pajaknya. Meskipun saya pribadi harus mengakui harganya sebanding dengan atmosfer dan menu yang ditawarkan.
Kekurangan lainnya, ga ada lagu India di tempat ini. Saya jadi kekurangan sebuah point untuk merasakan atmosfer “India” yang sesungguhnya. Setau saya, selain lagu-lagu India yang kita kenal lewat film-film nya, India itu punya banyak koleksi lagu rohani dan lagu instrumental yang menyayat kalbu lhooo.



Diluar segala kekurangan dan kelebihannya, tempat ini sangat recommended buat teman-teman coba jika berkunjung ke wilayah Jakal Jogja. Taste yang tak terlupakan!
–Selamat Mencoba–
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak