Pertama kali makan sate di tempat ini, ya pas turun gunung dari Gunungkidul ke Jogja lewat Siluk. Kali kedua datang, bersama teman-teman penggila menu kambing. Kali ketiga makan disini, bersama orang-orang yang minta dianterin makan disini. Huehehe. Jadi, nampaknya hidup saya cuma terdiri dari menemani orang jalan-jalan dan menemani orang-orang kuliner 😉

Kali pertama makan di sini, bareng Dika dan Maztrie. Waktu itu ga ada alasan tertentu kenapa makan di sini. Iseng ajah. Ngasal berhenti. Saya yang pilih tempat. Awalnya sich bingung mau makan dimana. Saya pilih tempat ini, karena paling ramai di antara yang lain, tanpa tau apakah enak atau tidak taste-nya. Dika yang iseng-iseng sms Satya (teman kami yang berwarganegara Imogiri) kalo kami lagi makan sate di Imogiri. Si Satya pun membalas, “wajib” mencoba Sate Pak Pong. Aha, rupanya pilihan saya tepat ya?

Menu pilihan Dika dan Maztrie adalah sate klatak sedangkan saya pilih menu tongseng otak. Saya sendiri ga begitu suka sate klatak. Tapi tolong dibedakan antara ga suka dengan ga doyan ya. Meski ga suka, saya tetap doyan kok. Huehehe 😉

Sate klatak menjadi makanan yang khas imogiri karena satenya dimasak dengan cara yang unik. Sate klatak dibakar tanpa bumbu, hanya ditaburi garam saja. Yang bikin unik, sate nya ga ditusuk pake bambu tapi jeruji besi. Katanya, jeruji besi ini yang bikin enak, panas yang dihantarkan membuat daging matang merata. Seporsi sate klatak ala Pak Pong disajikan berupa dua tusuk sate plus kuah gulai.

Setelah beberapa kali makan, ternyata yang jadi favorit teman-teman bukan sate klatak, tapi tengkleng dan tongseng otak. Kalo saya, ya paling suka dengan menu tongseng otak. Bumbunya paling maknyus diantara menu pilihan yang lain. Tapi buat teman-teman saya, tengkleng kambing Pak Pong katanya paling enak. Susah dicari tandingannya di Jogja. Sekali gigit, dagingnya langsung terpisah dari tulangnya. Ngences ga tuh?

Yang bikin acara makan di sini tambah josss adalah disediakan juga teh panas lengkap dengan gula batu-nya! Dan teh-nya boleh nambah sepuasnya. Gimana, ada yang berminat traktir saya makan disana?  😉

Selamat Berkuliner!

Tulisan Terbaru:

• Saya Belajar Menulis (Lagi)
• Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
• Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
• Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
• 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
• Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
• Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
• The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
• Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
• Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
• Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak