Dari Tegallalang, perjalanan saya lanjutkan menuju Bangli. Tujuan utama saya adalah menyebrang ke Trunyan. Sepanjang perjalanan, kami melewati banyak perkebunan. Dari majalah langganan saya sejak kecil –Trubus- ada 3 hal yang paling identik dengan Kintamani, yaitu jeruk kintamani yang manis, Kopi Kintamani yang khas, dan anjing Kintamani.
Anjing ras asli Kintamani sudah diakui dunia sebagai salah satu anjing local yang memiliki kualitas sama dengan anjing ras internasional. Saking terkenalnya, nama Anjing Kintamani ini juga diabadikan oleh Shaggy Dog dalam bentuk lagu.
Jika kalian mengambil jalan yang sama dengan saya tempuh, tentu saja akan menikmati hal yang sama, pemandangan kebun Jeruk Kintamani dan kebun Kopi di sepanjang jalan. Sebelum memasuki desa, kami bertemu dengan ibu-ibu yang akan membawa setampah sesaji, yang mendoakan kami agar selamat sampai tujuan. Umumnya, saya membayar 2ribu sebagai mahar atas tiap sesaji tersebut.
Perjalanan diawali dengan menempuh kiloan jalan dengan tema “kebun jeruk kintamani”. Udara yang sejuk membuat saya sedikit terlena dengan suasana. Jadi maaf, saya ga sempat mengambil gambar karena sibuk bertanya ini itu 😉 Awalnya sempat berpikir untuk membeli beberapa jeruk langsung dari kebunnya, tapi kami pikir “gampanglah, nanti kami beli pas pulang dari Trunyan saja!”. Perjalanan pun kami lanjutkan.
Setelah melewati beberapa kebun jeruk, sampailah kami ke areal perkebunan kopi. Harus saya akui, sepanjang jalan isinya cuman kebon kopi. Bukan itu saja, bahkan mereka menawarkan café alam, ya semacam ngopi di kebon kopi 😉 Tentu saja, beberapa café yang nampak ramai pengunjung, saya lihat harga kopinya lumayan mahal. Mungkin karena pangsa pasarnya adalah bule.
Sempet sich diajak ngaso di salah satu café, tapi saya menolak. Bukan apa-apa, kalo cuman kebun kopi dan kebun jeruk, dirumah saya juga ada. Hihihi. Saya bilang sama driver, “Saya itu orang Lampung, mas. Kalo cuma mblusukkan di kebon kopi dan kebon jeruk, saya sich udah biasa ;-)”. Dulu, pas kecil saya sering diajak ke muara dua, di sana ada beberapa kampung yang terkenal dengan kebon kopi, berhektar-hektar sepanjang jalan isinya cuman kopi, sampe mabok cuman liat kopi. Nganti jeleh, gitu kata orang Jawa.
Sebelum mencapai Trunyan, sekitar jam 12 siang, saya minta driver untuk berhenti mencari makan siang. Saya takutnya setelah jalan-jalan dari Trunyan, malah masuk angin bukan karena menyebrangi danaunya, tapi masuk angin gara-gara perut kosong glondangan #alasan 😉
Di Kintamani terdapat tempat kuliner yang sangat terkenal, letaknya di jalan raya Penelokan.

Nah sepanjang jalan ini, kanan kiri isinya cuman tempat kuliner. Yang membedakan adalah view-nya. Semakin view nya bagus, ya semakin mahal.
Pada umumnya, yang viewnya lebih bagus, adalah restoran yang ada di utara jalan. Soalnya langsung makan sambil liat view Gunung dan Danau Batur. So, romantic…!
Rumah Makan pilihan saya adalah Restoran Panca Yoga. Restonya lumayan bagus. Parkirannya cukup luas. Nah, yang terpenting adalah view-nya itu lhooo Gunung dan Danau Batur. Serasa bulan madu 😉




Lokasinya yang berada di dataran tinggi, membuat udaranya cukup sejuk. Sayangnya, pas saya datang, pas jam 12 siang. Jadi meski sejuk, matahari tetap terasa menyengat…!
Di resto ini, kebanyakan pengunjungnya adalah bule. Pilihan makanannya pun cukup banyak, mulai dari menu Indonesia sampai menu western pun ada. Jadi jangan khawatir bakal ga doyan. Selain itu, menu makanan di sini semuanya halal. Untuk minuman, selain menu pilihan standar, resto ini juga menyediakan beberapa minuman ber-alkohol.

Panca Yoga Resto menyediakan makanan buffet, itu lhooo tipe resto “all u can eat” dengan harga 70ribu per kepala. Sebenarnya sich 70ribu itu ga mahal, kalo kalian mau nyobain semua menu makanan yang di sediakan.
Tapi kalo kalian tipikal yang makannya sedikit, mending pilih resto yang lain ajah, disesuaikan dengan kantong. Soalnya saya nyesel makan di sini, udah masuk resto “all u can eat”, teman-teman kok makannya buru-buru banget, saya khan jadi ga bisa nyobain semua menu makanan yang disediakan *ngerasa rugi banget* lebih ngerasa rugi lagi, kami menghabiskan sekitar 500ribu buat makan ber5, padahal makan ajah buru-buru ;-(
Kelebihan dari wisata kuliner di jalan Raya Penelokan adalah tempat ini semacam kayak taman kuliner alami dengan view Gunung Batur dan Danau Batur yang indah, udara yang sejuk, dan ada banyak pilihan tempat makan yang enak. Meski saya melihat ada beberapa tempat yang juga menjual menu pork, tapi banyak juga resto yang menyediakan menu makanan halal di tempat ini.
Kelebihan lainnya adalah kalo kalian sangat pede, boleh kok cuman jalan-jalan dan berfoto ria sepuasnya di sepanjang jalan raya Penelokan ini. Ga bakal diusir! 😉
Kekurangannya, di sepanjang jalan raya Penelokan ini berderet resto yang rata-rata mematok harga lumayan mahal. Jadi wajib siapkan duit yang lebih banyak untuk menikmati wisata kuliner di tempat ini ya!

Nah, jika suatu ketika kalian berkunjung ke Kintamani, percayalah, berwisata kuliner di Penelokan sambil menikmati view Gunung Batur dan Danau Batur adalah pengalaman yang tak akan terlupakan.
Selamat berpetualang kuliner 😉
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
pemandangannya indah (^____^) . . . . pengen bange cepet cepet nikah trus berlibur kebaliii hihihihi semangattt terussss ahhhh
Huahaha, ke Bali kan ga perlu pake buku nikah ;D Single pun cukup! ;P