Gemericik Lukat Diri di Umbul Geneng Klaten


Mata masih terasa berat. Tidur hanya satu jam rasanya belum cukup untuk mengobati lelah seharian, tapi apa daya, kami harus bangun. Saya ingat sekali, pagi itu sebuah terompet dari kerang sengaja ditiupkan oleh Pak Adjie untuk membangunkan kami.

Ingin sekali saya menarik selimut hingga menutupi kepala dan telinga, kemudian melanjutkan tidur yang belum cukup. Tapi, semua urung kulakukan karena Pak Adjie tak kehilangan akal, meniup terompet terus menerus di depan pintu kamar. Saya pun beranjak bangun dengan sedikit limbung.

Hari masih begitu pagi, masih begitu sesak embun pagi pada udara yang kuhirup. Adzan subuh baru saja berkumandang. Saya berkali-kali merapatkan jaket menutupi kaos tipis serasa mengumpulkan nyawa yang tercecer dalam kantuk dan mimpi yang terpenggal.

Udara segar dan gigil dingin bercampur jadi satu dalam hening yang syahdu. Saya dan rombongan umat Budha Tantrayana Kasogatan naik mobil menuju ke Umbul Geneng di Kabupaten Klaten.

Puja Bakti di Umbul Geneng

Akses menuju Umbul Geneng di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah sangat mudah dicapai oleh kendaraan apapun. Melalui jalan Solo (jika datang dari arah Jogja) hingga ke Pabrik Gula Gondang Winangoen lalu belok ke utara (belok ke kiri) ikuti saja jalan beraspal hingga bertemu dengan Puskesmas Kebonarum. Lokasi Umbul Geneng hanya sekitar 500 meter dari Puskesmas, tepatnya di jalan Karang Nongko, Ngrundul, Kebonarum, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Langkah kaki pertama kami tiba di Umbul Geneng seiring kokok ayam jantan di kampung sebelah. Saya masih dalam posisi sedekap saat turun dari mobil. Mencoba menghalau dingin dengan mengalirkan hawa hangat ke tubuh. Jalanan masih sepi.

Beberapa pohon besar nampak memenuhi halaman Umbul Geneng. Sambil menikmati gemerisik suara daun-daun yang bergesekan diterpa pagi, satu per satu jemaat Budha Tantrayana Kasogatan memulai prosesi melukat.

Puja Bakti di Umbul Geneng
Puja Bakti di Umbul Geneng

Melukat sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno, yaitu lukat yang artinya bersih. Melukat adalah ritual simbol bahwa manusia sebelum Puja Bakti (sembahyang) haruslah dalam keadaan bersih pikiran dan jiwa secara jasmani dan spiritual.

Saya mengingat kembali, sehari sebelumnya Romo Padma Vhira Dharma, Pandita Budha Tantrayana Kasogatan, dalam Puja Bakti di Candi Tara Hijau Kalasan memberi wejangan tentang pencarian kesejatian diri dalam serat Dewaruci. Air merupakan elemen penting dalam penyeimbangan Alam Semesta.

Melukat di Umbul Geneng

“Romo, apa bedanya melukat dalam agama Budha Tantrayana Kasogatan dan melukat dalam tradisi Hindu Bali?”, tanya saya.

Romo Padma Vhira Dharma, Pandita Budha Tantrayana Kasogatan di area Jogja menjelaskan bahwa, “Melukat dalam tradisi Budha Tantrayana Kasogatan mirip dengan tradisi melukat di Hindu Bali, bahkan mungkin tradisi ini telah ada sebelum agama Hindu dan Budha masuk menyebar ke wilayah nusantara”.

“Secara filosofi, melukat adalah membersihkan diri dari semua kekotoran fisik dan batin. Namun, dalam spiritual Budha Tantrayana Kasogatan, elemen air selain bagian dari unsur penyeimbang Alam Semesta, juga mengalami penambahan makna”, terang Romo Vhira.

Melukat di Umbul Geneng
Melukat di Umbul Geneng

“Kenapa air?”

“Air bersifat kohesif dan selalu mengalir ke tempat lebih rendah. Kohesif artinya air bersifat menarik benda dan memisahkan benda. Air bersifat menghidupi dan membersihkan. Air selain sanggup memadamkan api, air juga dapat berlaku sebagai bahan bakar dari api”, lanjut Romo Vhira.

“Air menjadi penentu dari kesuburan tanah dan kesehatan manusia. Air menjadi elemen penting bagi kehidupan ikan di sungai, di danau bahkan di laut”.

“Air juga melambangkan kedalaman sifat dharma. Nah, bagian ini akan kita bahas dalam pertemuan berikutnya. Karena akan saya jelaskan secara lengkap, jadi agak panjang”, suara Romo Vhira memecah kesunyian pagi di Umbul Geneng dengan wejangan spiritual tentang melukat.

“Untuk ritual, masing-masing daerah memiliki tata cara dan tradisi yang berbeda sesuai kondisi, keyakinan dan pemahaman lokal genius di tiap daerah”.

Puja Bakti di Umbul Geneng

Umbul Geneng adalah satu dari tujuh sumber mata air kuno (patirtan) yang airnya digunakan sebagai bagian dari upacara agama dalam Budha Tantrayana Kasogatan. Pengambilan air dari tujuh patirtan atau mata air kuno, yaitu Umbul Geneng, Umbul Cokro Tulung, Patirtan Cabean Kunti, Sendang Pitu, Cepogo, Umbul Pluneng merupakan bagian dari prosesi Puja Panca Tathagata yang akan dilaksanakan di Candi Banyunibo, Sleman.

Satu per satu umat Budha Tantrayana Kasogatan masuk ke dalam air, termasuk saya. Hawa yang dingin menghantam kulit dan mata yang mengantuk. Bulu kuduk meremang. Perlahan tapi pasti, saya menuruni tangga batu berlumut. Hati-hati sekali, kaki mulai menyentuh dinginnya air Umbul Geneng, sambil memegang tongkat kayu stigi.

Kami mengantri dengan tertib. Angin menggigilkan pagi. Saat tiba giliran, saya meletakkan kepala tepat di bawah deras pancuran air yang mengalir. Arus yang kuat menghantam kepala. Seperti semua pelajaran meditasi, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah bernafas dan merasakan energi alam dengan panca indera. Saya pun mulai merajahkan doa-doa.

Wejangan Dharma oleh Mpu Kamandriya, Pemangku Umbul Geneng

Setelah prosesi melukat selesai, umat Budha Tantrayana Kasogatan melakukan Puja Bakti di Pura yang terletak di depan Umbul Geneng. Puja Bakti dipimpin oleh Romo Padma Vhira Dharma yang dilanjutkan dengan Wejangan Dharma oleh Mpu Kamandriya, Pemangku Umbul Geneng.

Salah satu Wejangan Dharma dari Mpu Kamandriya, yang membekas di hati adalah “mendekati” Tuhan itu tidak pandang usia, bisa dilakukan oleh siapapun dan kapanpun. Caranya tentu saja dengan rajin sembahyang dan berpuasa. Mpu Kamandriya menyarankan agar kita rajin puasa Senin Kamis, karena catatan amal kebaikan kita dari hati di bongkar pasang oleh Dewa di hari tersebut.

OM TARE TUTTARE TURE SOHA.

Advertisement

monggo silahkan nyinyir disini ;-)

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.