Entah kenapa, saya selalu merasa mempunyai hubungan yang dekat dengan Gianyar. Saya masih ingat sekali, saat SD, orang tua saya sering mengajak ke Gianyar, terutama Kecamatan Tampak Siring. Sekarang, setelah hampir semua tempat di pulau Bali saya jelajahi, entah kenapa, saya selalu kembali ke tempat ini.
Kebetulan, beberapa waktu yang lalu, seharian saya menghabiskan hari di pusat pemerintahan Gianyar. Kabupaten Gianyar memiliki 7 kecamatan, yaitu Sukawati, Blahbatuh, Gianyar, Tampaksiring, Ubud, Tegallalang, dan Payangan. Pusat pemerintahan Kabupaten Gianyar terletak di Kecamatan Gianyar. Kecamatan Gianyar ini berbatasan dengan Kabupaten Klungkung. Bahkan antara pusat pemerintahan Kabupaten Gianyar terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Klungkung.
Dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar, cuma dua kecamatan yang belom pernah saya jelajahi, yaitu Kecamatan Tegallalang dan Kecamatan Payangan. Makanya setelah semua urusan pekerjaan saya selesai, keesokannya saya langsung setuju saat seorang teman mengajak menjelajahi Tegallalang. Wah ini namanya pucuk dicinta, ulam pun tiba 😉
Perjalanan ini, sebenarnya tidak murni hanya menuju Tegallalang. Saya hendak menuju Trunyan di Kabupaten Bangli, tapi driver saya sengaja memilihkan melewati Tegallalang biar saya bisa banyak mengambil gambar.
Tegallalang bersama Payangan dan Tampaksiring masuk ke wilayah Gianyar Utara, wilayah ini merupakan areal konservasi air, pengembangan agrowisata, dan culture heritage. Saya tidak bisa bercerita banyak tentang Payangan, informasi yang saya dapatkan jika di sana terdapat Sekar Bumi Flower Plantation Payangan. Semacam kayak pertanian milik rakyat, yang komoditi utama-nya adalah bunga, sayur, dan buah. Dikawasan tersebut memang memiliki suhu udara yang cukup dingin, hingga sangat cocok jika dipenuhi dengan pertanian.

Tegallalang dan Tampaksiring sendiri sangat mirip karena sepanjang jalan dipenuhi dengan persawahan yang menggunakan system pertanian terasiring. Bentuk terasiring ini sangat sesuai dengan kontur tanah di daerah tersebut yang lebih banyak merupakan lereng bukit atau berundak-undak pada daerah miring.
Di Tegallalang, terdapat sebuah desa yang sangat terkenal dengan system pertanian terasiring-nya yaitu desa Ceking. Desa Ceking terletak tidak jauh dari ubud, hanya sekitar 5km ke arah utara.
Pertama masuk ke desa ini, agak kaget juga sich, soalnya langsung ditarik retribusi oleh warga yang berjaga di pintu masuk desa. Tarif retribusinya tidak mahal, kalo ga salah 10ribu buat ber5. Setelah masuk ke desanya, saya agak heran juga pas turun dari mobil. “Kita mau ngapain?”, tanya saya ke teman. “Mau lihat sawah mbak”. Hah, kita jauh-jauh ke sini cuman mau buat liat sawah, kata saya kaget dan #katrok.
Kamipun menyusuri beberapa café yang ada di sana *pokoknya sok turis ajah, asal lewat* Setelah menuruni beberapa undakan, saya baru sadar, kalo dihadapan saya adalah sawah-sawah terasiring yang selalu ada dalam gambar-gambar promosi pariwisata Kabupaten Gianyar, yaitu Tegallalang!
“Owalaaah, ini tho!”, seru saya. Langsung dech kamera saya jepret sana, jepret sini.


Begini info yang saya dapat, nama tempat ini adalah Ceking Terrace. Ceking sendiri adalah nama desa yang saya datangi; Desa Ceking, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar. Terrace adalah sistim pertanian terasiring atau sistim pertanian yang berundak-undak pada daerah miring atau lereng bukit. Makanya terkenal diantara bule-bule dengan sebutan “Ceking Terrace”.
Kelebihan tempat ini adalah para wisatawan bisa melihat secara langsung para petani Bali membajak dan menanami sawah mereka dengan sistim irigasi Bali yang sangat terkenal itu, Subak. Konon, Ceking Terrace telah ada sejak abad ke-9 dan dipertahankan sama sampai sekarang.
Tentu saja, pemandangan bercocok tanam secara langsung dan keindahan sawah yang bertingkat-tingkat, merupakan objek wisata alam yang sangat disukai bule. Makanya, di tempat ini lebih banyak bule yang datang berwisata, daripada pelancong dalam negri. Wajar sich! Buat anak kampung kayak saya, liat sawah itu udah tiap hari.
Bedanya, di kampung saya, sawah itu datar berhektar-hektar, sedang di desa Ceking keunikkannya, bentuk sawahnya yang bertingkat-tingkat. Jadi, saya simpulkan Ceking Terrace sangat cocok buat teman anda yang lahir dan besar di tempat yang ga ada sawah, ataupun yang lahir dan besar di luar negeri 😉
Kekurangan dari Ceking Terrace, di sepanjang hamparan sawah tersebut sudah berdiri café-café Ceking Terrace yang super mahal. Alhasil, untuk menikmati Ceking Terrace, ya harus melewati café-café tersebut dulu. Anda tidak akan bisa menikmati hamparan hijau sawah Ceking Terrace kalo cuman berdiri di pinggir jalan. Ga keliatan! Ketutupan café dan toko souvenir semua ;-(
Bukan itu saja, sedang asyik-asyiknya ambil gambar pun, kalian akan bisa menemukan anak-anak kecil yang berprofesi sebagai pedagang asongan yang menawarkan aksesoris khas Bali. Anak-anak kecil ini tidak sekolah, dan memilih (sembunyi-sembunyi) jualan aksesoris. Tiba-tiba saya kok jadi inget, masa-masa menunggu kapal di Pelabuhan Bangsal Lombok, banyak anak kecil yang jadi penjual aksesoris. Di sawah, kok jadi serasa di pelabuhan ya?
Pariwisata, semakin dia berkembang, maka selalu ada efek negatif yang muncul dalam lingkungan sosial kita. Jika pariwisata diibaratkan adalah padi yang ditanam disawah, percayalah selalu ada rumput yang tumbuh di sawah anda. Itu sebabnya, sawah anda harus rajin-rajin disiangi. Benar khan?
Selamat Jalan-Jalan!
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
wah sangat menikmati sekali perjalannya ya mbk 🙂
itu bukanlah nama desanya ceking, tpi itu nama tempatnya cekingan “ceking terrace” , nama desanya adalah tegallalang,tepatnya banjar tegallalang,desa tegallalang,kabupaten Gianyar 🙂 kebetulan sih sy asli penduduk sana ,,hehehee
wah makasih info nya mbak
saya menulis nama desa nya berdasarkan kupon retribusi masuk desa ceking yg saya bayar. thanks pencerahannya ;D