[Trip] Bengawan Solo Purba Girisubo


Beberapa waktu yang lalu, lagi asyik-asyiknya baca blog Bang Atta, tiba-tiba saya menemukan tulisan ini: Menyusuri Bengawan Solo Purba dan Modern milik Bang Atta. Hey, ga nyangka kalo Bang Atta juga pernah nulis itu. Huhaha. Hi, Bang Atta, moga-moga baca tulisan ini 😉

Membaca tulisan Bang Atta yang kali ini, membuat ingatan saya melayang ke jaman saya sibuk ikutan penelitian PKM Dikti sekitar awal tahun 2009. Waktu itu wilayah jajahan saya adalah Gunungkidul!

Jadi ceritanya, waktu itu saya dan yessy kebagian jatah buat menelusuri daerah Girisubo. Girisubo itu kecamatan baru. Dulu Girisubo jadi satu dengan Kecamatan Rongkop. Mulai tahun 2001, Girisubo jadi kecamatan baru, mungkin karena wilayahnya terlalu luas jadi mengalami pemekaran. Girisubo berpusat di Jeruk Wudel sebagai kota kecamatan.

Nah, cerita bermula dari rasa penasaran saya menemukan sebuah desa bernama Song Banyu. Kalo kalian ngeliat peta Gunungkidul, Song Banyu adalah desa terjauh terletak di perbatasan antara Gunungkidul dengan Pacitan.

Waktu itu, setelah tugas kami selesai dan berhasil mengumpulkan data, saya dan yessy, iseng meluncur mencari desa Song Banyu tanpa petunjuk apapun. Jalanan sepi dan kami tak tahu arah. Kami hanya meluncur mengikuti naluri. Hingga sampai di sebuah pertigaan, kami memilih belok kiri.

Ini perjalanan yang mendebarkan. Kami melewati jalan sempit yang belum beraspal. Hanya ada gunung batu di kiri dan jurang di kanan. Wew! Nyali kami ciut untuk meneruskan perjalanan, tapi tidak surut. Apapun yang terjadi, kami harus sampai pada ujung jalan. Kami ga takut nyasar, yang paling ngeri adalah ban motor kempes dan ga ada tambal ban sepanjang perjalanan yang kami lewati.

Desa pertama yang kami masuki nampak “singup”. Kegugupan kami bertambah saat bertemu dengan warga desa yang umumnya bawa arit (celurit). Hohoho.

Akhirnya saya menemukan papan pengumuman milik desa, dan tertulis “Song Banyu”. Owalahhhh ini tho desanya. Uhuk! Kirain nyasar ke dunia lain 😉 Huahaha.

Begitu tahu kami berada di desa Song Banyu, yang meski di ujung dunia tapi alhamdullilah tetap tertulis di peta. Kami sedikit lega. Setelah ngobrol ngalor ngidul dengan beberapa warga dan membeli jajanan, kami pun beranjak pergi mumpung matahari masih diatas kepala.

Perjalanan kami lanjutkan menyusuri simpang jalan yang lain. Dan ini yang kami temukan Bengawan Solo Purba!

Plang Bengawan Solo Purba
Plang Bengawan Solo Purba

Kenapa namanya Bengawan Solo Purba? Ini info yang saya dapat. Bengawan Solo yang mengaliri daerah Solo, konon dahulu kala bermuara di tempat ini, kawasan selatan dari Gunungkidul, di sebuah pantai bernama Sadeng.

Cerita tentang Bengawan Solo Purba ini juga memperkuat legenda bahwa dahulu kala, dimasa Manusia Purba masih hidup, Gunungkidul adalah sebuah daerah yang alamnya sangat kaya. Itu sebabnya jika kalian mblusukkan ke daerah-daerah perbatasan Gunungkidul dengan Pacitan, di daerah-daerah tersebut banyak ditemukan fosil manusia purba.

Logikanya, manusia purba selalu hidup di tempat-tempat yang pasti sangat subur, mengingat mereka mencari makan dengan cara food gathering.

Lalu kenapa Gunungkidul selama ini dikenal sebagai tempat yang tandus dan susah air?

Dalam ilmu geografi yang kami pelajari, kami menemukan fakta bahwa gunung-gunung batu yang menyelimuti Gunungkidul memiliki lapisan yang sama dengan karang-karang yang ada di dasar laut. Jadi begini kemungkinannya. Seperti yang kita ketahui bahwa lempeng bumi di bawah kita selalu bergerak. Gerakan ini terkadang menciptakan beberapa lempeng naik ataupun tenggelam. Masih ingat khan kisah Atlantis yang sangat terkenal itu, sebuah negara yang tenggelam. Gunungkidul mengalami yang sebaliknya.

Lempeng di bawah Gunungkidul terangkat naik. Itu sebabnya gunung-gunung batu itu memiliki lapisan yang sama dengan karang-karang di dasar laut. Itu juga yang menyebabkan aliran sungai Bengawan Solo Purba berubah arah. Air tidak mungkin mengalir ke tempat yang lebih tinggi. Maka aliran sungai Bengawan Solo Purba mencari jalannya sendiri untuk mencapai laut, dan yang dipilihnya adalah menelusuri Jawa Timur.

Peristiwa berbeloknya aliran sungai Bengawan Solo Purba ini juga mempengaruhi kondisi air tanah di sekitar Gunungkidul. Sampai sekarang Gunungkidul dikenal dengan daerah “adoh ratu, cedhak watu”, karena kondisi alamnya  yang dipenuhi bebatuan dan susah air.

Tentu saja, karena ini sebuah aliran sungai besar maka yang tersisa sekarang hanyalah lembah-lembah subur yang digunakan para petani untuk bercocoktanam. Susah juga ambil photo dalam jarak dekat. Makanya ini saya ambilkan beberapa gambar dari blog Bang Atta yang diambil dari National Geographic Indonesia (NGI) Edisi Juni 2009 Hal 77.

Geographic Indonesia (NGI) Edisi Juni 2009 Hal 77
Geographic Indonesia (NGI) Edisi Juni 2009 Hal 77
Geographic Indonesia (NGI) Edisi Juni 2009 Hal 77
Geographic Indonesia (NGI) Edisi Juni 2009 Hal 77
Geographic Indonesia (NGI) Edisi Juni 2009 Hal 77
Geographic Indonesia (NGI) Edisi Juni 2009 Hal 77
Geographic Indonesia (NGI) Edisi Juni 2009 Hal 77
Geographic Indonesia (NGI) Edisi Juni 2009 Hal 77

Ada dongeng yang hidup di dalam masyarakat terkait cerita gunung-gunung batu ini. Konon karena jumlahnya ribuan, masyarakat percaya kalo gunung-gunung batu tersebut adalah pasukan dari Nyi Roro Kidul yang jumlahnya ribuan.

Cerita konyol dari dosen saya adalah kemungkinan pasukan Nyi Roro Kidul yang notabene adalah perempuan hanya berjumlah 500 orang. Tapi karena gunung-gunung batu tersebut bagaikan (maaf) payudara makanya jumlah gunungnya jadi seribu. Pertanyaan konyolnya jadi berlanjut,”kalo jumlahnya ga seribu gimana pak?”. “Owh itu mungkin beberapa kena kanker payudara”. Huehehe #ngakak. Just Kidding! Jangan marah 😉

Bengawan Solo Purba
Bengawan Solo Purba (foto diambil pada 2011)

Bengawan Solo Purba ini tempat yang sangat eksotik. Saya saja sambil degh-deghan lirik ke bawah. Maklum, sebelah kiri dasar Bengawan Solo Purba sebelah kanan gunung batu. Di tambah lagi, sebelum nyampe sini wes dapet info tentang mobil yang pernah kecelakaan terjun bebas ke dasar Bengawan Solo Purba. Uhuk! Makanya hati-hati berkendaraan di sini ya.

FYI, tempat saya ambil foto ini adalah sisi jalan menuju ke Pantai Sadeng. Dan di sebrang sana (lihat foto yang saya ambil pada tahun 2011) itu adalah sisi jalan menuju desa Song Banyu. Jadi kedua tempat ini dipisahkan oleh sungai besar bernama sungai Bengawan Solo Purba. Jangan takut, orang-orang yang ada di Pantai Sadeng rata-rata adalah penduduk lokal dari Song Banyu.

Kalo sewaktu-waktu kalian datang ke Gunungkidul. Berkunjung ke Bengawan Solo Purba adalah hal yang tak boleh dilewatkan. Tempat ini selalu membuat saya ingat pada sebuah larik puisi milik Chairil Anwar.

“… dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah”.

–Selamat Jalan Jalan–

Tulisan Terbaru:

Advertisement

7 thoughts on “[Trip] Bengawan Solo Purba Girisubo

  1. saya juga pernah baca tentang Bengawan Solo Purba di blognya pakdhe Rovicky…
    di sini lebih gayeng ceritanya, jadi pengin ke sana…

    1. makasih telah berkunjung mas Andy MSE
      makasih juga telah meninggalkan jejak 😉

      Monggo berkunjung ke Bengawan Solo Purba
      ditunggu oleh-oleh ceritanya 😉

    1. ada banyak yang senasib denganmu mas Fany
      menuju Pantai Wediombo memang ada banyak jalan
      orang banyak yang memilih lewat Rongkop bisa juga semanu lalu girisubo belok kanan dan masuk tepus. tapi percayalah padaku.
      Suatu hari, dirimu harus menyusuri tanah selatan dari Gunungkidul.
      Panggang, Saptosari, Tanjungsari baru Tepus.
      Pemandangan yang sangat eksotis, dan butuh nyali besar untuk ruote yang naik turun dan sepi. Tapi pengalaman itu selalu mahal khan bayarannya?
      mahal juga nyali yang dibutuhkan 😉

      Selamat bersenang-senang di Gunungkidul.
      Selamat ber-rendevouz-ria 😉

    1. saya sudah langsung meluncur ke blog nya Pakdhe Rovicky, sangat informatif.
      Dulu PKM saya juga tentang ilmu Geografi, akan tetapi bukan mendetail ttg ilmu Geografi. Saya lebih suka meneliti bagaimana alam membuat kita terus ber-proses, terus berubah, salah satunya merubah bagaimana cara kita hidup, cara kita mencari makan, cara kita berpikir 😉

      Tapi percayalah, lepas dari semua teori. Tempat ini sangat indah. Dan seperti kutukan. Negeri paling indah, biasanya selalu miskin. Seperti itulah bangsa kita. Uhuk!

      Semoga segera sampai ke tempat ini bang 😉

monggo silahkan nyinyir disini ;-)

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.