Malam sebelum balik ke Jogja, ada sebuah tempat yang wajib dikunjungi malam-malam, Ground Zero Memorial di daerah Legian!
Tempat ini ga jauh dari pantai Kuta, artinya ga jauh dari hotel tempat saya menginap. So, mblusukkan di legian, wajib hukumnya 😉
Ditemani mas-mas warga lokal, saya dibonceng mblusukkan menuju Ground Zero melalui jalan-jalan tikus yang jarang diketahui wisatawan dalam negeri, ya kecuali warga lokal yang emang rumahnya daerah sana 😉 soalnya jalannya nyelip-nyelip lewat kawasan penginapan yang mengingatkanku akan kampung bule di Gili Trawangan.

Bangunan Ground Zero Memorial Legian merupakan hasil desain dari Ir Wayan Gomudha yang baru diresmikan tanggal 12 Oktober 2004 untuk mengenang korban bom bali.
Ground Zero Memorial terdiri dari berbagai unsur seperti altar, prasasti, tiang bendera, kayonan, tugu, tri kona nemu gelang, dan kolam. Masing-masing unsur memiliki makna tersendiri.
Altar berarti tempat sesaji dalam memberi penghormatan, prasasti memuat seluruh nama korban, tiang bendera menjadi penanda asal negara seluruh korban, kayonan (ukiran seperti gunungan dalam pewayangan) artinya kehendak yang seharusnya dikendalikan, tri kona nemu gelang (tembok berbentuk setengah lingkaran seperti gelang sebanyak tiga posisi) artinya simbol kehidupan, sedangkan kolam yang berada di tengah itu berbentuk bulat dengan sembilan air mancur sebagai simbol kumbanda (roh).

Selain Ground Zero Memorial, Legian menarik minat didatangi untuk “di-intip” kehidupan malamnya. Berbagai macam toko yang menjual barang-barang ber-merk memenuhi jalanan ini.
Saya pun diajak teman menyusuri jalanan Legian yang ditiap kafe memasang musik ajeb-ajeb dengan musik yang berbeda tapi dengan volume suara yang mampu menghentak jantung.
Wah, tiba-tiba saja saya inget malam-malam di Gili Trawangan. Kafe-kafe full music penuh dengan cewek-cewek seksi berjoget. Bedanya di Gili Trawangan kita bisa menyusuri masing-masing kafe sambil menikmati pantai. Di Bali, saya menyusuri Legian sambil liat toko-toko ber-merk yang bikin ngiler 😉
–Selamat Jalan-Jalan–
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak