Setelah acara Touring de Pacitan sukses, kami berencana melakukan perjalanan yang lebih jauh. The next destination adalah Cilacap. Apa yang menarik dari Cilacap? Saya pun tidak tahu banyak, secara prinsip keberadaan saya disini cuma sebagai follower saja. Jadi yuks, ikuti saja acara jalan-jalan kali ini 😉
Pagi-pagi sekali kami sudah berkumpul di markas besar. Setelah berdoa dan memastikan pasukan lengkap, perjalanan pun segera dimulai. Kami memilih jalur lintas selatan yang tak terlalu ramai dengan kendaraan. Dari Jogja, lewat jalan Daendels, kemudian pilih yang lewat daerah petanahan Kebumen.
Di sepanjang areal ini kita dapat menikmati hamparan sawah dan kebun, jika beruntung bisa mendapatkan semangka segar dari petani dengan harga cukup murah dibandingkan harga pasar. Kami memilih melalui Pantai Ayah di Kebumen karena beberapa dari kami belum pernah ke Pantai Ayah, terutama saya.

Pantai Ayah lumayan terkenal di antara komunitas touring. Menurut saya sendiri, pantai Ayah tidak terlalu bagus dibandingkan dengan pantai-pantai di Gunungkidul. Tapi jalan menuju pantai Ayah memang keren 😉 perbukitan yang penuh dengan tanjakan jahanam mantap!
Sebenarnya pemandangan ke pantai paling keren dari atas perbukitan ini, sayangnya saya tidak sempat mengabadikan.

Di pantai Ayah, kami mampir untuk makan siang. Ada banyak pilihan rumah makan di sini. Selain rasa makanan yang enak untuk lidah saya, harganya pun murah, so recommended dech!
Pantai Ayah memiliki banyak fasilitas umum. Sayangnya tidak dikelola dengan baik. Jadi nampak kotor dan tak terurus. Pada hari-hari libur pantai ini ramai dengan pendatang. Meski begitu, ombak pantai ini tidak cocok buat mandi karena cukup besar.

Hasil ngobrol ngalor ngidul dengan petugas retribusi, jalanan menuju ke pantai Ayah dari perbukitan terkadang dipasangi paku-paku. Makanya lain waktu diharapkan hati-hati jika berkendara di jalanan ini.
Disamping pantai ayah, ada plang besar ‘Pantai Logending”, wah aneh ya ada dua pantai dengan nama berbeda dalam jarak yang begitu dekat.

Setelah ngobrol dengan ibu penjual makan, kami dijelaskan bahwa ke-2 pantai ini ternyata sama. wew! Sebenarnya namanya pantai Logending, akan tetapi karena berada di kecamatan Ayah, maka lebih terkenal dengan nama pantai Ayah 😉

Konon, pantai Ayah sudah dijadikan tempat plesir sejak zaman pendudukan Belanda dan Jepang. Diyakini oleh penduduk lokal, di pantai Ayah terdapat makam Ki Ajar Tonggo. Ki Ajar Tonggo adalah orang pintar yang bermukim di Pantai Ayah, saat Kadipaten Ayah dikuasai dan diperintah oleh Adipati Suronegoro dan Kartonegoro I.
Setelah menikmati pantai Ayah sambil makan siang, kami pun segera menuju lokasi wisata selanjutnya, yaitu Pantai Teluk Penyu di Cilacap 😉
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak