Setelah puas menikmati pantai Teluk Penyu dan Benteng Pendem, tujuan kami yang terakhir adalah menyebrang ke Pulau Nusakambangan 😉

Menyebrang ke Pulau Nusakambangan kami menyewa perahu motor milik nelayan dengan harga 10ribu per orang bolak balik dari pantai Teluk Penyu – pulau Nusa Kambangan – pantai Teluk Penyu.
Sekitar 15 menit kami menyebrangi Selat Segara Anakan dan sampai di pantai Nusakambangan bagian timur. Sepanjang perjalanan menuju pulau Nusakambangan, beberapa teman asyik berfoto narsis, sisanya bermuka pucat karena kebetulan ombak sedang tinggi di musim hujan 😉

Menurut cerita nelayan yang menyebrangkan kami, di sebelah selatan, barat dan timur pulau Nusakambangan berbatasan dengan Samudra Hindia dan sebelah utara berbatasan dengan Selat Segara Anakan, Bengawan Donan, muara sungai Citanduy, dan kota Cilacap.
Posisi pulau Nusakambangan yang melindungi pantai selatan Cilacap, seakan sebagai lapisan luar pelindung bagi benteng pertahanan yang berada di Cilacap (Benteng Pendem).

Pas kita nyampe ke pulau Nusakambangan, sempet bingung mau ke mana. Setelah tengok kanan kiri, ada bapak-bapak tinggi besar dengan awak penuh tatto menyuruh kami berjalan ke arah hutan. Saya sempet nyengir, wah boleh nich diajak photo 😉 kayaknya mantan napi. Tapi niat mulia saya batal karena dilarang oleh teman-teman, berbahaya men!
Pulau Nusakambangan memang sangat terkenal sebagai penjara bagi penjahat kelas kakap. Makanya pulau ini begitu menarik bagi para wisatawan. Saya membayangkan menginjakkan kaki disini kayak menginjakkan kaki ke Australia beberapa ratus tahun yang lalu, di jamannya Australia masih sebagai tempat pembuangan para penjahat kelas kakap dari Inggris atau kayak gili trawangan di masa lalu, yang sejarahnya adalah pulau pembuangan 😉
Tapi Nusakambangan itu beda. Berwisata disana kayak mblusukkan ke dalam hutan. Nusakambangan adalah pulau kecil yang tidak berpenduduk kecuali disekitar pantainya yang mereka sebut sebagai dermaga, itupun saya hanya melihat beberapa warung makan dengan bangunan ala-ala sekedarnya, hanya sebagai tempat singgah penduduk Cilacap di musim panen.
Jadi jangan salah, selain sebagai kawasan cagar alam, di pulau Nusakambangan juga terdapat perkebunan milik warga seperti kebun kelapa. Ohiya tahukah kalian, warga Cilacap itu percaya lho kalo di pulau Nusakambangan para tahanan bisa berkeliaran sesuka hati. Tapi mereka ga bisa keluar dari pulau, karena tidak ada yang berani berenang menyebrang ke pantai Teluk Penyu. Masyarakat sekitar percaya, pulau Nusakambangan dikelilingi ubur-ubur beracun yang akan menyengat siapapun. Serem yaks!

Letak Benteng Karang Bolong berada di bagian timur pulau Nusakambangan. Sedangkan penjara “terkenal” yang ada di pulau Nusakambangan letaknya berada dibagian barat pulau. Dahulu, para napi yang ada di pulau Nusakambangan dipekerjakan untuk berkebun dan juga membangun rel kereta api dari Cilacap menuju Jogja.

Perjalanan menuju Benteng Karang Bolong dari pantai cukup jauh sekitar 30 menit dengan berjalan kaki. Bukan hanya jauh, tapi juga melelahkan karena jalanan tanah yang kami lalui ber-tekstur menanjak model tanah perbukitan. Sempat kami melewati jembatan kecil yang sebelumnya pernah saya liat di salah satu acara uji nyali di tipi sebagai salah satu lokasi angker di pulau Nusakambangan ;-(
Cerita punya cerita, di dalam kawasan hutan ini, ada sebuah pohon bernama Pohon Gondong. Pohon ini memiliki biji berwarna hijau, yang berfungsi sebagai penyimpan air minum dan juga obat-obatan. Karena air disekitar pulau ini rasanya payau sehingga petani menggunakan pohon ini sebagai air minum mereka.

Gerbang Benteng Karang Bolong hampir tidak terlihat karena akar pohon yang menutupinya. Secara penampakan, malah lebih mirip tempat yang angker daripada sebuah benteng. Bangunannya berbentuk huruf U terbalik, dan diantara dinding benteng yang sangat tebal ini ada celah yang nampaknya sengaja dibuat sebagai ventilasi udara. Luas benteng ini sekitar 6.000 m2 dan dibangun oleh tentara Belanda sebagai benteng pertahanan. Infonya sih dibangun sekitar tahun 1855.


Dari selebaran yang kami dapatkan pas di Benteng Pendem, diperkirakan Benteng Karang Bolong di pulau Nusakambangan ini terdiri 4 lantai dengan dua lantai berada di atas permukaan tanah dan dua lantai lagi berada di bawah permukaan tanah. Jadi tanah yang kami injak itu benteng juga!
Jika kalian hendak menjelajah Benteng Karang Bolong ini, saya sarankan untuk menyewa pemandu agar tidak bingung. Di hutan yang tampak angker ini bisa saja kan tiba-tiba tersesat arah pas penelusuran salah satu terowongan.
Untungnya rombongan saya bertemu dengan warga lokal yang sedang liburan. Jadinya kami bisa nunut 😉 menelusuri benteng. Ohiya, jangan lupa lain kali kalo ada waktu datang kemari saya sarankan membawa senter atau headlamp.
Setelah menelusuri Benteng Karang Bolong di pulau Nusakambangan kami menemukan pantai berpasir putih yang terletak tidak jauh dari benteng.


Setelah didekati kami baru sadar kenapa warna pasirnya nampak putih, ternyata pasirnya berasal dari pecahan karang. Wow keren! Saya pun asyik mengambil beberapa batu-batu pecahan karang yang berbentuk lucu untuk oleh-oleh pulang ke Jogja 😉 Nama pantai ini adalah pantai Karang Tengah. Di salah satu sisi, ada sebuah karang besar dengan celah ditengahnya. Mungkin itu sebabnya didekat situ bentengnya dinamakan Benteng Karang Bolong.
Ajaibnya, meski pantai ini sepi dan jauh dari kehidupan manusia, tapi ditiap sudut selalu saja kami bisa menemukan pasangan muda mudi yang berasyik masyuk pacaran. Sampai heran liat mereka, kok bisa-bisanya pacaran ditempat seseram ini, ga ada tempat lain yang lebih normal tah!
Konon terdapat lorong bawah tanah di dasar laut yang menghubungkan antara benteng Karang Bolong ini dengan Benteng Klingker yang terletak di sisi lain pulau Nusakambangan dengan Benteng Pendem yang ada di Cilacap. Sedangkan bagian pulau yang lain tidak bisa ditelusuri karena hanya terbatas untuk karyawan Holcim dan pegawai Lapas Kabupaten Cilacap.

Berhubung hari sudah sore, kami pun segera kembali ke pantai di bagian sisi timur pulau Nusakambangan. Akan tetapi kapal yang akan menyebrangkan kami tak juga kunjung datang menjemput, tiap kapal yang kami minta menyebrangkan juga menolak, malah menyarankan kami untuk menunggu saja kapal jemputan tadi. Apesnya, tidak ada satupun dari kami yang meminta no hape dari si pemilik perahu motor yang menyebrangkan tadi siang ;-(

Setelah berjam-jam terlantar di pulau Nusakambangan, hampir semua persediaan makanan dan kopi habis, akhirnya muncul juga ide brilian. Salah satu teman saya menelpon temannya yang bertugas sebagai tentara tidak jauh dari pantai Teluk Penyu dan disuruh mencari si pemilik perahu motor yang tadi siang menyebrangkan kami.
Setengah jam dari itu, akhirnya si pemilik perahu motor datang, kami pun segera naik perahu motor pulang ke pantai Teluk Penyu. Alhamdullilah bisa pulang 😉 ga kebayang kudu nginep di pulau Nusakambangan yang menyeramkan. Sesampainya di pantai Teluk Penyu, kami ditraktir makan udang dan cumi sepuasnya sekenyangnya oleh bapak-bapak tentara. Wuiiihhh! makasih banyak bapak-bapak tentara ;-). Dengan perut kenyang dan setelah seharian bertamasya, kami pun segera meluncur pulang ke Jogja. Selamat Jalan-Jalan!
*ini adalah dokumentasi acara Touring Team Sambang Alam ke Cilacap pada tanggal 10 Oktober 2009 yang lalu. Maaf, baru bisa di upload ke blog 😉
–The End–
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak