Ini kedua kalinya saya menyeberangi Jembatan Suramadu. Pertama, dulu naek bus. Kedua, naek mobil Elf. Saya sebut baru dua kali, karena sampai sekarang, saya masih punya obsesi buat naek motor menyeberangi jembatan yang satu ini 😉
Dinamakan Suramadu, untuk mewakili dua tempat. Sura asal kata dari Surabaya, dan Madu asal kata dari Madura. Jadilah Suramadu 😉
Jembatan Suramadu, digadang-gadang sebagai jembatan terpanjang yang ada di Indonesia saat ini. Panjang Jembatan Suramadu adalah 5.438 meter. Konon kabarnya, Jembatan Suramadu adalah proyek percontohan, karena tujuan utama pemerintah adalah membangun Jembatan antara Tanjung Priok (Jakarta) ke Bakauheni (Lampung).
Jembatan Suramadu memiliki lebar sekitar 30 meter. Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor di setiap sisi luar jembatan.
Kalo dari jauh, ditengah Jembatan Suramadu seperti ada dua tiang besar berwarna merah yang seperti menggantung pada langit dan memberi efek mengangkat bagian tengah jembatan ke atas.
Pembangunan bagian tengah tersebutlah yang menghabiskan dana begitu banyak, karena jembatan ini memberikan ruang bebas setinggi 35 meter dari permukaan laut agar dapat dilalui oleh setiap kapal laut yang melintasi Selat Madura.
Tujuan utama pembangunan Jembatan Suramadu awalnya untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura, yang dianggap Pemerintah Pusat tertinggal dibandingkan kawasan lain di Jawa Timur.
Pada kenyataannya, pembangunan Jembatan Suramadu sampai hari ini tidak mengubah terlalu banyak hal di Madura. Saya beberapa kali ke Bangkalan, tapi kok ga ada perubahan banyak ya? Bahkan kalo cerita dari orang-orang sekitar sana, para pengusaha ferry penyebrangan yang dulu pendapatannya lumayan, sekarang malah menurun drastic dengan adanya Jembatan Suramadu.
Meski begitu, buat saya sekedar melewati Jembatan Suramadu merupakan pengalaman yang menyenangkan. Jembatan ini mengingatkan saya pada sensasi melewati Tsing Ma Bridge, yang menghubungkan Lantau Island (dari Bandara Internasional Hongkong) dengan daratan utama Hongkong New Territories. Yah, meskipun tidak se-wah Tsing Ma Bridge, setidaknya saya bisa berbangga hati khan memiliki Jembatan Suramadu 😉

Tiket untuk melewati Jembatan Suramadu-pun termasuk mahal: 40ribu untuk mobil umum, 30ribu untuk mobil pribadi, dan 3ribu untuk motor. Kalo PP, ya silahkan dikalikan dua.
Barangkali yang bikin nggondok para wisatawan adalah udah bayar mahal-mahal, tapi kendaraan dilarang berhenti di tengah Jembatan untuk sekedar berfoto. Menurut petugas, kegiatan berfoto di tengah jembatan mengganggu lalu lintas, karena rawan kecelakaan.
Meski begitu, pengalaman dua kali lewat Jembatan Suramadu, tetep banyak kok kendaraan yang keukeuh berhenti buat berfoto. Pernah suatu kali, pas saya naik kendaraan umum (bus pariwisata) melihat orang yang saking asyik mengambil gambar, bahkan sampai lari-lari dari tengah jembatan untuk mencari angle yang pas. Padahal rata-rata kendaraan yang melewati Jembatan Suramadu, melaju dengan kecepatan tinggi. Bahaya banget khan?
Cerita lain yang beredar sih, katanya di Jembatan Suramadu, banyak orang usil yang suka mencuri besi dari jembatan, lalu dijual. Kebayang ga tuh seremnya. Barangkali kalo “ritual” kayak gitu dibiarkan, tidak sampai 11 tahun sejak Suramadu diresmikan, maka jembatan ini cuma akan jadi sejarah saja.
Kenapa 11 tahun? Karena itulah umur si Jembatan Gantung Mahakam II di Kukar sewaktu rubuh. Duh, semoga ga terjadi hal yang sama dengan Suramadu ya. *kok jadi kebayang yang aneh-aneh*
Pengalaman sih, jembatan megah di Indonesia ga bertahan terlalu lama. Contohnya, ya Jembatan Gantung Mahakam II yang dibangun antara Kota Tenggarong dengan kecamatan Tenggarong Seberang. Jembatannya sangat bagus dan panjang. Bahkan sengaja dibangun sebagai duplikat dari Golden Gate-nya San Fransisco. Tapi beberapa waktu yang lalu malah rubuh. Untungnya saya dah pernah lewat. *halah*
Nah, bagi kalian yang belum pernah lewat Jembatan Suramadu. Ada baiknya, segera merencanakan buat jalan-jalan ke Madura lewat jembatan ini. Rugi banget kalo belum pernah lewat!
Happy Travelling 😉
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak