Dari Ratu Boko kemudian Candi Barong dilanjutkan ke Candi Ijo, maka trip berakhir di Candi Banyunibo. Berbeda dari tiga candi sebelumnya yang terletak di atas bukit, Candi Banyunibo dibangun di dataran rendah di Dusun Cepit, Bokoharjo, Prambanan.
Candi ini terdiri atas satu candi induk yang menghadap ke barat dan enam candi perwara berbentuk stupa yang disusun berderet di selatan dan timur candi induk. Ukuran masing-masing fondasi stupa hamper sama, yaitu 4,80m x 4,80m. Di sebelah utara candi induk terdapat tembok batu sepanjang kurang lebih 65 meter yang membujur arah barat timur. Berdasarkan bentuk atap candi induk dan bentuk candi perwara yang berupa stupa, maka latar belakang keagamaan Candi Banyunibo dapat diketahui, yaitu Buddha.

Candi induk berukuran 15,325m x 14,25m dengan tinggi 14,25m. Tubuh candi berukuran lebih kecil dari kakinya, sehingga di sekeliling tubuh terbentuk lorong yang disebut selasar. Di sisi barat candi terdapat penampil dengan tangga ditengahnya, berfungsi sebagai jalan masuk atau pintu menuju bilik candi. Pada dinding penampil sebelah kanan terdapat relief di dinding kiri menggambarkan seorang pria dalam posisi duduk. Kedua relief tersebut menggambarkan Hariti, dewi kesuburan dalam agama Buddha dan suaminya, Vaisravana. Pada dinding luar tubuh candi terdapat arca Boddhisatva. Pada dinding bilik sisi utara, timur, dan selatan terdapat relung-relung yang menonjol dan berbingkai dengan hiasan berbentuk kala-makara. Relung tersebut berfungsi untuk tempat arca.

Candi ini mudah ditemukan karena letak lokasinya yang rendah sehingga tidak terlalu sulit menjangkaunya. Diantara kompleks candi di kawasan selatan Prambanan, Candi Banyunibo paling banyak dikunjungi setelah Keraton Ratu Boko, jika dibandingkan Candi Barong dan Candi Ijo. Sering juga diadakan acara outbond di kawasan candi ini. Kurangnya perawatan dan penjagaan di candi ini membuat tempat di dalam candi ini sebagai tempat pacaran para abegeh. Dan saya selalu aneh dengan anak-anak itu, berpacaran di tempat sewingit itu.

Di antara Ratu Boko, Candi Barong, Candi Ijo, dan Candi Banyunibo maka retribusi tertinggi dipegang oleh Ratu Boko. Candi Banyunibo ini, meski tak terawat dan terletak diantara sawah, tapi karena posisinya yang mudah dijangkau, maka Candi Banyunibo termasuk candi yang paling mudah dipungut retribusi. Berbeda dengan Candi Ijo dan Candi Barong yang sampai saat saya mem-posting tulisan ini, seingat saya, belum ada retribusi tempat wisata alias gratisss!
Nah, jika kalian sedang bosan di rumah, tidak punya uang buat shopping di mall dan ingin jalan-jalan tapi hanya seputar Jogja. Ga ada salahnya kok keliling keempat candi ini. Selain murah meriah, bikin tambah pinter sejarah, menurut saya, kalian jadi tambah keren dan gaul! *tumbs*
Selamat berpetualang 😉
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
*(sumber data sejarah: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta)