
Ini adalah pengalaman pertama saya jalan-jalan ke luar negeri sendirian (tolong garis bawahi kata “jalan-jalan sendirian”, bukan “ke luar negeri”-nya). Karena pengalaman pertama “sendirian”, saya seperti merasa terbebani untuk menceritakannya dalam blog ini.
Barangkali saking excited-nya, dalam tulisan kali ini saya merasa kesulitan merunut alur cerita secara runtut. Rasanya semua cerita seperti benang kusut (dalam artian positif), dimana saya tidak tahu mesti mengawali darimana, dan bagian terburuk adalah saya juga tidak tahu bagaimana kudu mengakhiri setiap cerita.
Setelah berhari-hari, hingga berbulan-bulan, saya putuskan untuk menuliskan semuanya saja. Semua kekusutan cerita saya. Barangkali susunan cerita dan lokasi akan saling melompat, tapi saya harap, setiap tulisan saya adalah mata rantai yang akan saling mengikat dan melengkapi dari bagian yang hilang dari satu cerita ke cerita yang lain, seperti kepingan puzzle.
Untuk beberapa pekan, jangan bosan jika saya hanya menawarkan satu kisah, yaitu tentang Hongkong. Saya akan berusaha bercerita tentang semuanya. Dimulai dari kota-nya, wisata-nya, makanan-nya, transportasi-nya, orang-orangnya, hingga bagian yang paling menarik adalah bangunan-bangunan bersejarah-nya, tentu saja yang tak boleh ketinggalan adalah market dan mall-nya!
Yang tidak bisa saya ceritakan adalah bagaimana penginapan di Hongkong, tentu saja karena selama 13 hari di Hongkong, saya menginap di rumah teman, gratis 😉 Saya juga mengunjungi Macau dan Shenzhen (Cina), hanya di kedua kota inilah saya ditemani jalan-jalan. Sisanya, saya mengunjungi tiap kota di Hongkong, sendirian!
Apakah jalan-jalan sendirian menyenangkan? Tentu saja, sangat menyenangkan! Kalian bisa bangun tidur di jam berapa saja, sesuka kalian. Bisa pergi kemana saja, tanpa harus berdebat hari ini mau kemana. Bisa makan apa saja, baik halal maupun haram, sesuka kalian.
Bagian terburuk dari jalan-jalan sendirian adalah tak ada yang mengambil photo-mu! Dan minimnya kemampuanmu berkomunikasi dengan bahasa local akan membawamu tersesat dan membuat kaki pegal karena kadang pilihan terbaik adalah mengulangi jalan yang telah kau lewati.
Tapi apakah itu membuat kapok? Tentu tidak. Tersesat di sebuah kota besar dengan bahasa yang tak kau mengerti akan memberimu pengalaman spiritual bahwa hidup di kota besar sama sulitnya dengan tinggal di tengah hutan tanpa sinyal!
Jadi temans, nikmati cerita yang akan kalian baca setelah ini. Dan ingatlah pesan saya: “Jalan-jalanlah hingga ke Hongkong!”
Selamat Menikmati 😉