Untuk kesekian kalinya, saya lagi-lagi berkunjung ke Magetan. Magetan adalah Kabupaten di Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Tawangmangu di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.

Jalan menuju Magetan sebenarnya bisa di tempuh dari Tawangmangu, meski jalannya sudah halus bagus tapi tanjakan yang tinggi di sekitar Tawangmangu menuju Gunung Lawu membuat banyak orang yang membawa bus atau mobil yang besar memilih jalan memutar ke utara yang lebih jauh, yaitu melewati Kabupaten Sragen, Kabupaten Ngawi, dan barulah Kabupaten Magetan.
Magetan bukan kota besar. Hasil industry yang paling terkenal adalah industry kulit. Konon, kabarnya penduduk Magetan adalah pengikut Pangeran Diponegoro yang turut ber-gerilya melawan Belanda. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap, para pengikutnya ini pun dibantai oleh Belanda.
Beberapa orang yang mampu menyelamatkan diri kemudian bersembunyi di Magetan dan menyamar menjadi penyamak kulit. Itu sebabnya, industry penyamak kulit di Magetan sangat bagus dan halus. Magetan juga sangat terkenal sebagai salah satu penghasil pelana kuda terbaik di Indonesia.

Objek wisata yang sangat terkenal di Magetan adalah Telaga Sarangan. Telaga Sarangan terletak di Kecamatan Plaosan, sekitar 16 km dari pusat kota Magetan.
Kebetulan, saya datang pas musim kemarau, sehingga Telaga Sarangan tampak berbeda dari yang biasanya saya lihat. Air sedang surut-surutnya di Telaga Sarangan, yang nampak hanyalah sebuah telaga pasir di kaki Gunung Lawu. Nantinya setelah ngobrol dengan beberapa warga, saya baru tau kalo air Telaga Sarangan surut karena disedot oleh warga untuk pertanian. Makanya airnya habis bis bis! 😉
Telaga Sarangan luasnya sekitar 30 ha dengan kedalaman 28 m. Dengan suhu udara antara 18 hingga 25 derajat Celcius, Telaga Sarangan menjadi tempat favorit banyak keluarga untuk berlibur. Sekeliling Telaga Sarangan berisi penginapan, restoran dan pusat perbelanjaan oleh-oleh.

Kami menginap di salah satu hotel yang meski harganya tidak bersahabat, tapi memiliki view paling keren dari seluruh penginapan yang ada di sekitar Telaga Sarangan.
Namanya Hotel Merah, sebenarnya ada Hotel Merah 1 dan Hotel Merah 2. Kami mendapatkan kamar di lantai 4 di Hotel Merah 1. Awalnya rada marah-marah juga pas tau, kami kudu naik ke lantai 4 lewat tangga. Tapi setelah sampai di atas dan melihat view yang begitu indah di depan kamar kami. Rasanya pupus semua rasa lelah kami melihat pesona alam yang begitu indah.

Kuliner khas di tempat dingin selalu khas, yaitu sate kelinci, jagung bakar, dan wedang jahe. Kuliner di Telaga Sarangan, menurut saya, selain sangat enak juga murah-murah. Mungkin pengaruh udara yang dingin membuat gampang kelaparan. Untungnya hotel tempat saya menginap, lantai 2-nya adalah restoran, jadi seneng-seneng ajah makan di sana 😉
Jika sedang musim penghujan dan air berlimpah, permainan paling menyenangkan di Telaga Sarangan adalah naek speed boat berkeliling telaga atau naek kuda memutari telaga sambil menikmati angin telaga yang sepoi-sepoi. Tapi bagaimana jika sedang kemarau seperti kondisi saat saya datang?
Yang bisa dilakukan di siang hari, ya jalan kaki berkeliling telaga atau mblusukkan ke Air Terjun Tirtosari yang letaknya tak jauh Telaga Sarangan.
Saat malam hari tiba, percayalah memandang telaga sambil menikmati pekat kabut yang turun perlahan di malam hari, memberikan nuansa tersendiri pada malam-malam yang dingin di Sarangan, bbrrrr serasa lagi terdampar di dalam salah satu pilem horror-nya Suzanna. Pokoknya, mistis sekaligus pengalaman yang seru!
Happy Travelling 😉
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
wah mbak atasannya udah formal, untuk alas kaki tetep ya pakai crocks mbak ~ 😛
hihihi
view Sarangan lebih cantik kalau debit airnya pas naik mbak 😀
huehehhe, maklum itu di lantai 4. gw ogah turun tangga pake higheels, khan yg penting pas rapat, gw pake sepatu yg resmi.
iya, ga nyangka air nya surut banget ya? ;D
wuiindahnya…
setiap tempat khan punya keindahannya sendiri mas dhave ;D
sepakat mBae
saat aku kecil, pemandangan di sarangan indah meskipun aku belum mampu menggambarkan sesungguhnya keindahan itu, namun keagungan pencipta yang slalu aku puji
sampai sekarang tetap indah kok ;D