tentang kemarin


Saya paham sekali bahwa rasa kasihan jauh lebih berbahaya daripada rasa cinta. Rasa cinta bisa berubah menjadi benci. Tetapi rasa kasihan selalu melekat dalam bentuk “kasih dan sayang”. Pada akhirnya, rasa kasihan-lah yang selalu membuat hati menjadi tidak tegas, plin plan, menjadi tidak tega meninggalkan dan mengecewakan. Sebuah rasa yang menjebak kita untuk selalu menghibur dan menemani.

Apapun itu, hari ini saya paham, kenapa saya tidak pernah bisa meninggalkanmu. Saya meletakkanmu tepat di hati saya, lengkap bersama seluruh emosi saya; kasihan, sayang, peduli, rindu, cemburu, marah, dan entah apalagi.

Hingga saya sadar, rasa kasihan ini berubah menjadi alat penyiksa-mu buat saya. Rasa kasihan membuat saya tidak pernah bisa melepaskanmu, tak peduli setega apapun kamu terhadap saya.

Hingga kemarin, saat kamu menyebutkan permintaanmu, dan saya mengamini-nya.

Saya janji, saya akan mengeluarkanmu dari hati saya, meletakkanmu tepat di dalam kepala saya, dalam seluruh logika dan rasio saya. Tidak ada lagi hubungan emosional di antara kita. tidak ada kasihan. tidak ada sayang. tidak ada ketulusan pertemanan.

Kita hanyalah dua orang dalam hubungan ber-logika. Hanya dengan begitu, kita tidak saling melukai. Saya bisa tetap tersenyum padamu, ga peduli semarah ataupun se-kecewanya saya padamu.

Itukan yang kamu inginkan? saya, yang “hanya” bersikap ramah dan bertuturkata manis padamu.

Dan sejak kemarin, sejak saya berjanji memenuhi permintaanmu, maka tak ada pertemanan di antara kita. tak ada ketulusan. karena harusnya kamu sadar, pertemanan selalu dilalui dalam jalan yang beronak duri. Tak ada samudera yang tak ber-badai.

Dan untukmu, semua sudah lebih dari cukup!

Jogja, 06 Juli 2011

Tulisan Terbaru:

Advertisement