Bagi yang pernah mblusukkan ke Gili Trawangan pasti tau rutinitas ini, bersepeda!
Konon, di gili ada awik-awik yaitu larangan penggunaan kendaraan bermotor. So, tinggal di pulau kecil ini cuma ada 4 alternatif untuk berkeliling pulau seluas 338 hektar ini.
Pertama, jalan kaki, no bukan pilihan saya!
Kedua,berkuda, ga banget, bukan pilihan saya!
Ketiga, naek cidomo, mahal!
Keempat, bersepeda!
Eh jujur ajah ya, saya itu ga pandai lho naek sepeda. Dalam tahapan hidup saya, berawal dari jalan kaki lalu sepeda motor, jadi saya ga sempet mengalami sesi: belajar naek sepeda!
Meski di Jogja, semua orang seneng nggowes, tapi saya ga suka! 😉 saya bisa sich naek sepeda tapi pilihan terakhir. Nyahaha!
Tapi demi bermalam di gili, jadi saya usahakan tiba-tiba canggih naek sepeda. Nyoook 😉
Hampir semua tempat di Gili Trawangan menyewakan sepeda. Jika kalian menyewa di pinggir pantai, biasanya harga sewa 15ribu per jam atau 50ribu per hari. Tapi kalo mau sedikit rekoso mblusukkan ke dalem, kalian bisa dapet harga sewa sepeda yang jauh lebih murah kayak kami 10ribu per jam atau 40ribu untuk 24jam 😉
Gili Trawangan cuma seluas 338 hektar, sebenarnya ga terlalu luas dan tidak terlalu melelahkan buat bersepeda jika kalian emang dah biasa nggowes. Tapi masalahnya, saya khan ga biasa nggowes! apalagi nggowes di alam liar. Kebayang ga naek sepeda menyusuri pasir pantai, butuh tenaga ekstra buat nggowes.
Kondisi alam yang dipertahankan alami juga membuat jalan lintasan sepeda ga di kapling blok. Jadi terkadang kami harus turun untuk menuntun pas dilintasan pasir pantai yang terlalu sulit untuk dilalui. Belum lagi harus berbagi jalan dengan para pejalan kaki, orang yang berkuda, dan yang pasti kudu siap kalah dengan cidomo.
Mengelilingi Gili Trawangan adalah pengalaman saya naek sepeda terjauh 😉 Masih kerasa banget besok paginya kaki terasa linu pegel. Yang parahnya lagi pantat saya rasanya jadi rata tak berdaging karena kelamaan bersepeda 😉 *ngakak*
Meski begitu, saya harus mengakui pengalaman bersepeda keliling trawangan adalah pengalaman saya yang terdahsyat setelah jatuh dari motor pas nanjak di Gunung Penanjakan Bromo. Jadi kenapa tidak kalian membuktikan sendiri pengalaman saya yang satu ini? 😉 Selamat Mencoba!
–Selamat Jalan Jalan–
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
hemmmm….
minginiii……….
sengaja kok!