Setiap manusia memiliki mimpi. Ada
yang mengejar dan mewujudkannya.
Ada yang mundur dan membuangnya.
Ada pula yang diam dan hanya
menyimpannya, sepanjang sisa hidupnya.
Kata-kata di atas muncul dalam salah satu scene film yang saya tonton. Sebuah film yang bercerita tentang cinta yang tak sampai. Klise. Si pemeran utama jatuh cinta. Tepatnya, saling mencintai. Tapi entah kenapa, tak bisa saling memiliki.
Dan begitulah cerita dimulai. Bertahun-tahun kemudian. Di saat si pemeran utama wanita telah bertunangan. Dan si pemeran utama laki-laki telah menikah. Cinta lama menjadi “konflik” yang kemudian di usung oleh film ini.
Filmnya sendiri tidak special (menurut saya), tapi entah kenapa, tiba-tiba ingatan saya melayang pada seseorang. Tepatnya, mengingatkan saya pada seseorang. Seseorang yang pernah bercerita tentang “cinta tak sampai”-nya.
Saya percaya, selalu ada masanya dimana kau harus memilih, termasuk cinta. Pilihan pertama, kau bisa mengejarnya dan mewujudkannya. Pilihan kedua, kau bisa mundur dan membuangnya. Pilihan ketiga, kau bisa hanya diam dan menyimpannya (tentunya, sepanjang sisa hidupmu). Dengan catatan, apapun pilihanmu, kau harus commit dengan pilihan yang kau buat dan tentunya resiko yang mengikutinya.
Kita harus sadar bahwa segala sesuatu, termasuk rasa, memiliki tenggang waktu. Daluarsa. Ada masa-masanya cinta lama menjadi expired. Tak layak lagi dikonsumsi.
Contoh simple, misal saya telah bertahun-tahun menikah dan memiliki anak. Kemudian saya pulang kampung dan reuni (ehem, mentang-mentang saya lagi reuni nich…). Kemudian saya bertemu dengan cinta lama (ceileee….). Secinta-cintanya saya sama dia, tapi itu khan duluuuuu banget. Saat keadaannya berbeda dengan sekarang. Apa layak, kemudian cinta lama bersemi kembali? Weleh. Kalo keadaannya single lawan single, ya ga masyalaah. Tapi kalo sama-sama udah menikah atau salah satu sudah menikah? ente mau lihat dari sudut manapun, tetep ajah salah!
Teman saya di kantor pernah berkata begini: ”Kita ga bisa ngelarang orang jatuh cinta”. Lalu saya jawab, “masa sich?”. Buat saya, saat kita berkomitmen menikah dengan seseorang. Itu artinya, kita berkomitmen untuk mencintainya seumur hidup. Termasuk juga berkomitmen setia padanya, baik senang maupun susah, baik sehat maupun sakit, baik kaya maupun miskin. Ga peduli apakah pas kita menikah dengan pasangan kita karena cinta, karena kecelakaan, atau karena dijodohkan. Ya itu resiko menjawab “iya”. Resiko menikah.
So, lain kali pikirkanlah kata-kataku ini. Jika memang dulu, pilihanmu adalah mundur dan membuangnya. Maka ikhlaskanlah. Ikhlaskanlah sampai kapanpun bahwa dia memang tidak ditakdirkan untukmu. Bukankah kau sudah memilih mundur?
Jika pilihanmu adalah diam dan menyimpannya. Maka saranku, simpanlah baik-baik. Jangan sampai malah melukai orang-orang disekitarmu, apalagi melukai istrimu, suamimu, terutama anak-anakmu.
Jika pilihanmu adalah mengejar dan mewujudkannya. Udah telaaaaatttt!!! Kau seharusnya melakukannya bertahun-tahun yang lalu, bukan sekarang!
Belakang Gereja, 26 Desember 2010.
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
intine merasakan cinta adalah kondisi serba salah.
mundur dan membuangnya,bisa keliru.
diam lalu menyimpannya juga tidak mudah
mengejar dan mewujudkannya. Udah telaaaaatttt!!!
hadeh…
waktu yang membuat nya tepat. setepat saat kau membuat keputusan yang tak boleh kau sesali. karena waktu tak pernah berulang dua kali untuk hal-hal yang sama.