Pada kebanyakan tulisan dalam blog ini, pilihan utama kenapa sebuah tempat makan saya review, faktor utama adalah lokasi tempat makan tersebut ada di sekeliling tempat saya tinggal. Tentu saja, saya yakin ada banyak tempat makan yang enak di Jogja, tapi tidak mungkin semua saya review.
Hampir kebanyakan, tempat yang saya review terletak di seputar Kampus UGM-Jalan Kaliurang-Jalan Palagan Tentara Pelajar atau kalo agak jauh dikit biasanya seputar Ring Road Utara-Jalan Gejayan-Kampus Sanata Dharma-Kampus UNY-Bioskop XXI-Terban. Jadi jangan protes kalo kalian punya perbandingan yang mungkin menurut kalian jauh lebih enak atau jauh lebih murah, tapi jika letaknya jauh dari tempat tinggal saya, tentu saya tidak me-review-nya.
Apakah saya juga menulis tempat makan yang jauh dari tempat saya tinggal? Oh tentu saja, jika saya sedang di luar kota. Saya biasanya tertarik untuk makan di sekeliling hotel. Kalo tempat makannya asyik, tentu saja saya akan me-review-nya.
Mungkin pemikiran paling gampang dari tulisan ini adalah saya ingin menghadirkan dinamika sosial yang ada di sekeliling saya. Tempat yang paling saya tau tentu saja tempat-tempat yang ada di sekeliling saya. Tentu, karena tinggal bertahun-tahun di kawasan Jalan Kaliurang, saya bisa menceritakan beberapa tempat makan yang dulu tidak ada dan sekarang menjadi “new destination with new taste”.
Contohnya adalah tempat makan yang akan saya review kali ini. Namanya Rempah Asia.

Rempah Asia bukan tempat baru. Tempat makan ini hadir seiring makin banyaknya orang Malaysia (baik yang keturunan India ataupun Melayu) tinggal di daerah Pogung Baru. Ini adalah nama kompleks perumahan tempat saya tinggal. Semenjak tahun 2003, UGM memang membuka kelas Internasional untuk meningkatkan mutu. Kelas-kelas Internasional ini (terutama jurusan Kedokteran Umum dan Farmasi) di dominasi oleh warga negara Malaysia. Berita terburuknya adalah selama 2 periode takhta pak RT saya pun di jabat oleh warga negara Malaysia keturunan India. Nah, fenomena kayak gini, akhirnya pun berpengaruh pada selera makanan.
Dulu Rempah Asia terletak di sebuah gang yang memang di sekitarnya banyak kost putri buat mahasiswa Malaysia. Seiring popularitasnya yang makin menanjak, Rempah Asia sekarang pindah ke pinggir Jalan Kaliurang km.5 di dekat Asagaya Ramen.
Menurut cerita yang saya dengar. Pemilik Rempah Asia seorang perempuan Indonesia yang bersuamikan pria Malaysia. Kadang si pemilik ada di rumah makan ini, tapi lebih sering di Malaysia, saya ga tau banyak tentang keberadaannya.
Kalo kalian masuk ke Rempah Asia, kalian akan menemukan banyak foto tentang Malaysia, ada foto Petronas, bahkan ada peta Malaysia yang dibingkai di dinding.
Menu yang di tawarkan pun kayak biasanya pergi ke warung-warung makan ala Malaysia, ada nasi briani, nasi lemak, nasi paprika, roti cane, tom yam, teh tarik, dan lain sebagainya.






Dari semua menu, saya paling suka nasi paprika-nya. Selain cocok dengan lidah saya, porsinya sesuai dengan perut saya yang ga gampang kenyang kalo ga makan banyak 😉
Saya ga terlalu suka dengan Nasi Briani-nya, mungkin karena nasinya terlalu berasa rempah, jadi rada aneh di lidah saya. Terus nasi lemaknya kurang mantap rasanya, ga terlalu berasa lemaknya, kurang maknyus-lah! Kalo Tom Yam-nya, saya ga pernah nyoba, agak ga yakin makan Tom Yam di rumah makan Malaysia. Mending makan Tom Yam di Phuket ajah.
Untuk roti cane-nya, saya lebih suka roti cane di Bungong Jeumpa samping Jogja Jogja. Menurut saya, cane di Bungong Jeumpa masih tetap yang ter-enak dibandingkan di sini.
Rempah Asia juga menawarkan beberapa minuman khas Malaysia. Sayangnya semua minumannya serba instant. Contohnya saja Teh Tarik Instant.
Untuk harga, berkisar antara 13ribu sampe 26ribu. Misalnya saja, seporsi nasi briani+ayam+kuah kare+acar cukup membayar 16ribu. Yang paling mahal, kalo ayam nya diganti dengan kambing, jadi 26ribu seporsi.

Memang sich, pangsa pasarnya adalah warga negara Malaysia yang kangen rumah. Atau warga lokal yang ingin menikmati suasana Malaysia. Makanya ga heran, kalo yang makan di sini, lebih di dominasi oleh warga negara Malaysia, keturunan melayu atau pun keturunan India 😉
Ingin mencoba juga?
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
emang teh tarik tu minuman khas malaysia y? ane ko bru tau, hehe
ga tau juga. tapi kayaknya teh tarik itu adalah budaya India. Teh tarik pada intinya adalah teh yang dicampur susu. Teh susu ini dulu adalah minuman bangsawan Inggris, dan juga dikenal oleh bangsawan bangsa jajahan Inggris.
India adalah salah satu pusat daerah jajahan Inggris di Asia. Apalagi teh India merupakan komoditi yg sangat terkenal (selain teh cina dan teh jepang). Nah budaya teh susu (kmdn dikenal sebagai teh tarik) ini yg kemudian dibawa keturunan India kemanapun mereka ber-migrasi, misal ke Malaysia, Singapore, termasuk ke Aceh dan Medan. Itu sebabnya, dimana ada budaya keturunan bangsa India pasti ada teh tarik.
Meski begitu, kata temenku pas umroh, di Arab juga ada teh tarik. Nah, buat yg ini aku ga ngerti juga. Mungkin di Arab juga banyak keturunan India yg jual makanan. Makanya Arab juga kenal dengan teh tarik.
Begitu kalo merunut sejarah teh dan susu (teh tarik) 😉 Semoga info nya berguna.
iya, di arab jg ada macam minuman sprti ini. disana banyak disebut say halib yg artinya teh susu. dan kebanyakan masyrakat arab seperti di mesir, saudi, dan yaman j yg masih banyk mengkonsumsi minuman ky gni. kalo seperti di dubai dan uni emirat itu sudah jarang sekali.
makash dah mau bertukar info soal kuliner. hehe 😀
thanks info nya. senangnya berbagi pengetahuan 😉