
Namanya Pantai Kuwaru, saya sendiri lebih suka mengucapkannya dengan “kwaru”. Dari sekian pantai yang pernah saya kunjungi, ini adalah pantai yang paling sering saya kunjungi, setelah pantai-pantai di Gunungkidul. Bukan karena pantainya yang begitu bagus, tapi karena letak pantai ini berdekatan dengan rumah teman saya 😉
Secara administratif pantai Kuwaru masuk wilayah Dusun Kuwaru, Desa Poncosari Kecamatan Srandakan. Dari Jogja sekitar 29 km, dan rute jalannya pun cukup memadai, dalam arti kondisi jalan beraspal halus.
Dulu sekitar tahun 2003, karena teman saya tinggal di Srandakan, maka saya sering sekali menginap di rumahnya. Kalo pagi-pagi kami ngonthel sepeda mblusukkan cari ikan di TPI, maka kami dapat menikmati sunrise di pantai Kwaru. Di pagi hari banyak bapak-bapak ataupun ibu-ibu yang melakukan olahraga pernapasan di pantai ini. Pada saat itu memang lagi nge-trend melakukan olahraga pernapasan di pantai di saat matahari terbit sebagai pengobatan alternatif. Pada sore hari, di pantai ini didominasi dengan pasangan anak muda yang asyik pacaran 😉
Saya paling senang ke pantai Kuwaru kalo pas musim panen semangka dan melon. Wuiiihhh rasanya bahagia banget liat kebun semangka dan melon di sepanjang pantai. Kalo pas lagi beruntung kami bahkan dibiarkan menghabiskan semangka dan melon sisa panen 😉 maklum namanya juga petani desa, jadi orangnya masih baik hati dan tidak sombong.

Ohiya, tahukah kalian? kalo daerah Srandakan itu adalah daerah Bantul yang berbatasan langsung dengan Kulonprogo. Kedua daerah ini dihubungkan dengan jembatan baru yang namanya ya Jembatan Srandakan. Jembatan sepanjang 1.600 m dan menghabiskan dana sebesar Rp.37,554 milyar ini sangat ramai pas sore hari. Mulai dari gank motor sampai orang-orang yang asyik mancing bisa ditemui disepanjang jembatan, setiap hari.



Saya inget banget, beberapa tahun lalu, sempat heboh kalo pemda akan kerjasama dengan perusahaan besar dari Australia buat mengadakan penambangan pasir besi. Kehebohan ini dapat dilihat dengan banyaknya spanduk penolakan disepanjang jalan, dan tentunya tak lupa beberapa pernyataan dari Walhi terkait isu lingkungan.
Lantas kenapa tiba-tiba saya ingin menulis tentang Pantai Kuwaru? akhir desember 2011 yang lalu, entah kenapa para istri juragan ingin liburan ke pantai Kuwaru. Halah! Jadi begitulah, tiba-tiba saja saya ingin menulisnya, sebagai salah satu pantai yang sering saya kunjungi semasa kuliah.
Pantainya masih sama dengan dulu, bedanya sekarang tambah ramai, tambah kotor dan sudah ditarik retribusi oleh pemerintah desa setempat. Yang paling beda terutama pohon cemara yang menjadi trademark khas pantai Kuwaru. Dulu pas saya datang pertama kali, pohon cemaranya masih pendek-pendek, sekarang sudah tinggi-tinggi.
For your information, pantai Kuwaru merupakan salah satu pantai dengan abrasi terparah di sepanjang pantai selatan Yogyakarta. Untuk mengurangi bahaya abrasi ini maka ditanamlah beberapa batang pohon cemara udang dan akasia. Awalnya sebagai proyek percontohan. Lama-lama pantai ini menjadi komoditi pariwisata.
Kenapa cemara udang? Kata teman saya, awalnya cemara udang adalah tanaman khas pulau Madura, karena tumbuh disepanjang pantai Madura. Lalu beberapa Universitas menelitinya, konon cemara udang disepanjang pantai Madura ini mampu mengurangi bahaya abrasi dan mengurangi kekuatan gelombang tsunami.
Hebat ya? bentuk batang cemara udang yang nampaknya lemah dan mudah bergoyang itu ternyata mampu untuk menyelamatkan kita, mengurangi kekuatan gelombang. Maka pantai Kuwaru dijadikan sebagai salah satu proyek percontohan. Batang-batang cemara udang ini dikirim langsung dari Madura, dan benihnya dikembangbiakkan lalu ditanam dibanyak tempat.
Terakhir kemaren datang ke pantai ini, sudah banyak kemajuan di pantai Kuwaru misal sekarang banyak penyewaan motor ATV disepanjang pantai. Juga sekarang banyak kolam renang anak-anak dengan berbagai ukuran. Meskipun dulu sebenarnya kolam-kolam ini juga sudah mulai terlihat pembangunannya, saya tidak menyangka bakal seramai ini.
Di TPI, kami membeli ikan cakalang dengan harga 14ribu/kg, ikan tuna dengan harga 20ribu/kg, ikan tongkol dengan harga 10ribu/kg, cumi-cumi dengan harga 32ribu/kg, udang dengan harga 35ribu/kg. Ikan yang telah dibeli dapat dimasak di warung makan dengan biaya 5ribu sampai 6ribu per kg.
Dulu pas jaman saya sering menginap di Srandakan, awalnya saya hanya ingin tahu pantai Trisik dan Pantai Samas, lama-lama mblusukkan ke Pantai Kuwaru dan Pantai Pandansimo, eh malah nemu pantai yang jauh lebih bagus, yaitu pantai Goa Cemara.
Di pantai Goa Cemara, batang-batang cemara ditanam dengan jarak yang lebih dekat sehingga dengan bertambah tingginya batang cemara udang, maka seolah-olah deretan batang cemara membentuk sebuah goa. Warga lokal menyebutnya dengan pantai Goa Cemara.
Entah kenapa, setiap saya berkunjung ke pantai ini, saya selalu teringat pada salah satu puisi Chairil Anwar yang berjudul Derai-Derai Cemara:
… dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah.

–Selamat Jalan-Jalan–
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
Pantai ini sudah lama banget tak ku sambangi, terakhir adalah saat esema ada kegiatan sikling pas Pramuka…
Jembatan Srandakan masih sepi, muara Sungai Progo masih menentramkan…
Kalo ngebaca ulasanmu ini kok ya malah ‘melas’ dengan perawatannya yaa, maunya narik profit tapi kurang merhatiin supportingnya…
Hemm, tapi teteup masih berkeinginan nengok sono lagi sih… Mbiyen ya ana kanca Ssekolah nang kene, tapi semenjak keterima jadi Polisi ku wis kelangan jejak
Nuwun sharinge…
jaman SMAmu? owh itu mungkin jembatan lama, soalnya jembatan yang baru itu kayaknya tahun 2003an dibangun, huehe! sorry dory mayori om 😉
gak terlalu jauh juga dari rumah. paling 30-an km. tapi belum pernah ke sana. kapan2 kayaknya harus didatengin nih 🙂
wah, baru tau ini. bisa jadi referensi destinasi wisata baru 🙂
salam kenal ya 🙂
mampir juga ke blog saya tentang wisata ya, thanks sebelumnya 🙂
http://lifeistravelling.wordpress.com
tuker link juga ya kl mau hehe 😀