Beberapa hari yg lalu, saya membaca sebuah #twitt tentang seorang petugas front office yang konon kabarnya telah membaca 200 buku dalam setahun. Lalu saya bertanya pada diri sendiri, sudah berapa buku yang saya baca dalam setahun ini? Perhitungannya begini, jika saya membaca 1 buku dalam seminggu, itu artinya dalam setahun diperkiraan saya membaca sekitar 48 buku. Wow bahkan dalam satu tahun tidak mencapai 50 buku!
Pada dasarnya saya termasuk omnivora, pembaca segala: sejarah, hukum, karya sastra, biografi, travelling, motivator, kisah serial detektif semacam Agatha Christy bahkan sampai serial komik dan teenlit pun saya baca. Tapi pemikiran diatas memberikan saya ide, buku-buku apa sajakah yang sudah saya baca setahun ini dan menginspirasi.
Berikut ini 10 daftar buku dan penulisnya, yang saya rekomendasikan untuk dibaca:
1. Rembulan Tenggelam Diwajahmu. Penulis: Tere-Liye.

Tere-Liye merupakan salah satu penulis produktif saat ini. Buku-bukunya sendiri pangsa pasarnya adalah anak-anak, remaja sampai cah kuliahan. Tulisan Tere-Liye hampir setipikal dengan Andrea Hirata. Menarik untuk dibaca karena bukunya selalu penuh dengan pesan moral. Ini adalah salah satu bahan bacaan yang perlu dimiliki jika anda ingin anak-anak anda memiliki bacaan yang bermutu.
Pertama kali, saya membaca Hafalan Sholat Delisa dan Bidadari-Bidadari Surga. Itupun pinjam dari teman. Saya sampai menangis semalaman membacanya. Alhasil bangun dengan mata sembab keesokannya. Buku selanjutnya yang sangat populer adalah serial anak mamak-nya Tere-Liye terdiri dari: Pukat, Burlian, Eliana, dan yang sedang ditunggu-tunggu kehadirannya adalah serial terakhir Amelia.
Beberapa buku yang lain adalah Daun yang jatuh tidak membenci angin, Moga Bunda Disayang Allah, Ayahku (bukan) Pembohong, Rembulan Tenggelam Diwajahmu, Sang Penandai, Sunset bersama Rosie.
Huhehe. Jangan takjub kalo saya sudah membaca semua buku karya Tere-Liye. Saya cuma punya beberapa, sisanya adalah pinjaman. Ups =).
Ini masalah selera, dari semua bukunya saya paling suka Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Saya suka cara si penulis mengajak kita memahami tentang keikhlasan. Buku ini mengajak kita berprasangka baik terhadap Tuhan, tidak peduli seburuk apapun keadaan kita.
2. The Naked Traveller. Penulis: Trinity.

Buku kedua yang cukup menginspirasi saya adalah The Naked Traveler. Ini adalah buku yang anda perlukan jika rutinitas hidup anda seperti saya, hanya duduk dibelakang meja dan menghabiskan sebagian besar hari dalam rapat-rapat yang membosankan.
Saya suka cara trinity bercerita tentang tempat-tempat yang dia kunjungi. Saat saya membacanya saya merasa sedang pergi bersamanya dan tertawa bersama. Alangkah bahagianya ya menjadi seorang trinity?
Saya memiliki ke-3 buku The Naked Traveler, dan terkadang saat benar-benar senggang saya membaca blognya. Blog Trinity adalah blog yang paling sering saya kunjungi. Sisanya, saya lebih suka membaca buku-buku ini di bandara saat pesawat sedang delay daripada membuka netbook.
3. Rahasia Meede. Penulis: ES ITO.

Saya memiliki dua buku ES Ito: Rahasia Meede dan Negara Kelima. Keduanya adalah novel sejarah. Saya tidak tahu pasti apakah Eddri Sumitra atau yang lebih dikenal sebagai ES Ito dulunya mahasiswa sejarah atau bukan. Tapi meski tokoh dalam novelnya adalah fiktif tapi beberapa rentetan sejarah didalamnya adalah fakta. Jika dia bukan anak sejarah, artinya sebelum menulis ke-2 novel tersebut dia pasti harus membaca banyak buku sejarah terlebih dahulu.
Salutnya terhadap ES Ito, dia bercerita tentang hal yang berat dengan cara yang ringan. Ini membuat buku-bukunya tidak terlalu berat sebagai bahan bacaan anak SMA. Sejak saya selesai membacanya hingga kini, ke-2 buku milik saya ini tidak pernah ada di kamar saya, selalu saja berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain untuk dibaca oleh murid-murid saya. Oiya karena menulis tentang ini saya jadi menemukan blognya ES Ito, sapa tau anda ingin berkenalan dengannya =).
4. Malaikat Jatuh. Penulis: Clara Ng.

Clara Ng merupakan salah satu penulis yang konsen dengan dunia anak-anak. Saya beberapa kali menemukan beberapa karyanya di perpustakaan kota Jogja seperti Malaikat Jatuh, Jampi-jampi Varaiya, Gerhana Kembar, Uttuki: Sayap Para Dewa, Tea for Two, Dimsum Terakhir, Tiga Venus, dan beberapa serial anak seperti Seri Berbagi Cerita Berbagi Cinta, Sejuta Warna Pelangi, Bagai Bumi Berhenti Berputar.
Beberapa bacaan dewasanya lebih konsen dengan tema feminisme dan dunia lesbian. Karya Clara Ng yang pertama kali saya baca adalah Gerhana Kembar milik seorang teman. Blog Clara Ng adalah blog kedua yang paling sering saya baca setelah blognya Trinity. Dari semua bukunya yang paling berkesan adalah Malaikat Jatuh. Terdiri dari beberapa cerpen pendek. Clara Ng membantu kita mendapat pemahaman ulang segala sesuatu yang sudah kita ketahui pakemnya dengan sentuhan yang sedikit berbeda.
5. Bilangan Fu. Penulis: Ayu Utami.

Ayu Utami sempat ngetop karena karya-karyanya yang fenomenal dan dianggap memberi warna baru dalam dunia sastra Indonesia seperti Saman dan Larung. Saya sendiri membacanya pas jaman kuliah, pinjam dari seorang teman.
Kali ini novel yang dihadirkan oleh Ayu Utami sedikit berbeda. Bilangan Fu dan Manjali & Cakrabirawa. Lebih terasa nafas sejarah dan filsafatnya. Jenis novel yang saya sukai. Bilangan Fu sendiri bercerita tentang kisah cinta segitiga antara Yuda, Marja dan Parang Jati diselingi kisah petualangan mereka dari satu candi ke candi yang lain, membuat saya jadi kepengen berkeliling candi diseluruh tanah Jawa. Benar-benar menakjubkan!
6. Rectoverso. Penulis: Dewi Lestari.

Dewi Lestari atau yang lebih dikenal dengan Dee, novel pertama yang melambungkan namanya adalah Supernova satu: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh. Supernova dua: Akar. Supernova tiga: Petir, Filosofi Kopi, Rectoverso, Perahu Kertas, dan Madre.
Sejujurnya, saya lebih menyukai Madre. Tapi Rectoverso memiliki nilai yang berbeda. Dee menulis 11 lagu dan 11 prosa. Angka yang unik dengan nilai filosofi yang tinggi bagi si penulis. Tapi yang terpenting adalah butuh sebuah kemampuan yang hebat untuk bisa menulis 11 cerpen dengan 11 lagu yang melengkapinya. Salut!
7. The Last Concubine. Pengarang: Lesley Downer.

Ini adalah buku favorit saya selama setahun ini. The Last Concubine bercerita tentang seorang gadis jelata yang beruntung dipungut menjadi selir sang shogun. Selir satu-satunya dan yang terakhir. Di usianya yang masih muda, si selir harus bersaing dengan 3000 perempuan dan hanya seorang laki-laki (sang shogun) di kastil Edo.
The Last Concubine bersetting cerita runtuhnya era Tokugawa; berakhirnya kekuasaan Shogun dan beralih ke Sang Kaisar. Jika anda seperti saya, yang sangat menyukai kisah tentang para samurai dan sejarah Jepang. Buku ini pantang dilewatkan!
8. Totto-chan. Penulis: Tetsuko Kuroyanagi.

Jika anda merasa bahwa dunia anda berhubungan dengan dunia pendidikan dan anak-anak, ini adalah buku yang paling direkomendasikan untuk dibaca. Buku ini ditulis tahun 1982 (ajib, seumuran nich!) dan ditranslate-kan kedalam banyak bahasa.
Tokoh utama didalam buku ini bernama Totto-chan, nama panggilan Tetsuko semasa kecil. Cerita diawali dengan Totto-chan yang dikeluarkan oleh sekolahnya disebabkan hal yang sangat sepele; dia sering membuka menutup mejanya berulang-ulang. Sehingga dianggap mengganggu oleh gurunya. Konyolnya lagi saat dihukum berdiri di depan kelas, totto-chan malah sibuk memperhatikan keluar kelas yang memang berbatasan langsung dengan jalan besar. Setiap ada pengamen yang lewat, si totto-chan mengundang mereka bermain musik didepan kelas sehingga menganggu pelajaran. Hal-hal konyol kenakalan anak-anak semacam ini tidak diterima di sekolah konvensional. Dan itulah awal cerita ini dimulai. Bagaimana totto-chan akhirnya masuk sekolah baru bernama Tomoe Gakuen. Sebuah sekolah yang membiarkan anak-anak tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang jauh lebih baik tanpa kehilangan identitas dan keunikan yang diberikan oleh Tuhan.
9. Pope Joan. Pengarang: Donna Woolfolk Cros.

Buku ini saya pinjam dari seorang teman. Kisahnya sendiri merupakan cerita yang sangat kontroversial. Seorang Paus tapi seorang perempuan. Bagaimana mungkin? Saking kontroversialnya, buku ini sempat difilmkan. Tapi saya belum pernah menontonnya, dan juga tidak berminat untuk menonton buku yang difilmkan.
Selain tema sejarah yang diusung, buku ini sangat menarik karena si penulis bercerita tentang perkembangan agama Kristen di abad 8 hingga 9 M. Si penulis menulis begitu rinci tentang tahun dan beberapa lokasi. Saat membacanya, saya merasa berada di Vatikan dan menelusurinya. Tidak peduli apakah cerita di buku ini fiktif atau nyata, buku ini membuat saya berharap suatu saat nanti saya menginjakkan kaki di Vatikan. I hope!
10. Travelicious Lombok. Penulis: Lalu Abdul Fatah.

Jika anda membaca bukunya pasti anda akan tertawa. Bagaimana bisa saya begitu percaya pada sebuah buku yang “tampak sangat tidak meyakinkan sekali”. Tapi percayalah, buku ini cukup menyelamatkan saya untuk seminggu jalan-jalan low budget di Lombok. Mungkin alasan saya membelinya hanya satu, si penulis bernama Lalu, sebuah gelar yang hanya dimiliki orang-orang berketurunan darah Lombok.
Selain itu saya juga memiliki beberapa buku yang lain setipe ini, seperti Travelicious Surabaya, Malang & Madura, Travelicious Yogya & Solo, Travelicious Semarang & Karimunjawa. Alasan membelinya, buat saya buku-buku ini jauh lebih mudah untuk dibaca daripada saya harus menghabiskan waktu searching di internet berjam-jam.
Sayangnya saya hanya bisa merekomendasikan 10 buku. Akan terlalu panjang jika saya harus menulis seluruh koleksi buku saya. Alasan pemilihanpun karena selera pribadi dan buku-buku tersebut memang best seller. Best seller disini maksudnya buku-buku tersebut adalah buku-buku yang paling sering dipinjam oleh murid-murid saya.
Tentu saja saya tidak memasukkan beberapa nama seperti Pramoedya Ananta Toer, Ahmad Tohari, Kuntowijoyo, NH Dini, Umar Kayam, dan seangkatannya. Buku-buku mereka adalah buku wajib baca pas jaman kuliah, rasanya dulu ga “gaul” kalo kita ga baca buku-buku semacam buku Pram. Sebuah buku sangat biasa dipinjam dari satu tangan ke tangan yang lain pas jaman kuliah. Kurasa itu uniknya mahasiswa miskin macam kita, pinjam buku dari teman-teman, setelah itu duduk bersama membahasnya. Duh saya jadi kangen teman-teman diskusi buku saya.
Mudah-mudahan lain kali saya bisa menulis beberapa review tentang buku yang sudah saya baca. Semoga.
-Jogja, dimalam pembukaan Sekaten. dan hujan-
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
Tahun ini kurasa adalah tahun paling parahku mengenai buku…
Gak sampai menghabiskan jari tangan buku yang kubaca tahun ini.. 😦
Thanks buat reviewnya…
semangat semangat! ayo membaca!
Wah TNT 3 emang gokil, nyesel klo nggak baca… hehehe… tpi klo saya bisa bilang tahun ini juga merupakan tahun berjayanya buku-buku traveling terutama yang backpacker method… hehehe….
benar itu. setiap masuk toko buku, buku2 travelling ada dideretan terdepan. terutama tentang travelling murah meriah ala backpacker, laris manis bak kacang goreng. sayangnya karena saya selalu update baca blognya mbak trinity, di TNT3 rasanya kok ga ada bedanya dengan baca blog nya. cuma diselipi satu dua kisah baru ajah. tapi meski begitu, tetap salut dengan cerita nya yg fun dan informatif (terkadang gokil) 😉