
Setiap saya terbang, entah itu dari atau ke Jogja. Merapi menjadi titik tolak setiap perjalanan saya. Seperti pagi itu, saat pesawat yang saya naiki mulai terbang, maka Merapi yang tadinya terlihat besar (dan dekat) perlahan-lahan mulai mengecil dan hilang. Sebaliknya, saat saya terbang dari kota lain dan menuju Jogja, jika Merapi telah nampak, maka yang terasa adalah “pulang dan rumah”.
Bagi orang-orang yang hidup di daerah Jogja, khususnya Sleman, Merapi menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Saya ingat saat saya pertama kali menginjakkan kaki di Jogja, orang-orang berkata bahwa selama saya di Jogja, jika saya melihat puncak Merapi, maka itulah utara!
Dan sekarang, setelah saya bekerja dan mengunjungi banyak kota. Merapi menjadi lambang dalam sebuah plakat yang selalu saya bawa kemana-mana. Merapi menjadi tidak hanya sebuah ikon, tapi juga bagian hidup.
Pernah suatu kali, setelah kejadian erupsi Merapi November 2010 yang lalu, saya bertemu dengan Pak Bandrio (dari BPPTK) dan para staf ahlinya. Mereka bercerita bahwa, dulu beribu-ribu tahun yang lalu, di sekitar Merapi juga terdapat kehidupan seperti sekarang. Kemudian, erupsi besar pun terjadi, dan masyarakat mulai menyingkir mencari tempat-tempat aman, beberapa masyarakat ini (dipercaya) yang sekarang membangun kampung-kampung di daerah Bantul. (Ini dapat dibuktikan dengan beberapa kesamaan yang bisa dibuktikan secara ilmiah, begitu kata para staf ahli).
Dan seperti yang kita lihat sekarang. Life must goes on. Saat Merapi dirasa telah “adem dan aman”, masyarakat kembali membangun peradaban di sekitar Merapi. Begitu terus berulang-ulang sepanjang jaman.
Tidak tahu apakah benar atau tidak. Kami sambil tertawa membahasnya. Mungkin jika cerita seperti ini benar, setidaknya menjawab misteri tentang sebuah kampung bernama Candi yang sampai saat ini belum ditemukan satupun candi di situ. Huaha!
Tapi entahlah, Merapi memang sebuah misteri, mitos, ikon, bagian dari peradaban, dan sekaligus sumber kemakmuran bagi kita yang mencintainya.
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
Ini diambil dari mana…?
dari pesawat