Apakah yang disebut seorang teman?
Saya akan mengatakannya
Ia adalah seorang yang memberi kamu keberanian
Dalam menampilkan diri apa adanya
Jiwamu bebas telanjang bersamanya
Dia meminta kamu agar tidak berbaju dengannya
Hanya jadilah dirimu adanya
Ia tidak ingin kamu lebih bahagia atau sedih
Jika kamu bersamanya
Kamu adalah seorang pidana yang telah dinyatakan bebas
Kamu tak perlu membatasi diri
Kamu dapat berbicara apa yang ada dipikiran
Selama itu adalah kamu yang sebenarnya
Ia mengerti kontradiksi yang ada ditindak lakumu
Yang terkadangkala disalah artikan oleh orang lain
Dengannya kamu dapat membuka segala kesombongan,
keirian, kebencian, dan amarah api, kejahatan
dan keanehan dalam benak hatimu
Di dalam keterbukaan itulah,
Segalanya menghilang dan mencair
Dalam laut kesetiaannya
Dia mengerti. Kamu tidak harus berhati-hati
Kamu dapat menyakiti, tidak memperdulikan, dan menerima dia.
Yang paling membahagiakan adalah kenyataan dimana kamu tetap hadir
di sampingnya dengan segala kekurangan dan kelebihanmu.
Sebenarnya semua itu tidaklah penting, dia suka padamu.
Ia bagaikan air jernih yang mengalir terus.
Agar jiwamu bersih dan segar. Dia mengerti.
Dia mengerti kamu. Kamu dapat menangis dengannya,
berbuat dosa dengannya, tertawa dengannya, dan berdoa dengannya.
Melalui itu semua dan mendalam dia melihat, mengerti dan mencintaimu.
Seorang teman?
Apakah yang disebut seorang teman.
Hanya ada satu, saya ulangi.
Ia adalah seorang yang memberi kamu keberanian diri apa adanya.
:kepada Che
aku pertama kali membaca puisi ini sekitar tahun ’95an.
Kau tahu dari mana puisi ini aku dapat…
puisi ini kubaca dari sebuah pembatas buku,
hadiah dari ice cream “solo” yang masih kuingat waktu itu harganya cuma 300 perak!puisi ini kemarin kutemukan di antara tumpukan kertas-kertas
yang menunggu waktunya untuk dibuang.
diterjemahkan dari bahasa Inggris, dan (sialnya) aku lupa siapa pengarangnya.kemarin saat “magnum” meleleh dalam mulutku
aku mengingatnya, bahwa kau menyukai saat kubacakan puisi ini
(dalam versi rekaman, tentunya)terkadang aku memang naif,
percaya bahwa ice cream adalah obat ampuh
untuk menyembuhkan airmata dan luka
senaif aku, yang (entah kenapa) masih saja tetap menyimpan puisi ini.
Lampung – Jogja, 2011
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak