Perjamuan di Bawah Ketapang 


Perjamuan di bawah Ketapang

perjamuan kali ini,
dimulai dengan ritual yang tak biasa
kau dan aku, berhadapan, duduk dibawah sebatang Ketapang
yang daun-daunnya perlahan mulai memerah;
serupa warna senja

kau memesan sebungkus keheningan
tapi dendam membakar dengan nyalanya yang jalang
baginya kita adalah anak-anak jaman, yang mabuk
terjerat getah rutinitas
dan memaksa meneguk segelas rasa bosan

perjamuan kali ini,
tak ada kepulan kopi kesukaanku
tak ada cane yang selalu kita bagi berdua
bahkan tak ada gerimis yang biasa kumaki

(hanya tujuh bola lampion mati, che. tepat berjajar di atas kepalaku; yang selalu tahu bagaimana menyimpan rindu)

nampaknya memang benar adanya,
bahwa kita harus belajar pasrah
seperti daun-daun ketapang yang berguguran
sebelum akhirnya kita benar-benar menyerah
memilih luruh, hancur dilumat gairah bumi

perjamuan kali ini, hanya ada sebuah ingatan
tentang legamnya waktu yang tak pernah kembali
tentang hidup yang serba tergesa-gesa
dan tentang kita yang belajar menafsir ulang diri;
dalam bilangan angka.

*puisi ini ditulis Juni 2010, hadiah ulangtahun buat teman baikku; Che.

View on Path

monggo silahkan nyinyir disini ;-)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.