Sudah pernah ke Pantai Wediombo? Harusnya sich sudah, pantai ini sama terkenalnya dengan Pantai Baron 😉
Pantai Wediombo terletak di desa Jepitu Kecamatan Girisubo. Meski masuk ke dalam wilayah Kecamatan Girisubo, tapi menurut saya, pantai Wediombo ini lebih dekat dengan pantai-pantai yang ada di Kecamatan Tepus, daripada dengan pantai Sadeng yang sama-sama masuk Kecamatan Girisubo.
Dulu saya pertama kali mblusukkan ke Girisubo, tepatnya di kantor kecamatan yang terletak di Jeruk Wudel. Wediombo sangat familier sebagai pantai yang digandrungi sebagai lokasi mancing. Saya inget banget, pas dulu keblasuk di kantor polisi Girisubo, sempet dapet cerita tentang beberapa nelayan yang hanyut terbawa ombak.
Wediombo memang terkenal dengan hasil ikannya. Saya sempet bertemu dengan beberapa nelayan yang katanya mendapat lobster dari pantai ini. Wuiiih keren!
Tapi bukan itu alasan saya mblusukkan di Wediombo. Saya sengaja datang ke Kecamatan Girisubo, khusus datang ke desa Jepitu, tepatnya ingin ketemu dengan pak dukuh Nglaban.
Nama desanya unik ya? Jepitu, namanya. Menurut pamong desa, nama Jepitu berasal dari kata JEjer PITU.
Konon, leluhur mereka –warga Jepitu– ada seorang yang sangat sakti mandraguna, namanya Mbah Gusti Wora Wari. Saya ga tau mbah Wora Wari ini hidup di jaman Majapahit atau Mataram. Tapi nama Wora Wari mengingatkan saya pada Prabu Wora Wari yang menjatuhkan Prabu Dharmawangsa. Ga jelas juga apakah di antara ke2 cerita tsb ada hubungan ato ga?
Mbah Wora Wari inilah yang menyelamatkan warga kampung dari banyak serangan. Asal muasal kata pitu (tujuh) pun berasal dari legenda ini. Misalnya saat musuh mereka usir ke pantai, bahkan saking saktinya mbah Wora Wari mengubah kapal musuh menjadi batu. Legenda ini terkait dengan beberapa batu karang yang ada di Kedung Prahu (Pantai Wediombo) yang dianggap sebagai petilasan, karena beberapa karang yang dianggap bentuknya mirip dengan rangka perahu.
Atau kisah lain, tentang kesaktian mbah Wora Wari merubah 7 buah tongkat menjadi 7 buah pohon Joa. Wit Joa Jejer Pitu (pohon Joa berderet 7) itulah asal muasal nama desa Jepitu.
Kesaktian dari mbah Wora Wari inilah yang kemudian dipercaya menjaga kedamaian dan kemakmuran di daerah ini. Pada acara Rasulan-pun, ritual yang dilakukan berhubungan dengan makam keramat mbah Wora Wari. Setelah semalaman mengadakan acara seperti wayang atau tayub, siang harinya mereka mengarak hasil bumi & laut dan di labuhkan ke Pantai Wediombo. Acara ini terkenal dengan sebutan Sedekah Laut.
Saya sendiri belum pernah menonton acara Rasulan di Pantai Wediombo, saya malah lebih tertarik dengan hal lain, semisal “kenapa warga Gunungkidul sangat akrab dengan budaya Tayub?” Ini mengingatkan saya pada cerita Ki Ageng Mangir yang juga penyuka tayub itu 😉
Ohiya, cara berbicara warga Jepitu itu lebih mirip dengan orang Banyumas lho. Kebetulan pak dukuh yang saya datangi orangnya baik, dia mengajak saya melihat makam keramat Mbah Gusti Wora Wari. Yah namanya juga makam tua, jadi ya begitulah bentuknya. Untungnya karena dikeramatkan, makamnya lumayan terawat, jadi saya ga takut mengambil beberapa foto di situ.
Di dekat makam ada Telaga Besar yang disebut Sumur Ombo. Di situ dibangun lapangan sepakbola dan sekolahan tingkat SLTP dan SMK. Saya sempat ngobrol dengan ibu-ibu warga sekitar yang mencuci di sumur tersebut. Setelah selesai ambil photo, sempet-sempetnya pak dukuh bilang gini, “saya ajah ga berani ndeketin makam kalo ga pas ada acara rasulan lho mbak?”. Nah lho, kok medeni ngunu pak ;-(
Ketandusan alam Girisubo lah yang membuat mereka menggantungkan hidup pada laut. Dulu ada banyak nelayan yang juga menjual sarang burung walet hasil dari berburu di pantai ini. Entah sekarang. Alam karst yang mereka miliki, menciptakan goa indah di daerah Girisubo. Hanya sayang beberapa goa bahkan di sinyalir sebagai tempat mencari pesugihan.
Saya termasuk beruntung karena di Girisubo saya bertemu dengan orang-orang yang baik, yang tanpa sadar, dari mereka lah saya jadi mengetahui banyak cerita tentang keterkaitan desa Nglaban dengan pantai Wediombo.
Kisah-kisah inilah yang menarik saya datang ke Pantai Wediombo. Anda juga berminat ? 😉
–Selamat Jalan Jalan–
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak