Selamat pagi, jalanan sepi.
Jam segini masih sepi, bukan karena ini jalanan kampung, tapi menjelang lebaran, orang sedang sibuk bikin kue di rumah.
Ini adalah jalan menuju ke pasar. Pada hari biasa (di luar bulan Romadhan) jalanan ini rame sejak subuh.
Berkali-kali diperbaiki, jalanan depan rumah selalu rusak, truk dan mobil-mobil besar penyebabnya.
Bangunan tinggi di depan adalah asrama Kesusteran, samping nya adalah Gereja Katolik. Loncengnya akan berdentang di jam 6 pagi, jam 12 siang, dan jam 6 sore. Waktu saya kecil, siklus hidup saya berdasarkan lonceng gereja.
Lonceng Gereja jadi alarm gratis buat kami yg tinggal di sekitar gereja. Jika lonceng gereja berdentang di pagi hari dan saya masih di tempat tidur, artinya saya bakal terlambat masuk sekolah. Saat lonceng berdentang di jam 6 sore, itulah saat saya masuk kandang. Waktu bermain sudah habis.
Saat-saat tertentu, misal detik-detik proklamasi, lonceng gereja kembali berdentang. Di hari lain, saat salah satu suster atau romo meninggal, lonceng juga kembali berdentang.
Hampir sebagian besar dari warga kampung disini, menghabiskan masa kecil dengan bermain di taman Gereja, kompleks kesusteran, kompleks kepasturan, panti asuhan. Sekolah yg satu kompleks mulai dari SD-SMP-SMA.
Di depan rumah adalah RSUD Pringsewu. Rujukan hampir semua orang di kawasan selatan Lampung. Sebagian besar tanah yg digunakan jadi Rumah Sakit sebenarnya adalah tanah milik Kesusteran. Demikian juga tanah yg digunakan untuk rumah dinas para dokter.
Dulu, ada lapangan besar milik Kesusteran di depan Rumah Sakit. Di lapangan tsblah, kami warga kampung pertama kali melihat helikopter. Mulai dari helikopter milik Gereja hingga milik para pejabat. Saya ingat, dulu Romo-Romo dari luar negeri (terbanyak dari Belanda) diturunkan dari helikopter bersama barang-barang dari para dermawan luar negeri.
Pun pejabat militer, datang dari Jakarta dgn helikopter di lapangan tsb. Hari ini lapangan tsb sudah tidak ada, berganti Gereja baru yg jauh lbh besar dari gereja lama di depan rumah.
Aih, betapa lamanya saya pergi dari rumah. – at Pasar Pringsewu
View on Path