Sego Kucing Pak Gik


Sego Kucing Pak Gik

Belum jadi anak hitz Semarang kalo belum nyobain yg satu ini, sego kucing Pak Gik.

Berlokasi di jalan Gajahmada, di samping bantaran Kali Semarang.

Sego kucing Pak Gik konon sudah ada sejak 1960. Buka dalam 3 shift, yaitu pagi, sore dan dini hari. Puncak pembeli setelah jam 24.00 WIB, saat inilah ramai pengunjungnya.

Yg spesial di Sego Kucing Pak Gik, air untuk menyeduh teh dimasak di dalam kaleng besar di atas tungku dengan arang membara.

Pangsit goreng dan Nasi Babat Gongso-nya pun tak kalah terkenal. Selain itu, masih ada banyak pilihan nasi di sini.

Saking ramainya pembeli, saya malah merasa bawa tempat ini lebih cocok disebut warung yg menjual sego kucing saja, bukan mengarah pada “sego kucing” yg konsepnya disamakan dengan Angkringan di Jogja ataupun HIK di Solo.

Kenapa? Karena menurut saya, Angkringan itu adalah tempat santai, tempat kita kumpul buat kongkow, makan dan minum teh/kopi/wedang jahe sambil mengobrol santai menghabiskan waktu.

Suatu tempat dimana kita bisa membentuk ikatan antara si pembeli dan si penjual, bahkan diantara para pembeli sendiri. Menurut saya, itulah konsep Angkringan di Jogja. Sebuah media untuk bertemu, berkumpul, dan berevolusi.

Lalu bagaimana bisa menjalin ikatan perasaan sama sebagai “kita” jika para pembeli saling berebutan untuk duluan? Berebutan takut kehabisan? Saling menyikut yg disebelahnya.

Karena ada kalanya, kita belajar memaknai kearifan dari makanan.

Selamat Malam, Semarang. – at Sego Kucing “Pak Gik” Jl. Gajah Mada depan Kali

View on Path

Advertisement