Malam Kudus


image

(diiringi backsound)
… malam kudus
sunyi senyap
bintangmuuu
gemerlap….

Waktu saya sekolah di Lampung, itu adalah era dimana saya selalu merayakan Natal di sekolah. Lomba koor, lomba menghias pohon natal, lomba menghias goa, dan banyak lomba lain.

Waktu saya kecil, Natal menjadi milik siapapun, entah itu Katolik, Kristen, Muslim, Konghucu, bahkan teman saya yg beragama Hindu pun turut merayakan Natal.

Waktu saya kecil, saya termasuk yg bahagia sekali menyambut Natal.

Natal berarti pelajaran di sekolah berkurang. Natal berarti lomba antarkelas. Natal berarti kegembiraan dan keseruan karena biasanya kami mengadakan piknik bareng. Natal berarti hari kami bertukar kado. Natal adalah hari yg ditunggu-tunggu.

Saat saya lulus sekolah dan melanjutkan kuliah di Jogja. Saya baru tau, kalo saya menjadi kafir saat merayakan Natal. Bahkan, saya disebut salah, karena mengucapkan Natal pada saudara-saudara yg Kristiani.

Ternyata menjadi dewasa itu sulit dan kejam. Dan saya masih sering gagal paham.

Rumah saya di Lampung berlokasi di belakang Gereja, saya masih ingat bagaimana dentang loncengnya membangunkan saya tiap pagi.

Dan di saat malam Natal begini, saya mengingat bagaimana keriuhannya memancarkan kebahagiaan bagi kami para tetangga.

Selamat Natal, sobat.
Selamat Natal para tetangga rumah.

(copypaste dari path saya sendiri) 😎

Advertisement

monggo silahkan nyinyir disini ;-)

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.