Pas tanggal 7 bulan Juni kemaren, saya dan Chandra ikutan Bu Yutie nonton acara dance di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM Yogyakarta. Nama acaranya Nhieu Mat. Awalnya ga ngerti juga ini acara apa. Saya tertarik datang karena acara ini di adakan oleh Jerman-Perancis-Vietnam. So, saya pikir, se-keren apa yaks?

Nhieu Mat berasal dari bahasa Vietnam yang berarti topeng. Nhieu Mat ditarikan oleh beberapa anak laki-laki muda Vietnam plus seorang perempuan. Alur ceritanya sendiri tentang kehidupan sehari-hari anak muda Vietnam yang dari masyarakat tradisional sedang bertransisi menjadi masyarakat modern.

Persinggungan antara tradisional Vietnam dengan kemodernan ini digambarkan dengan tarian Hip Hop yang sangat western dipadu dengan permainan musik oleh sepasang anak muda laki-laki dan perempuan yang memainkan alat-alat musik tradisional Vietnam. Nah perpaduan inilah yang membuat pertunjukkan ini sangat unik menurut saya.
Pertanyaan yang kemudian muncul di benak saya adalah kenapa Goethe-Institut -yang notabene adalah pusat kebudayaan Jerman- yang menjadi sponsor?
Beruntungnya, pas acara ini saya duduk di samping dosen Pascasarjana UGM yang menghabiskan 8 tahun dari hidupnya di Berlin. Si bapak sedikit bercerita tentang acara ini. Ternyata “Nhieu Mat” memang proyek kerjasama budaya antara Goethe-Institut di Vietnam dan juga koreografer yang berasal dari Prancis.



Setelah menonton beberapa saat, saya jadi merasa flashback ke jaman saya masih mahasiswa baru di UGM. Dulu saya sering sekali nonton acara kayak gini. Teater yang dipadukan dengan tarian.
Dalam teater, selain menggunakan dialog, memang beberapa aliran, lebih suka menyampaikan “pesan” dalam gerak tari, mimik muka, musik, dan lagu. Ini yang membuat unik. Karena bagaimana pesan tersebut sampai ke kita tergantung daya imajinasi kita menginterpretasikan setiap gerak tubuh kita.
Buat saya, pertunjukkan ini seperti ingin mengatakan bahwa meski kita -Indonesia- memiliki kebudayaan yang berbeda dengan Vietnam-Jerman-Perancis akan tetapi “bahasa tubuh” memiliki bahasa universal tersendiri yang mampu mengalahkan bahasa, waktu dan ruang.
Sangat menarik ya? 😉
Di atas ini, saya unggah video pertunjukkan tari Nhieu Mat dari blog Chandra, monggo dibaca juga infomarsi lengkapnya.
Selamat Menikmati 😉
Tulisan Terbaru:
- Saya Belajar Menulis (Lagi)
- Menghirup Wangi Kopi Maison Daruma Roastery
- Tidak Hanya Sukses, Balkonjazz Festival 2019 Membuka Mata Dunia Keberadaan Balkondes
- Rainforest World Music Festival 2019 Hadir Lagi!
- 360 Dome Theatre, Destinasi Wisata Instagramable sekaligus Edukasi di Jogja
- Hipnotis Madihin dan Baju Berkulit Kayu di Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2018
- Menyusuri Romantisme Venesia dari Timur
- The Kingdom of Balkanopolis di panggung Rainforest World Music Festival 2018
- Gelombang Dahsyat At Adau di Rainforest World Music Festival Kuching 2018
- Semerbak Wangi Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak
- Merayakan Musik di Rainforest World Music Festival Kuching Sarawak