Malam Kembang


Malam Kembang

Di kampungku ada yg disebut Malam Kembang. Ini adalah malam dimana seluruh keluarga besar berkumpul sblm jenasah dikubur/ di kremasi. Jadi, setelah bermalam-malam memberi kesempatan para tetangga dan teman memberi penghormatan terakhir, ini adalah malam penghormatan yg hanya untuk keluarga inti.

Biasanya mereka melaksanakan upacara ini bermalam-malam di Rumah Duka. Sebuah tempat yg bisa disewa dari pengurus perkumpulan.

Ada bbrp ritual yg harus dilakukan yg membutuhkan waktu semalaman. Makanya tinggal disekitar Rumah Duka pasti bakal kerasa banget nih, sebagian badan jalan dipakai sebagai parkiran mobil.

Esok paginya, jenasah baru dibawa ke tempat pengkuburan atau kremasi. Sesuai kepercayaan, sesuai permintaan keluarga.

Tentu saja, ini budaya yg hidup di dalam keluarga peranakan, keturunan Tionghoa.

Sepanjang jalan menuju rumah, arah Kemiling ke Pringsewu, ada beberapa bukit yg memang digunakan untuk pemakaman Tionghoa. Mulai dari makam baru ataupun tua.

Foto ini diambil di salah satu sudut Pemakaman “Budi Mulia” seluas 3 ha. Pada bulan tertentu makam-makam ini ramai dgn sesaji buah-buahan di batu nisan. Beberapa dari kami, besar dgn pernah “mengambil” buah sesaji 😂

Banyaknya makam Cina di Lampung menunjukkan betapa perekonomian kami di dominasi oleh para peranakan.

Tidak hanya kuliner peranakan yg lekat dengan selera kami, bahkan kami kaum pribumi sangat biasa menghadiri upacara kematian dari orang peranakan.

Upacara kematian yg begitu panjang. Memahami tentang reinkarnasi, tentang kremasi, tentang mempercepat proses terlahir kembali.

View on Path

Advertisement