Pantai Pulau Merah dan Gunung Tumpang Pitu
Apa yg Anda pikirkan jika ada seseorang yg menyebutkan Banyuwangi? Barangkali, yg terbersit adalah mistis dan santet.
Dulu, saat saya tinggal di Sumatera, saya jg berpikir demikian. Banyuwangi adalah salah satu kota yg membuat saya merinding untuk didatangi.
Hingga 5 tahun belakangan ini, jika kantor sedang libur, teman-teman mengajak saya traveling ke Banyuwangi.
Kunjungan pertama saya ke Banyuwangi adalah ke Ijen, hampir 5 tahun yg lalu. Saat itu, Ijen belum se-happening saat ini. Kali ke-2 adalah sekitar 3 tahun yg lalu. Saat saya diajak menginap di Baluran.
Sekitar 2014, teman-teman broker mencuatkan isu tentang Tambang Emas di Banyuwangi. Saya keheranan, Banyuwangi belahan mana lagi yg mau ditambang?
Saya tidak pernah membayangkan sekitaran Ijen dan Baluran ditambang. Apalagi Penambangan Emas. Hingga awal tahun 2015, sebuah prospektus saham emas tiba di meja kerja saya.
“IPO saham emas, mbak?”, kata seorang broker.
Sahamnya dijual tidak mahal, saat IPO hanya 2rb per lembarnya. Nama sahamnya MDKA, Merdeka Copper Gold. Anda bisa tanya mbah gugel jika tertarik membelinya.
Tapi bukan itu semua yg membuat saya deg-deg-an. Buat saya, penambangan adalah suatu hal yg mengerikan, memiliki banyak efek pada lingkungan kita.
Apakah Anda tahu, UU kita mengamanatkan bahwa dalam setiap Rencana Tata Ruang Wilayah harus memiliki 30% ruang hijau. Jawa Timur adalah propinsi yg paling besar ruang hijaunya di Pulau Jawa, dan itu didominasi oleh Banyuwangi. Kalo Banyuwangi ditambang? Habislah hutan di Pulau Jawa ini.
Lalu apa hubungannya dengan Pantai Pulau Merah (Red Island) dan Gunung Tumpang Pitu?
Gunung Tumpang Pitu adalah lokasi dimana PT Merdeka Copper Gold tbk melakukan penambangan. Pantai Pulau Merah terletak di kaki Gunung Tumpang Pitu.
Jika Anda perhatikan photo diatas, itulah Gunung Tumpang Pitu. Gunung ini merupakan Hutan Lindung dan kawasan resapan air. Anda paham kan yg dimaksud dgn Hutan Lindung? Artinya di hutan ini tidak boleh dilakukan kegiatan produksi.
Selain itu, Hutan Lindung Tumpang Pitu merupakan kawasan rawan bencana. Hutan ini pelindung kawasan selatan Banyuwangi dari bahaya tsunami. Karena seperti diketahui, saat tsunami 3 Juni 1994, desa di kawasan selatan Banyuwangi juga luluh lantak diterjang tsunami.
Lantas bagaimana bisa sebuah Hutan Lindung di tambang? Lewat Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.826/Menhut-II/2013 Hutan Lindung ini beralih fungsi menjadi Hutan Produksi.
Alasannya sangat sederhana. Kandungan emas di Gunung Tumpang Pitu disinyalir lebih banyak dari Newmont, dan hanya beda sedikit dari Freeport. Ini adalah penambangan emas terbesar no.2 di negara kita.
Apakah Anda bisa membayangkan suatu hari kelak 3 sampai 5 tahun lagi, saat kita naik pesawat, melihat ada lubang besar di Banyuwangi?
Seperti lubang yg kita lihat saat ini di Newmont dan Freeport?
Pada saat itu, saya yakin Gunung Tumpang Pitu, Pantai Pulau Merah, Pantai Pancer, Green Bay, mungkin hingga Meru Betiri. Semua tinggal kenangan. Bahkan Banyuwangi yg hijaupun, barangkali hanya sisa-sisa cerita.
Target penambangan emas di Gunung Tumpang Pitu adalah 2,7 ton emas per tahun. Dan eksploitasi emas ini berlangsung sedari awal tahun 2016. Karena jika Anda menuju Pantai Pulau Merah, bisa dilihat di timur jalan, penambangan sudah dibuka, alias sudah babat alas.
Apakah Anda sudah ke Red Island? Sudahkah ke Green Bay? Mblusukkan di Taman Nasional Meru Betiri?
Jika jawabannya “belum”. Saran saya, lekaslah pikniklah ke Banyuwangi.
Sisi selatan Gunung Tumpang Pitu dan Taman Nasional Meru Betiri menyimpan pemandangan alam yg sangat cantik. Pantainya bersih dan indah. Sebelum semua habis ditambang. Pikniklah kesana.
Ambillah foto dan ceritakanlah pada dunia, bahwa hutan kita sedikit demi sedikit habis. Hingga suatu saat nanti, kita perlu berlibur ke luar negeri hanya untuk melihat pantai dan alam yg indah.
Selamat Hari Bumi. Selamat mencintai Bumi yg hanya satu.
Selamat Piknik ke Banyuwangi! 😄 – at Red Island Banyuwangi
View on Path
wah, kemaren ke banyuwangi belum sempet kesini, baru ke baluran dan kawah ijen saja. pulangnya mau lewat jalur selatan pun batal. ternyata masih banyak bagian yang belum terjelajahi. tapi kalo bakalan ditambang apa iya hasilnya akan memberikan kebahagiaan seperti alam yang ada saat ini? ah entahlah. walau hampir mustahil, semoga aktivitas yang bersifat merusak bisa diminimalkan.